Oleh: Rina Yulistina
Lagi, untuk sekian kalinya Menag Fachrul Razi melontarkan pernyataan kontroversi yang melukai hati umat Islam. Bagaimana tidak, secara terang-terangan Ia menyatakan bahwa paham radikal masuk melalui orang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Jazuli Juwaini memprotes keras pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi yang menyebut strategi radikalisme masuk melalui orang yang berpenampilan menarik atau good looking dengan fasih berbahasa arab, hafiz, dan memiliki pemahaman agama yang baik.
MUI menilai pernyataan fachrul Razi sangat menyakitkan. "MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata," kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, kepada wartawan. detikNews Jumat (4/9/2020).
Menag pun mendapatkan kritikan keras dari tokoh Papua, Christ Wamea yang dilansir di laman fin.co.id "Menag ini mulai dari dilantik sampai hari ini hanya radikalisme yang keluar dari mulutnya," tulis Christ Wamea di akun twitternya, Kamis (3/9).
Christ kemudian mempertanyakan fungsi Menag. Dia menilai, setiap argumen Menag, seolah agama itu sarang radikalisme. "Sebenarnya ini menteri urusan radikalisme atau menteri agama. Karena terus beropini seperti ini maka seakan-akam agama itu sarang radikalisme" Sambung Christ.
Isu radikalisme akan terus digoreng hingga kapanpun, jika kita runut tercetusnya fram jahat terhadap Islam sejak Josh W. Bush mengajak para kepala negara untuk bergandengan tangan melawan terorisme setelah tragedi WTC.
"Semua bangsa punya pilihan sendiri. Apakah mau bergabung bersama kami atau ingin bersatu dengan teroris," tegas Bush. (liputan6.com, 20/9/14)
Sejak itu pula seluruh negara memperkuat dengan undang-undang anti terorisme dan siapapun yang dicurigai tanpa bukti yang jelas bisa terjerat pada pasal ini. Mirisnya Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia kaum muslim di negara ini selalu menjadi pihak tertuduh.
Seharusnya jika kita berfikir rasional Menag seharusnya bersyukur dengan hadirnya para pemuda pemudi yang good looking di tengah darurat moral dan problem generasi yang karut marut, seharusnya Menag mempromosikan agar semua kembali belajar agama yang baik, memakmurkan masjid, dan menghafal alquran.
Namun yang terjadi, Menag memilih menebar ketakutan dengan menuduh orang belajar agama, punya pemahaman agama yang baik, bahkan menyasar hafiz sebagai pintu masuk radikalisme. “Ini menunjukkan menteri agama tidak paham peta masalah kebangsaan dan denyut nadi keberagamaan khususnya umat Islam. Akibatnya salah dalam mengambil kesimpulan sehingga keluar pernyataan yang kontraproduktif dan menyakitkan umat. Dan ini berbahaya karena kebijakan negara bisa salah kaprah,” tegas Jazuli, seperti dikutipPikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI.
Dengan kondisi penyudutan Islam bukan bearti kita menjadi mundur, namun kita harus mengambil contoh bagaimana para good looking zaman Rasulullah tetap getar menyebarkan Islam meski pembesar Quraisy tak meridhoinya, berkat kegigihan para good looking inilah Islam menyebar hingga ketanah air kita tercinta Indonesia.