Oleh: Aisyah
Tak terasa di bulan ini kita telah memasuki Muharram ke 1440 hijriyah. Itu artinya,sekitar 14 abad lamanya masa kita terpaut dari masa Rasulullah Saw. Meski demikian, sebagai umat Muhammad, tentu tak sejengkal pun kita ingin berjarak dari mengikuti ajaran beliau dan mengambil keteladanan beliau dalam beriman-Islam.
Momentum 1 Muharam merupakan tanda awal tahun baru Islam. Muharam juga sebagai simbol peristiwa paling penting dalam sejarah Islam yaitu hijrahnya kaum Muslimin dari Mekah ke Madinah. Mengapa penetapan tahun baru Islam atau Hijriah justru mengambil peristiwa hijrahnya Rasul dan bukan dari peristiwa kelahiran ataupun wafatnya Rasulullah Saw? Sebab hijrahnya Rasulullah dan para sahabat dari Makkah ke Madinah merupakan tonggak lahirnya sistem Islam menggantikan sistem jahiliyah. Sebagaimana alasan yang dikemukakan sahabat ‘Ali bin Abi Thalib ketika mengusulkan Hijrah dijadikan sebagai kalender Tahun Baru Islam, adalah karena di hari itu, hari di mana Nabi ﷺ meninggalkan wilayah Syirik. Sahabat Umar pun menyetujuinya.. Umar menegaskan, hijrah itu telah memisahkan antara yang hak dengan yang batil. Antara Islam dengan kekufuran. [Lihat, Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz VIII/576 dan 577]. Begitu berartinya peristiwa hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah, Umar juga pernah menyatakan, “Hijrah memisahkan kebenaran dan kepalsuan, maka itu, biarkan (peristiwa) Hijrah menjadi Epoch of the Era [eposnya suatu era, ed.]” (Fath Al-Bari, Ibn Hajar al-Asqalani)
Maka, bagi kita seorang muslim, hijriyah bukanlah sekedar penanggalan Islam. 1 Muharram bukan sekedar tahun baru Islam. Lebih dari itu, tahun baru Hijriyah dengan momen hijrah Rasulullah yang melatarbelakangi penanggalannya, merupakan makna terbesar yang termuat dalam Hijriyah ini. Rasululllah Saw berhijrah bukan sekedar mengganti tempat tinggal, bukan pula migrasi menghindari perlakuan keji orang-orang Quraisy. Hijrah Rasulullah merupakan perintah dari Allah Swt. Rasulullah berhijrah semata mata untuk menegakkan kehidupan Islam di Madinah. Membangun institusi masyarakat yang satu dalam pemikiran, perasaan dan peraturan yaitu Islam. Melalui peristiwa hijrah, Rasulullah membangun kesatuan umat dalam ketaatan, kekuatan dan keamanan Islam. Yang karenanya Islam dan kaum muslimin dimuliakan. Dakwahnya tumbuh pesat merambah seluruh jazirah Arab bahkan mendunia.
اِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong".(An-Nasr : 1, 2).
Tarikh membuktikannya, kekuatan peradaban Islam dihormati dan disegani dunia. Bahkan dunia tidak bisa mengelak bahwa kemajuan peradaban manusia adalah hasil sumbangsih Islam dan peradabannya. Melalui institusi gagah perkasa, sepanjang masa kekhalifahan yang ada, dan kerajaan- kerajaan Islam nusantara. Institusi Islamlah yang telah menghapus sistem rusak jahiliyah. Mengubah penghambaan hanya kepada Allah semata; mengangkat derajat kaum wanita, manusia seluruhnya, tanpa melihat ras, suku bangsa bahkan agama. Islam memberikan perlindungan penuh dan jaminan atas kesejahteraan manusia.
Oleh karena itu, memaknai hijrahnya Rasulullah Saw dan meneladaninya merupakan kewajiban. Kewajiban untuk mengganti sistem rusak jahiliyah dengam syari'ah-Nya secara keseluruhan, seperti yang Rasullullah contohkan.
Jadi sudah sepantasnya bagi kita kaum muslim, memaknai tahun baru hijriyah kali ini sebagai momentum untuk berhijrah sesungguhanya. Dari sistem rusak kapitalis-sekular yang sudah terbukti bobroknya kepada sistem Islam yang mulia.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" ( Al-Maidah:50).
Dengan memahami makna hijrah ini, semoga hijriyah tak sekedar mengulang romantisme sejarah.
Wallahu a’lam bish showab.