Oleh : Neng Rina
Mahasiswi "Agent of Change"
Siapa saya dan siapa kita? Pernahkah pertanyaan itu terpikir dalam kepala anda? Jika pernah maka itu tandanya anda sedang berpikir. Apakah anda sudah menemukan jawabannya? Mari kita temukan bersama apakah jawabannya.
Dewasa ini, acara berita baik di televisi atau media sosial yang sering muncul adalah tentang kasus kriminal atau istilah lainnya adalah kabar buruk saja. Jarang sekali ada kabar baik yang disampaikan, terlebih menyangkut generasi saat ini alias kids zaman now. Keren ya namanya. Tapi bagaimana dengan tingkah lakunya? Sudahkah sesuai dengan namanya?
Bangsa kita ini bangsa yang besar. Bangsa yang punya jutaan pemuda. Bangsa yang memiliki mayoritas muslim terbesar di dunia. Bangsa yang sumber daya alamnya melimpah ruah. Bangsa yang tanahnya subur dan menyejukan jiwa. Bangsa yang dipuja dunia karena keramahtamahannya. Bangsa yang di dalamnya hanya ada masyarakatnya yang penuh tawa dan kegembiraan. Tapi itu dulu,dulu sekali. Sekarang bangsa dan negeri ini berada di ambang kehancuran dan kebobrokan.
Kenapa? Itu karena kita. Percaya atau tidak itu semua karena kita. Kita yang hanya bisa diam ketika melihat kemaksiatan, kita yang bagai boneka jajahan nonfisik oleh bangsa asing dengan paham sekulerismenya. Kita yang mulut, mata, telinga, bahkan hatinya telah dikunci oleh bangsa Barat. Mengekor mereka menuju neraka dan murka Allah Swt. Wahai, kita ini sedang dijajah, kita ini sedang ditipu. Kita ini bangsa yang koma.
Generasi kita saat ini sedang dibombardir oleh bangsa Barat. Bangsa yang benci Islam. Anda mau lihat fakta? Sekarang buka jendela rumah Anda, tengok keluar berapa banyak orang yang memenuhi masjid? Berapa orang yang masih mempedulikan orang lain? Berapa orang yang sedang menjadikan diri mereka sebagai hamba yang bisa Allah Swt bangga kan? Bandingkan dengan orang-orang yang lebih cinta dunia, menyibukkan diri dengan urusan hajat hidup di dunia. Menganggap hidup ini adalah abadi dan selama-lamanya. Sungguh perbandingannya 1 : 1000. Astagfirullahal’adziim.
Bangsa Barat mengincar keimanan kita, mereka memporakporandakan pemikiran kita dengan fun, fashion, dan food ciri khas mereka. Meracuni generasi dengan hal hal yang terkesan membahagiakan dan menyenangkan. Menjadikan setiap pribadi buram kebenaran. Mereka menyatakan diri mereka bagai sahabat jiwa padahal pelaku penyesatan generasi.
Para kids zaman now yang kekinian yang katanya hits ini memposisikan diri mereka sebagai generasi anti mainstream. Serba bebas dan serba boleh. ”GUE YA GUE, LU YA LU. HIDUP SENDIRI AJA BELUM BERES UDAH RIBET SOK NGURUSIN HIDUP ORANG”. Begitulah kata mereka. Kesannya acuh tak acuh.
Wahai , saat ini pergaulan bebas meraja rela, zina bukan lagi hal tabu melainkan suatu kebisaan yang wajar. Riba dimana mana, pacaran, kekerasan dan kriminalitas jadi aktivitas sehari hari, saling mendzolimi dianggap HAM. Minum minuman keras itu lumrah,judi lagi judi lagi,aib aib orang diumbar di media masa. Yang terbarukan adalah kasus LGBT yang berkesan dilegalkan. Istilahnya, buka mata sampai menutup mata lagi hanya menjadi investor dosa saja.
Jauh sekali generasi zaman sekarang dari perilaku baik bahkan dari agama. Mereka seakan buta dengan agama mereka sendiri. Mereka asing dengan diri mereka sendiri.Padahal yang menciptakan mereka itu adalah Allah Swt, yang mereka pikirkan hanya bagaimana mencari kebahagiaan. Padahal dunia ini fana, kebahagian yang ditawarkan Barat hanya sesaat.
Padahal jelas sekali Rasulullah saw. mengatakan di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas “Apabila zina dan riba telah tampak nyata dalam suatu kaum, maka mereka benar-benar telah menghalalkan azab Allah Swt terhadap diri mereka” . Nauzubillah min zalik.
Apa solusinya? Hanya Islam.
Mengapa? Karena Islam adalah Rahmatan lil’alamin. Agama yang Allah sempurnakan untuk umat muslim. Kembali ke jalan yang telah Allah Swt ridai. Menjadikan Al Qur’an dan sunah sebagai rujukan kehidupan.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Itulah alasan kita berdakwah, menyebarkan kebenaran di atas kemaksiatan masa kini. Bayangkan jika hari ini kita hanya diam lalu bagaimana nasib anak cucu kita di masa depan. Ketika bangsa barat saja gencar menyebarkan virus sekulernya, kita malah acuh dengan keadaan bangsa ini. Jangan jadikan diri kita sebagai patung bisu di saat jutaan pejuang dakwah mengerahkan segala upaya mereka untuk menegakkan kembali kejayaan umat terdahulu.
Mari buka mata kita, bangunkan bangsa kita yang saat ini koma. Guncang bahu saudara saudara kita yang masih mati suri di zaman now dengan menyerukan amal ma’ruf nahi munkar. Jika bukan kita yang menolong agama Allah lalu siapa lagi. Karena barang siapa yang menolong agama Allah maka Allah kan menolong ia.
“Hendaklah ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali-Imran [3]: 104”.
“ Tak ada balasan kebaikan selain kebaikan (pula) “ (ar-Rahman : 60)
Jangan takut jika membawa kebenaran. Sungguh janji Allah itu benar dan nyata.
Wallahu A'lam Bishawab