Oleh Sari*
Kamis, 20 Agustus 2020 bertepatan dengan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1442 H ditayangkan secara streaming serentak sebuah film dokumenter spektakuler. Film yang belum pernah ada sebelumnya, film yang mengulas tentang keterikatan hubungan antara Khilafah dengan Nusantara di masa lampau, jauh sebelum masa kemerdekaan. Sejarah yang terkaburkan bahkan terkuburkan, sehingga keberadaannya tidak kita kenal. Inilah “Jejak Khilafah di Nusantara (JKdN)”.
Sebelum penanyangan film JKdN ini, antusias warga net sudah terlihat luar biasa. Tiket virtual secara online terdaftar mencapai 250 ribu lebih dan jumlahnya semakin meningkat mendekati penayangannya. Bahkan setelah penayangannya, JKdN menduduki peringkat 1 – 5 trending topik di twitter.
Meski JKdN merupakan film yang mengisahkan sejarah namun sangat menarik untuk disimak. Sejarah yang merupakan second reality sangat penting bagi kita untuk menggalinya karena dengan mengungkap kebenaran masa silam akan ada begitu banyak pembelajaran untuk masa depan.
Sejarah bukanlah sumber hukum atau dasar pemikiran karena sumber hukum kita tetaplah Alquran dan As-Sunnah. Namun sejarah bisa dijadikan obyek pemikiran atau obyek kajian yang keberadaannya bisa menjadi pelengkap dan pendukung yang bisa menguatkan fakta. Seperti halnya jejak khilafah di Nusantara.
Kenapa harus jejak khilafah di Nusantara? Sedangkan kata ‘khilafah’ selama ini cenderung dikriminalisasi dan mendapat diskriminasi. Justru itulah tantangannya. Latar belakang pembuatan film ini adalah untuk menjawab tantangan berbagai pihak yang meragukan besarnya pengaruh khilafah di Nusantara ini.
Penting bagi kita seorang muslim untuk mengetahuinya karena selama ini akar sejarah Islam dengan Indonesia cenderung dikaburkan dan dikuburkan, bahkan diversus-versuskan, dibuat framing Islam bukan budaya bangsa, Islam budaya Arab, dan sejenisnya. Dengan kita mengetahui fakta sejarah kita akan mendapatkan pesan menarik tentang Islam kaffah.
Proses pembuatan JKdN ini berlandaskan hasil dari riset-riset yang sudah dilakukan sebelumnya. Sumber yang digunakan berupa sumber primer dan sekunder diperoleh dari data-data tertulis dan data-data di lapangan, serta melibatkan orang-orang yang berkecimpung langsung di dunia sejarah.
Jadi tidak diragukan lagi bahwa film ini sangat akurat terlepas dari tudingan propagandis peluncurannya. Suara-suara sumbang di luar tentang penayangan JKdN sebenarnya bukan terletak pada filmnya melainkan adanya kata ‘khilafah’ di dalamnya. Dan justru inilah yang perlu diluruskan, agar umat tercerahkan dalam memahami khilafah.
Film yang berdurasi kurang lebih satu jam ini telah mengungkap banyak fakta tentang andil besar kekhilafahan dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Sejarah yang selama ini kita pelajari hanya sekedar sejarah yang kita ketahui seperlunya saja.
Namun setelah melihat film JKdN ini semakin jelas adanya puzzle-puzzle sejarah yang bisa diruntut dan makin jelas terhubungkan, seolah ada pesan kebangkitan Islam yang tersirat. Betapa kita merindukan kejayaan Islam kembali. Dan tentunya kita berharap tidak hanya di Nusantara melainkan di seluruh alam raya.
Ada tiga poin penting yang bisa kita petik dari JKdN ini. Yang pertama adalah Islam dan kekuasaan, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak bisa dipisahkan. Agama Islam dan kekuasaan ibarat dua saudara kembar. Agama adalah dasar sementara kekuasaan adalah penjaganya.
Semua yang tidak ada dasarnya akan roboh, sedangkan segala yang tidak ada penjaganya maka akan hilang. Islam dengan syariatnya hanya bisa diterapkan di bawah kekuasaan dan kepemimpinan. Dengan kekuasaan, dakwah Islam bisa mencapai ke seluruh alam.
Poin kedua adalah tidak perlu ada yang ditakutkan dalam kekuasaan Islam yaitu khilafah. Berbagai bukti menunjukkan hanya ada kebaikan di dalamnya. Khilafah menyebarkan Islam ke Nusantara sungguh telah menebarkan hidayah.
Sampainya Islam ke Nusantara tidak seperti negeri-negeri kafir penjajah yang menjajah, merampok dan mengambil harta kekayaan. Tapi tidak dengan Islam yang menebarkan kesejahteraan, kemuliaan, toleransi tingkat tinggi, bahkan memberikan pembelaan saat umat dizalimi.
Poin terakhirnya adalah semakin memberikan keyakinan bahwa sejarah ini akan terulang kembali, kebangkitan Islam di bawah naungan khilafah akan tegak lagi, sesuai kabar gembira dari Rasulullah yang telah dijanjikan Allah.
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”. (HR. Ahmad).
Dengan ataupun tanpa kita, khilafah akan tetap tegak adanya.
*Muslimah Tulungagung
Tags
Opini