Oleh : Maria Ulfa Sujari
(Praktisi Pendidikan)
Antara ada dan tiada. Ada isunya, tapi fakta bahayanya tak terlihat nyata. Seperti itulah kiranya perumpamaan yang tepat untuk istilah 'radikalisme' yang dianggap sangat menakutkan dan berbahaya oleh rezim saat ini. Apapun dikaitkan dengan radikalisme, yang sedihnya ujung-ujungnya mengarah kepada Islam.
Betapa tidak, Fachrul Razi, sebagai Ketua Kemenag yang duduk mewakili kepentingan umat, juga seringkali mengucapkan tentang bahaya radikalisme. Bahkan, diindentifikasikan bahwa orang-orang yang good looking dalam arti seperti orang yang berpenampilan baik, memiliki bacaan Al-Qur’an yang bagus, bahkan hafidz Qur'an, cenderung rawan terpapar radikalisme (news.detik.com/berita/d-5160479/pernyataan-menag-agen-radikalisme-good-looking-berbuntut-panjang). Wajar saja hal ini menjadi polemik di tengah publik.
Padahal, betapa banyak umat Islam yang ingin sekali memiliki anak yang mampu menghafal Al-Qur’an dan yang good looking semacam itu. Tapi, apabila mendengar menteri agama berucap yang justru menegatifkan citra orang yang berciri-kan seperti itu, apakah Kemenag tidak khawatir kalau generasi muslim malah takut mengaji karena takut terpapar radikalisme?
Bagaimana nasib generasi umat jika takut mendalami agamanya sendiri?
Apakah Kemenag tidak khawatir jika mereka malah beralih kepada pemikiran liberal ala Barat yang menuhankan kebebasan dan tak mengenal halal haram? Apakah kemenag tidak takut terhadap pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak atas amanah-amanah yang diembannya?
Di samping itu, Kemenag juga tetap bersikukuh mengadakan sertifikasi da'i atau yang mereka lebih senang menyebutnya da'i bersertifikasi. Meskipun sebenarnya tak ada bedanya. Toh da'i bersertifikat itu ada, karena mereka mengikuti sertifikasi da'i. Bukankah begitu? Yang jelas, apakah pantas da'i disertifikasi? Konon program ini dilakukan untuk cegah radikalisme (asaberita.com/sertifikasi-dai-cegah-penyebaran-paham-radikalisme/)
Lagi-lagi radikalisme.
ASN dikhawatirkan terpapar radikalisme. Padahal fakta di lapangan, ada penampakan yang lebih mengerikan daripada hantu radikalisme di kalangan ASN, misalnya kasus korupsi hingga praktik poliandri (read.id/oknum-asn-di-gorontalo-ditetapkan-tersangka-kasus-korupsi-ratusan-juta/) (jawapos.com/nasional/31/08/2020/fenomena-poliandri-marak-di-kalangan-asn-dpr-itu-pelanggaran-berat/
Pemuda dan mahasiswa dikhawatirkan terjangkit radikalisme. Padahal yang tampak nyata menjadi masalah remaja dan pemuda hari ini adalah arus kebebasan yang membuat mereka terjerumus dalam pergaulan bebas hingga mengkonsumsi narkoba ataupun miras (regional.kompas.com/read/2020/04/10/20310481/14-orang-pesta-seks-di-hotel-makassar-digerebek-saat-6-remaja-bugil-polisi).
Apakah fakta-fakta tersebut tidak lebih menyeramkan? Tapi tak ada yang menyebutnya sebagai akibat dari radikalisme.
Lalu apa radikalisme itu sebetulnya? Apakah orang-orang yang mentaati perintah Allah dan RasulNya yang berbunyi sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (TQS. Al- Baqarah :208).
Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya,
عَنْ كَـثِـيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِـيْهِ عَنْ جَدِّهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيــْنِ لَـنْ تَضِلُّـوْا مَا تَــمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ نَـبِـيِّهِ. ابن عبد البر
Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr]
Jika radikalisme adalah hal yang berupa keteguhan seseorang dalam menjalankan agama, apakah pantas hal tersebut untuk ditakuti?
Ada ketakutan atau phobia yang tidak masuk akal di sini terhadap Islam atau apapun yang berkaitan dengan Islam atau yang biasa disebut dengan istilah Islamophobia.
Islamophobia adalah suatu sikap kebencian dan ketakutan akan semua hal yang berbau Islam. Istilah ini dianut oleh sebagian besar orang Barat, mereka menganggap bahwa Islam itu Radikal (Kompasiana.com).
Umat Islam harus tersadar atas keberadaan Islamophobia dan bahayanya sebagai senjata Barat untuk melakukan perang pemikiran dengan pemikiran Islam. Sesungguhnya perang pemikiran antara haq dan batil akan terus berlangsung. Hantu radikalisme tak lain adalah jelmaan dari Islamophobia yang sengaja dimunculkan oleh Barat untuk menebar ketakutan kepada pemikiran Islam Kaffah. Digaungkan untuk menjegal upaya penyadaran umat Islam agar kembali kepada identitas mereka seutuhnya sebgai muslim, kembali kepada Islam secara kaffah atau menyeluruh.
Wallahu a’lam bishawwab.
Tags
Politik