Oleh : Elis Sulistiyani
Muslimah Perindu Syurga
Kembainya Hagia Sophia menjadi masjid menjadi kabar gembira bagi kaum muslimin. Mengingat eratnya kaitan sejarah Hagia Sophia dengan penaklukan Konstatinopel oleh Muhammad al-Fatih di bawah naungan Khilafah Turki Ustmaniyyah, menjadi suatu sejarah kegemilangan peradaban Islam. Wajar saja, jika kembalinya Hagia Sophia sebagai masjid membuat negara-negara Eropa, Rusia, Amerika meradang tidak menyetujuinya. Seruan mengembalikan kekhilafahan pun tak terbendung lagi. Mengingat Islam pernah berjaya di bawah naungannya. Kemal Ataturklah yang meruntuhkan Khilafah. Sejak 1934 Hagia Sophia pun dia ubah statusnya dari masjid menjadi museum.
Kata Khilafah sendiri masih saja dinilai negatif di negeri ini. Bahkan ada pihak tertentu yang berupaya keras menghilangkan kata tersebut dari benak kaum muslimin, dengan mengatakan Khilafah sesat atau radikal. Padahal Khilafah adalah ajaran Islam. Kewajiban menegakkan Khilafah sudah sangat jelas, hanya dengan Khilafah sajalah seluruh hukum-hukum Islam akan bisa ditegakkan di muka bumi ini. Rasulullah Saw. Bersabda:
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zalim; ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya (no.18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no.439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796))
hubungan khilafah dengan kerajaan di Nusantara
Pengakuan terhadap kebesaran Khilafah dibuktikan dengan adanya dua pucuk surat yang dikirimkan Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah masa Bani Umayah.
Salah satunya surat dari Raja Sri Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang baru saja diangkat menggantikan Khalifah Sulaiman (715-717 M). Surat kedua didokumentasikan Abd Rabbih (246-329/860-940) dalam karyanya, Al-Iqd alFarîd. Potongan surat tersebut ialah sebagai berikut: “Dari Raja Diraja…, yang adalah keturunan seribu raja… Kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga mengutus salah seorang ulama terbaiknya untuk memperkenalkan Islam kepada Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman. Pada tahun 718, Sri Indrawarman akhirnya mengucap dua kalimat syahadat.
Selain itu menurut catatan sejarah, pasukan Turki yang tiba di Aceh pada tahun 1566- 1577. Dengan bantuan ini, Aceh menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1568. Kehadiran Kurtoglu Hizir Reis bersama armada dan tentaranya dengan sendirinya disambut dengan sukacita oleh umat Islam Aceh. Kurtoglu Hizir Reis kemudian diberi gelar sebagai gubernur (wali) Aceh, yang merupakan utusan resmi Khalifah yang ditempatkan di daerah Aceh.
Sebagai bagian Khilafah Islam, Aceh menerapkan syariat Islam sebagai patokan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Abdur Rauf Singkel mendapat tawaran dari Sultan Aceh, Safiyatuddin Shah untuk menduduki jabatan hakim (qâdhi) dengan sebutan Qadhi al-Malik al-Adil. Sebagai seorang hakim, Abdur Rauf diminta Sultan untuk menulis sebuah kitab sebagai patokan (qânûn) penerapan syariat Islam.
Runtuhnya Khilafah
Respon atas runtuhnya khilafah mulai bermunculan kala Mustafa kemal mnghancurkan penjaga kaum muslimin yakni khilafah yang di ganti dengan republik. Berbagai gerakan dan upaya telah dilakukan kamum muslimin guna membangkitkan kembali Khilafah namun pada akhirnya berujung kegagalan.Penyebab utama kegagalan seluruh upaya untuk menegakkan kembali khilafah adalah :
1. Gerakan tersebut tidak berdiri d atas fikroh yang jelas, tidak jernih, tidak murni
2. Gerakan tersebut tidak mengetahui thariqah bagi penerapan fikrahnya
3. Gerakan tersebut bertumpu pada orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar, hanya berbekal keinginan dan semangat belaka.
4. Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan tidak mempunyai ikatan yang benar, ikatan yang ada hanya struktur organisasi.
Maka wajar gerakan tersebut hanya sebatas bekal kesungguhan dan semangat yang dmiliki sampai bekal itu habis. Jadi untuk membangkitkan kembali khilafah ‘ala minahji nubuwah harus ada fikroh dan thoriqoh yang shohih, ikatan yang shohih, dan berjamaah.
Wallahu a’lam bishshawab.