Good Looking Katanya Radikal, Benarkah?



Oleh Rifka Fauziah Arman (Pendidik Farmasi dan Ibu Rumah Tangga) 

“Good Looking” yang viral di media sosial menjadi sorotan bagi umat islam. Bagaimana tidak? Setelah Menag (Menteri Agama) menyatakan tentang radikalisme yang identik dengan ciri-ciri good looking (tampan), hafiz qur’an, pandai bahasa arab dan menjadi imam-imam masjid. Timbul banyaknya pro kontra dari pernyataan beliau yang tidak mendasar ini. Apalagi menjadikan anak-anak berprestasi menjadi ciri-ciri radikal. 

Belum lagi melarang ASN ataupun PNS yang setuju dengan ide khilafah Semua pernyataan ini disampaikan oleh Menag dalam webinar di Youtube KemenPAN-RB dengan judul “Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara”. Dan berita terbaru adalah sertifikasi para da’i dan mubaligah yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini. 

Dari pernyataan-pernyataan di atas merupakan strategi Menag dalam menangkal radikalisme yang tidak mendasar dan sangat menyinggung perasaan umat islam. Menuduh laki-laki yang tampan sebagai bibit dari radikalisme, padahal radikalisme sendiri tidak melihat dari wajah dan tidak ada standar penampilan karena ini bisa menjadi pelaku pada siapa saja dan stempel “good looking” itu menurut orang yang berbeda-beda. 

Belum lagi hafidz qur’an dan pandai bahasa arab menjadi bagian dari ciri-ciri pelaku radikalisme, ini lebih tidak mendasar. Pernyataan ini akan menjadi ketakutan pada orangtua yang menginginkan dan membanggakan anak-anak dan keturunannya menjadi hafiz qur’an maupun pandai bahasa arab. Apalagi banyak lembaga pendidikan yang menyediakan beasiswa untuk para hafiz qur’an dan pandai bahasa arab. 

MUI mengecam pernyataan dari Menag pada acara webinar tersebut. MUI menyatakan meminta agar Menag menarik semua penyataannya dalam acara webinar tersebut karena tuduhannya tidak mendasar. Menurutnya pernyataan Menag sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat islam yang sudah punya andil dalam kemerdekaan negara Indonesia. (detik.com 04/09/2020) 

Beliau juga menyinggung Menag dalam pernyataannya tersebut mengandung agenda-agenda terselubung dari beberapa pihak. Menurutnya Menag menunjukkan ketidakpahaman beliau tentang radikalisme dan meragukan data yang Menag dapatkan. Beliau juga berpendapat bahwa Menag hanya menyasar umat islam sebagai pelaku radikalisme yang pada nyatanya radikalisme tidak terjadi pada umat islam saja tapi dari kalangan manapun. (detik.com 04/09/2020) 

Kemudian pernyataan beliau mengenai persyaratan ASN atau PNS yang setuju dengan ide khilafah tidak boleh mengikuti pencalonan ASN maupun CPNS. Beliau menyatakan ide khilafah ini tidak dilarang tetapi tidak boleh menjadi ASN atau CPNS, hal ini menjadi kebingungan bagi umat islam. Karena sesuatu yang tidak dilarang tetapi menjadi permasalahan dalam permasalahan kepegawaian negara. 

Kemudian yang menjadi kontroversi lagi adalah sertifikasi para da’i dan mubalighah yang akan dilaksanakan akhir-akhir ini. Ustadz Haikal Hassan sebagai jubir PA 212 mempertanyakan tujuan hal ini karena ini akan menimbulkan keraguan juga dalam efektivitas standarisasi da’i yang sebelumnya sudah digelar di tahun 2019. Menurutnya masyarakat bisa menilai sendiri siapa penceramah yang kompeten dan tidak yang dibutuhkan umat. Beliau juga mengingatkan bahwa cermah adalah bentuk dari kebebasan berpendapat yang dibuat oleh institusi dan standarisasi da’i ini adalah sebuah ide konyol yang dikeluarkan oleh Menag maupun MUI. (cnnindonesia.com 27/11/2019) 

Dari permasalahan-permasalahan ini terlihat sekali bagaimana seorang pemimpin di kementrian yang selalu menyudutkan umat islam. Umat islam yang selalu menjadi sorotan dan diserang bertubi-tubi terutama saat Menag dalam kabinet presiden di periode kali ini. Umat islam dijadikan pelaku radikal dan teroris, padahal beliau juga seorang umat islam. Beliau menyerang suadaranya sendiri bahkan menuduh saudranya sendiri. 
R
Hal ini yang menimbulkan keraguan pada diri umat islam tentang kepemimpinan seorang menteri yang seharusnya adil dalam memberikan aturan dan pernyataan. Beliau tidak pernah menyinggung atau bahkan melarang-melarang umat agama lainnya, tetapi islam selalu disebutkan dalam pidatonya sebagai radikal, radikal dan radikal. 

Pernyataan beliau juga terkait khilafah yang sempat menjadi sorotan kembali di dunia media sosial maupun media televisi menjadikan bukti bahwa beliau sangat tidak ingin khilafah tegak kembali di dunia ini. Pernyataan-pernyataan beliau menjadi bukti dalam menghambat dakwah umat islam untuk taat terhadap syari’ah dan kembali pada Al-Qur’an. 

Melihat cara beliau memojokkan umat islam, teringat kembali bagaimana Mustafa Kemal Attaturk yang meruntuhkan khilafah pada masa kekhilafahan Utsmani dengan agenda-agenda terselubung dan ide-ide tersembunyi untuk mengganti sistem pemerintahan khilafah menjadi republik. Bagaimana cara Mustafa Kemal mengemukakan pendapatnya yang sangat menentang ajaran islam bahkan menginginkan syari’at islam ini runtuh dan menghalang-halanginya. 

Lihatlah bagaiaman ia berakhir saat Allah WT mengambil nyawanya dengan penyakit yang sangat parah dan sulitnya menguburkan jenazahnya bahkan sampai tidak ada ulama yang ingin menyolatkannya. Betapa sakitnya hati umat islam dengan penghianatan Mustafa Kemal pada umat islam terutama di hadapan Allah. Bahkan bumi saja tidak ingin menerimanya untuk dikuburkan hingga tertahan berhari-hari mencari cara untuk menguburkannya. Naudzuubillah... jangan sampai kita menjadi bagian dari orang-orang seperti Mustafa Kemal yang menentang syari’at islam, menyerang umat islam dan melarang-larang dalam melaksanakan syari’ah islam. 
Wallahu’alam bisshawwaab. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak