Oleh : Alin FM
Praktisi Multimedia dan Penulis
Indonesia sedang menjadi sorotan dunia Internasional. Indonesia dengan segudang kekayaan dan populasinya sedang menjadi pembahasan. Pembahasan yang tak jauh dari situasi Pandemi Covid-19 yang sedang mendera Dunia. Diketahui, sejumlah negara dikabarkan menutup kunjungan bagi WNI, di antaranya Jerman, Swis, Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, Turki, menutup pintunya untuk warga negara Indonesia karena khawatir menjadi transmiter Covid-19.
Berdasarkan data covid19.go.id pada Sabtu (12/9/2020), kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 214,746 orang, sebanyak 152,458 orang dinyatakan sembuh, dan 8,650 orang meninggal dunia.
Data menunjukkan kasus covid 19 di Indonesia semakin tinggi. Klaster-klaster penularan baru bermunculan, dari klaster perkantoran sampai kini muncul klaster keluarga. Bahkan proses pilkada telah menjadi klaster penularan Covid-19. Jika ini tidak ditangani secara serius dengan kebijakan yang tepat dan ketat, maka akan muncul klaster-klaster lainnya. Jangan sampai Indonesia menjadi negara yang paling ditakuti dan kemudian diisolasi dunia Internasional karena pandemi Covid-19.
Pemerintah telah menuai kegagalan menahan laju pandemi Covid-19 akibat salah strategi. Sejak awal pemerintah lebih memprioritaskan pemulihan ekonomi daripada menangani akar pandemi, yaitu memutus total laju penyebaran Covid 19. Akibat menganak-emaskan ekonomi akhirnya korban pamdemi covid 19 semakin berjatuhan. Ekonomipun semakin terpuruk dan rakyat bingung tidak tahu harus berbuat apa.
Namun Pemerintah terkesan diskriminatif, tak peka, dan tidak serius dengan fakta semakin banyaknya korban Covid 19 di Indonesia. Bahkan di tengah ketidakpercayaan masyarakat internasional, justru Pemerintah ngotot memperlonggar aturan dengan menerima kedatangan WNA, khususnya TKA dari China.
Sekarang laju penyebaran pandemi sudah kemana-mana dan sulit dikendalikan. Penanganan COVID-19 setengah hati pemerintah sehingga menghadirkan ketakutan pada masyarakat dunia. Saat ini sudah 59 negara yang menutup akses bagi kedatangan WNI dan Indonesia menjadi negara yang ditakuti. Ini menggambarkan ketidakpercayaan masyarakat Internasional terhadap penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah Indonesia. Alih-alih menggenjot roda perekonomian Indonesia malah citra Indonesia semakin buruk di mata internasional.
Pelarangan 59 negara terhadap WNI merupakan pukulan bagi Indonesia. Pemerintah tidak suka lock-down, tapi akhirnya Indonesia yang di locked-down oleh negara-negara lain. Inilah konsekuensi logis dari kebijakan limbung pemerintah. Seharusnya ini menjadi momentum Muhasabah pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya, yaitu melindungi seluruh nyawa rakyat dan menyelamatkan rakyat dari darurat kesehatan internasional ini.
Rakyat pun ingin melihat keseriusan Pemerintah
Saat ini, Testing terhadap masyarakat harus terus menerus dilakukan secara masif dan dengan alat yang akurat. Jika yang dianggap akurat itu adalah swab PCR, maka buatlah itu sebagai strategi testing yang menjadi tanggung jawab pemerintah, bukan dibebankan pada rakyat. Lakukan secara berkala terutama di tempat-tempat yang potensial menjadi klaster. Buatlah masyarakat disiplin mencegah penularan dengan melakukan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. 3M harus menjadi budaya, bukan cuma slogan ataupun himbauan. Kemudian yang paling di tunggu oleh rakyat adalah Lock down total di semua wilayah Indonesia.
Karena, pandemi covid 19 adalah sumber permasalahan saat ini yang membuat Indonesia ditakuti dunia. Maka dari itu, sumber permasalahannya harus dituntaskan terlebih dahulu. Jika itu telah dituntaskan, maka Indonesia tidak lagi ditakuti, bahkan mendapatkan kembali kepercayaan dunia internasional.
Jadi Indonesia mau lockdown untuk menekan penyebaran virus covid 19, dampak ekonominya dengan kebijakan yang tidak lockdown hanyalah beda tipis. Justru dengan lockdown lah efektivitas penekanan covid 19 akan lenyap. Dan juga, bisa lebih cepat menyelematkan nama Indonesia di kancah internasional.
Efektivitas kebijakan lockdown bisa demikian, sebab Pemerintah memberi jaminan serta kebijakan yang tepat dalam memobilisasi rakyat. Mobilisasi rakyat berupa mengawasi masyarakat agar tetap di rumah serta edukasi massif di seluruh lapisan masyarakat, sekaligus juga Pemerintah memberikan jaminan kepada semua lapisan masyarakat bahwa kebutuhan sehari-hari mereka berupa bahan pokok pasti terpenuhi. Dengan kata lain, lockdown memberikan ruang bagi pemerintah untuk mengakomodasi dua hal tersebut.
Di dalam Islam, Pemimpin bertanggungjawab terhadap rakyatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di pengadilan Allah SWT. Seyogyanya para pemimpin negeri ini mencari solusi tepat dalam mengatasi Pandemi Covid 19 bukan memilih menganak-emaskan ekonomi dibandingkan nyawa rakyat dan nama baik Indonesia. Ingat rakyat menanti kebijakan yang tepat Pemerintah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari).
Dahulu di masa Rasulullah pernah terjadi wabah penyakit, kemudian beliau memerintahkan untuk isolasi dan sterilisasi lokasi yang terjangkit wabah atau dikenal istilah sekarang adalah lock down. Tujuannya, agar meminimalisir penyebaran virus ke tempat yang lebih luas.
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf RA, Rasulullah bersabda, “Bila kalian mendengar wabah tengah mendera suatu daerah, maka janganlah kalian memasukinya, dan jika menyerang wilayah kalian, maka janganlah engkau melari kan diri.” (HR Bukhari).
Dengan mengambil konsep Islam, komitmen Pemerintah sebagai penanggung jawab utama dilaksanakan. Sehingga melaksanakan aturan bisa diwujudkan, RS dan tenaga kesehatan terposisikan dengan terhormat, sehingga bisa maksimal membantu korban yang terpapar Covid , dan yang positif di isolasi agar tidak tertular kepada rakyat.
Rakyat pun menunggu keseriusan Pemerintah. Indonesia akan mempunyai harapan baru untuk dapat mengatasi COVID-19 dan dampak-dampaknya. Sehingga Indonesia tidak lagi ditakuti, bahkan mendapatkan kepercayaan kembali masyarakat internasional.