Oleh : Tri Nuryani
Muslimah Penulis Sidoarjo
Wabah virus corona yang kini semakin meluas, telah membuka fakta bahwa sistem kapitalisme ini telah gagal menjaga nyawa rakyatnya. Ideologi ini telah gagal menjaga nyawa manusia, korban kematian akibat covid-19 ini terus meningkat di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Seperti yang diketahui, pemerintah Indonesia sejak awal terlalu tenang dalam menangani penyebaran virus ini, dengan lambatnya menetapkan lockdown. Apa mau dikata, ibarat nasi telah menjadi bubur. Ketidaksiapan pemerintah menjadikan wabah ini meluas hampir ke seluruh Indonesia. Rakyat dan tenaga medis pun dalam ancaman.
Wabah ini makin membuat masyarakat panik. Pasalnya harga kebutuhan pokok meningkat, dan tenaga di bidang kesehatan pun mulai berkurang. Petugas medis pun dibuat ketar ketir. Bagaimana tidak, mendengar bagaimana kesiapan di lapangan, membuat kita menghela nafas panjang. Mereka akan berperang langsung melawan Corona, tapi minim senjata.
Akibat minimnya ketersedian APD, terpaksa mereka menangani pasien corona dengan menggunakan jas hujan karena stok pakaian Hazmat kosong. Miris, Padahal perlindungan jas hujan tidak sama sebagaimana pakaian hazmat. Tentu pori-porinya jauh lebih besar sedang pakaian hazmat dibuat dengan teknologi khusus agar impermiabel, sehingga potensi untuk kontak dengan virus sangat kecil.
Selain itu ketidaksiapan dalam penyediaan hazmat, juga dalam hal perujukan, karena minimnya masker serta tidak adanya pakaian khusus, ruangan isolasi yang bisa digunakan, membuat para tenaga medis mengelus dada. Wajar jika muncul perasaan takut untuk merawat serta merujuk pasien suspek atau PDP (pasien dengan pengawasan) maupun yang sudah positif.
Tak ada jaminan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua tenaga medis . Hingga tidak sedikit dari mereka yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup karena gaji minim. Boro-boro dapat insentif, (bagi yang honorer) beruntung jika dibayarkan tepat waktu, karena sering juga dibayar terlambat. Namun profesionalitas dan totalitas kerja terus dituntut. Sungguh miris nasib tenaga medis zaman kapitalisme ini (tribunbanyumas 19/5/2020).
Saat ini siapa yang bisa peduli dengan bertanggung jawab atas mereka? Bisakah kita bayangkan, bagaimana mereka tenang merawat pasien yang sedang sakit. Padahal seharusnya jaminan kesehatan, keamanan dan kebutuhan pokok adalah tanggung jawab negara kepada seluruh rakyatnya.
Sungguh ironis negeri yang kaya gemah ripah loh jinawe ini, gagal menjamin itu semua. Begitulah jika kita masih tetap mempertahankan kapitalisme. Sistem yang lahir dari asas fasad, sekulerisme, yaitu pemisahan aturan agama dari kehidupan berbangsa. Sistem ini telah terbukti, tidak bisa memuliakan manusia, bahkan di negara asalnya, Barat, sistem ini telah gagal.
Saatnya, umat Islam kembali kepada aturan Allah SWT, yang lahir dari aqidah Islam. Karena hanya dengannya manusia bisa dimuliakan. Hanya dengan menerapkan aturanya secara menyeluruh negeri ini akan diberkahi serta dirahmati oleh Allah SWT Pemilik dunia dan seisinya.
Dalam sistem Islam, Jangankan hanya APD, jaminan kebutuhan pokok seluruh warga negara pun wajib dipersiapakan dengan baik. Jaminan kesehatan dijamin dan dipersiapkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas, serta menjamin kesejahteraan bagi seluruh pegawai pemerintahan. Apalagi para tenaga medis yang saat ini ilmu, jasa dan tenaga mereka sangat dibutuhkan dalam penanggulangan wabah.
Negara wajib mengadakan pendidikan para tenaga medis, agar memiliki kepribadian Islam. Sehingga selalu ikhlas dan siap menjadi yang terdepan menolong sesama manusia dan motivasi tertinggi mereka adalah Ridho Allah SWT. Bahkan Allah janjikan kepada mereka pahala yang sangat besar, jika mereka berusaha dengan ikhlas karena Allah, ingin menolong dan menyelamatkan nyawa manusia.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an: “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS. Al-Maidah: 32). Mereka sama saja telah berjihad di jalan Allah sebagaimana sahabat yang berperang membela agama Allah.
MasyaAllah, kalaulah seluruh aturan Allah ini dilaksanakan dengan baik, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW, dan para Khulafaur Rasyidin setelahnya. Tentu para tenaga medis tidak akan menjerit, dan mereka akan bekerja dengan tenang dan ikhlas bahkan siap “syahid” di medan perjuangannya.
Semoga Allah melindungi para tenaga medis dan Allah ganjar setiap keringatnya dengan pahala yang berlipat, serta Allah ganti pengorbanannya dengan Syurga. Aamiin Allahumma Aamiin.
Tags
Opini