Oleh: Fika Anjelina
(Member Akademi Menulis Kreatif dan Aktivis Islam)
Pepatah mengatakan “Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya”. Ini menggambarkan kondisi kita saat ini yang mengalami masalah bertubi-tubi. Seolah-olah tidak ada solusi yang tepat untuk mengatasinya. Ketika ada solusi malah menimbulkan masalah baru lagi.
Seperti yang disampaikan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian bahwa negara yang menerapkan pemerintahan otokrasi atau oligarki lebih efektif menangani virus Corona. Menurutnya, bahwa negara seperti itu lebih mudah mengendalikan perilaku masyarakat dalam menghadapi pandemi. Alasannya karena kedaulatan dipegang satu orang atau segelintir orang. Seperti negara China dan Vietnam yang menggunakan cara-cara yang keras dalam menangani pandemi.
Masih menurut Tito, bahwa negara yang menganut demokrasi kesulitan dalam menangani pandemi karena tidak bisa memaksa rakyatnya. Contohnya masyarakat masih sulit menerapkan protokol kesehatan. Padahal itu merupakan hal sederhana seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker ketika aktivitas di luar rumah. (CNN, 03/09/2020)
Dilansir dari BBC news( 15/5/2020 ,) , memang benar fakta penyebaran Covid- 19 di Negara Vietnam pada 100 hari pertama tidak ditemukan kasus Covid-19. Tetapi setelah itu keamanan dalam negeri mulai diperlonggar dan sektor pariwisata mulai dibuka. Menurut laman yang sama, pada akhir Juli 2020 Covid-19 menyebar di tempat wisata Da Nang Vietnam.
Kemudian tanggal 31 Juli 2020, pria berusia 70 tahun menjadi pasien pertama yang meninggal dunia karena kasus Covid-19 di Vietnam. Sayangnya kasus ini sempat ditutupi oleh pemerintah Vietnam karena alasan menanggung malu di depan umum. Setelah kasus pertama, kasus Covid-19 menyebar di Vietnam. Menurut data kasus Corona di Vietnam per tanggal 7 September 2020, ada 1.049 kasus positif dan 35 kasus meninggal dunia.
Sedangkan di China, sebagai negara asal virus Corona tercatat tanggal 7 September 2020 sudah ada 85.122 kasus positif dan 4.634 kasus meninggal dunia. China sempat mengklaim bahwa tidak ada kasus positif baru untuk pertama kalinya pada bulan Mei lalu. Kemudian China membuka sektor pariwisata. Setelah itu, para turis berdatangan. Turis-turis datang dari Wuhan, Beijing, Dalian, Tianjin dan Jinan. Ternyata pada akhir Juli ditemukan klaster baru di sembilan kota dan lima provinsi.
Hal ini membuktikan bahwa tidak ada negara yang benar-benar lolos dari virus Corona. Sekalipun negara otokrasi seperti China dan Vietnam. Meskipun ada satu waktu dimana kondisi terlihat membaik, mereka justru membuka pariwisata. Dan alih-alih menggerakkan ekonomi rakyat, ternyata pemerintah otokrasi juga sangat loyal pada kapital daripada rakyatnya sendiri.
Adapun kepatuhan yang terjadi di negara otokrasi disebabkan adanya ancaman hukuman dari penguasa. Kepatuhan yang terbentuk dari mekanisme ini adalah kepatuhan terpaksa yang bersifat tidak permanen. Bahkan bisa melahirkan dendam rakyat kepada pemimpinnya. Dalam sejarah di dunia juga pernah membuktikan jejak hitam ketika diterapkannya pemerintahan yang otoriter.
Seharusnya pemerintah bisa memaksimalkan upaya untuk menghentikan laju infeksi virus Corona. Misalkan dengan menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan, menyediakan berbagai fasilitas sehingga rakyat mudah melaksanakannya. Kebijakan yang dibuat seharusnya meningkatkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan kebijakan yang berpihak pada rakyat. Kebijakan tersebut tidak mengistimewakan segelintir kelompok. Kemudian kebijakan dijalankan secara konsisten dan adil.
Namun, faktanya pemerintah justru sebaliknya. Maka wajar kepercayaan rakyat semakin hilang kepada penguasa.
Adanya pandemi ini membuka mata dunia. Sejatinya dunia membutuhkan sistem alternatif. Bukan otokrasi atau demokrasi. Sistem alternatif tersebut akan mewujudkan fungsi negara sebagai pengayom dan penanggung jawab. Negara akan bekerja optimal mengatasi krisis dan menyosialisasikan protokol kesehatan agar dijalankan rakyatnya. Paradigma sistem seperti ini hanya dimiliki oleh sistem Islam.
Dalam sistem Islam, penguasa dan rakyatnya adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa. Mereka mengurus kehidupan mereka berdasarkan syariat Islam yaitu Alquran dan Sunah. Baik ada pandemi atau tidak, penguasa akan melakukan upaya terbaik sesuai Islam untuk mengurus kebutuhan rakyatnya. Ketika terjadi pandemi, maka penguasa akan melakukan upaya terbaik bukan karena dorongan materi yang bersifat relatif atau takut diprotes rakyat. Tetapi karena ingin mendapat kemuliaan akhirat.
Adapun upaya terbaik yang akan dilakukan penguasa antara lain: Pertama, negara sejak awal akan memisahkan orang yang sakit dan orang yang sehat. Negara akan memberlakukan tes massal baik rapid test maupun swab test secara gratis bagi rakyatnya. Bagi yang terinfeksi, negara menjamin pengobatannya hingga sembuh.
Kedua, negara berupaya optimal menutup wilayah sumber penyakit sehingga penyakit tidak meluas. Dan daerah yang tidak terinfeksi dapat menjalankan aktivitas sosial ekonomi secara normal tanpa takut tertular. Upaya ini akan membuat penguasa fokus untuk menyembuhkan daerah terdampak wabah.
Ketiga, bagi masyarakat di daerah wabah yang tidak terinfeksi penyakit, maka negara akan menjamin kebutuhan pokok mereka. Negara akan menjamin protokol kesehatan dapat dilakukan oleh semua rakyatnya. Upaya ini menambah jalur pemutus rantai penularan penyakit.
Keempat, negara juga akan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang cukup dan memadai untuk rakyatnya. Tanpa menzalimi tenaga medis atau instansi kesehatan. Karena tenaga medis juga manusia biasa yang membutuhkan istirahat.
Kelima, negara juga akan memberi dukungan penuh dengan menyediakan dana yang cukup untuk melakukan riset sehingga vaksin bisa segera ditemukan.
Semua jaminan ini akan ditopang dengan sistem keuangan Islam berbasis Baitul mal. Alhasil, rakyat akan mematuhi protokol kesehatan dan tidak ragu pada kebenaran informasi yang disampaikan penguasanya. Bahkan rakyat taat dengan penuh kesadaran berkat dorongan iman. Rakyat akan patuh dan bersungguh-sungguh menjalankan protokol kesehatan karena ingin mendapat pahala dengan menaati pemimpin yang menjalankan amanah kekuasaan sesuai perintah Allah Swt.
Sistem Islam dapat mengatasi masalah dengan tepat. Karena bersumber pada aturan Sang pencipta alam semesta. Bukan bersumber hawa nafsu manusia yang menimbulkan masalah. Penerapan Islam juga sebagai konsekuensi keimanan bagi seorang mukmin. Karena tidak ada aturan yang lebih baik daripada aturan Islam.
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang yang menyakini (agamanya)?” (TQS. Al Maidah: 50)
Wallahu a'lam bish shawwab