Ada Apa di Balik 'Korean Wave'?




Oleh Rifdatun Aliyah


Korean wave atau gelombang korea nampaknya masih marak dikalangan generasi bangsa. Bagaimana tidak! Akhir bulan Agustus, beredar soju halal daerah Bandung, Jawa Barat dan daerah lain sekitar pulau Jawa. Soju merupakan minuman beralkohol asal Korea yang selalu dikonsumsi masyarakat khususnya anak muda Korea.

Melihat maraknya anak muda Indonesia dan peluang bisnis, lalu muncullah ide menciptakan soju halal. Ide membuat soju non-alkohol ini datang dari Sovi dan Rinda. Sovi mengaku terinspirasi dari drama Korea yang sering ia tonton (jabar.idntimes.com/27/08/2020).

Namun, tak kalah menghebohkan adalah pernyataan dari Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang menyatakan harapannya agar tren Korean Pop atau K-Pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia Internasional (tirto.id/20/09/2020). Lalu, apakah benar 'Korean Wave' layak menjadi panutan generasi Indonesia khususnya generasi muslim? Ada apa dibalik arus gelombang Korea ini?

Tak dapat dipungkiri bahwa Korea Selatan sebagai salah satu negara pengemban ekonomi kapitalis menjadikan gelombang Korea dalam dunia hiburan sebagai penyumbang devisa besar bagi negara. Korea Selatan juga mengembangkan industri perfilman dan musik diberbagai perguruan tinggi. K-pop atau Korea Pop telah menghasilkan banyak materi bagi orang-orang yang terlibat didalamnya. Namun, apakah itu cukup untuk menjadikan K-pop sebagai inspirasi?

Faktanya, dibalik gemerlapnya kehidupan artis-artis Korea banyak sisi negatif yang terjadi pada pola kehidupan masyarakat disana khususnya generasi muda. Pertama, maraknya masyarakat dan generasi yang memilih tidak memeluk agama bahkan ateis. Badan Statistik Korea mengatakan jika dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan warga yang tidak memiliki agama di Korea Selatan. Jika pada 2005 jumlah warga yang tak memeluk agama sekitar 47%, jumlah itu meningkat 10% dalam 10 tahun terakhir (m.dreamers.id/29/05/2017).

Kedua, L6bT juga marak di Korea Selatan. Tidak ada hukum yang melawan homoseksualitas dalam catatan sejarah Korea (wikipedia.org). Ketiga, kasus bunuh diri meningkat. Bunuh diri di Korea Selatan adalah tingkat tertinggi ke-10 di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2012 (wikipedia.org). Selain ketiga hal diatas masih banyak masalah lain seperti penggunaan narkoba, pergaulan bebas, tingkat perceraian tinggi dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam dunia Islam, generasi muslim sejak lama dikenal sebagai generasi terbaik yang memiliki akhlak mulia, ketaatan yang tinggi kepada agamanya dan berwawasan luas. Para generasi muslim terdahulu telah mengukir prestasi emas yang memiliki sumbangsih terbesar untuk umat manusia. Muhammad Al Fatih adalah salah satu generasi muslim muda yang mampu menaklukkan konstantinopel.

Para generasi muslim yang menorehkan tinta emas merupakan hasil dari peradaban Islam yang mulia. Sebuah peradaban yang menerapkan seluruh syariat Islam melalui institusi negara Islam, Khilafah. Khilafah telah mampu mencetak generasi muslim menjadi generasi robbani yang hanya takut kepada Allah swt. Selalu menjadikan Rasulullah saw sebagai panutan. Serta menjadikan akhirat yakni syurga sebagai visi hidup mereka.

Sangat tidak layak jika generasi muslim sekarang justru meniru perilaku kaum kafir yang sarat akan maksiat dan hawa nafsu semata. Sudah saatnya generasi muslim saat ini sadar dan bangkit dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dalam segala aktivitas. Hal itu tentu saja akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat muslim saat ini berada dibawah lindungan institusi penerap dan penegak syariat Islam yakni Khilafah Islamiyah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak