Ada Apa dengan Good Looking ?



Oleh :Ina Siti Julaeha S.Pd.I


Aktivis Muslimah dan Pengajar
Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan ucapannya terkait radikalisme yang menyusupi instansi lewat orang berwajah rupawan alias good looking, pandai bahasa Arab, dan hafal Al Quran. Fachrul dicecar oleh Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat lantaran ucapannya yang kontroversial itu. Menurut Fachrul, pernyataan itu terlontar bukan di acara Kementerian Agama, melainkan acara Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi. Acara yang ia hadiri tersebut mengusung topik 'ASN No Radikalisasi'."Saya garisbawahi, saya mohon maaf tidak tahu kalau itu jadi konsumsi publik, saya kira itu internal ASN. Kalau publik saya akan bicara dengan bahasa beda meskipun substansinya sama," kata Fachrul dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Selasa, 8 September 2020. (Tempo.co 08/09/2020)
Kata Good Looking tiba-tiba viral setelah Mentri Agama melayangkan pernyataannya dalam sebuah pertemuan tertutup ASN. Maysrakat pun terkejut dan ramai menolak pernyataan yang kontradiktif seperti itu. Menag sepertinya cukup getol dalam mengusung ide radikalisme semenjak kepemimpinannya. Bahkan ada beberapa kritikus politik yang menjuluki beliaa Menag “Mentri Asal Mangap”. Kalimat pedas ini bukan tidak beralasan, sebab beberapa kalimat beliau seringnya memunculkan keresahan di masyarakat. Karena sering memberikan uangkapan kontroversial yang cenderung membuat masyarakat marah dan tersinggung. Terlebih pembahasan radikalisme yang dibawa beliau mengarah kepada ajaran Islam dan para aktivisnya.
Coba kita fikirkan bersama tentang indikasi Mentri Agama terkait seseorang yang membawa ide radikal adalah seorang yang berpenampilan rupawan, hafiz, faham islam dan jago bahasa Arab. Indikasi ini justru lebih mengarah kepada hal positif yang justru harus memperoleh support besar dari semua elemen di masyarakat. Dan seluruh orang tua tentu saja menginginkan anaknya menjadi sosok yang digambarkan Menag tersebut. Idaman orang tua dan para guru karena anak menjadi pribadi soleh dan memakmurkan Mesjid. Namun sangat disayangkan mengapa harus dikaitkan dengan ide radikalisme ala Menag yang lebih mengarahkan kepada aspek negative dan cenderung harus diwaspadai.
Khalayak sontak menyayangkan ungkapan Mentri Agama Fahrul Razi, meskipun beliau akhirnya membuat pernyataan bahwa acara tersebut merupakan diskusi tertutup di kalangan ASN saja. Tetap membuat resah di masyarakat.
Sepertinya isu radikalisme sangat asyik untuk diurusi ketimbang persoalan wabah dan semua permasalahandarurat  di Indonesia. Gagasan radikalisme sangat gencar untuk disosialisasikan di berbagai lembaga. Rezim sepertinya sangat “ngeri-ngeri sedap” dengan adanya kebangkitan pola berpikir umat Islam Indonesia yang semakin rindu diatur oleh sistem Islam yakni  Khilafah. Jadi apa saja yang menjadi permasalahan selalu radikalisme yang dijadikan kambing hitam dan korbannya adalah umat Islam. Sehingga ramai-ramai mebuat narasi cegah radikalisme dengan pemuda good looking yang hafiz Qur’an dari mesjid. Sungguh ini merupakan narasi busuk rezim panik yang semakin berbuat keresahan di tengah-tengah masyarakat.
Good Looking Perintah Islam
Islam mengajarkan untuk berpenampilan bersih dan rapih. Sebab Allah menyukai keindahan. Dalam Fikih Islam bab Thoharoh pun menjadi pemula pembahasan. Kebersihan dalam ibadah pun semata-mata karena Allah SWT. Agar kualitas ibadah semakin meningkat lebih baik. Berharap dengan mensucikan diri secara jasmaniah, maka akan menata iman agar semakin terhujam. Dan akhlak yang semakin indah. 
Berpenampilan menarik bukan saja untuk menunjukkan sosok muslim yang bersih dan rapih. Namun lebih  mengajarkan agar senantiasa membersihkan pula segala sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi good  looking dalam Islam itu bukan pencitraan apalagi bertujuan keburukan. Sebab Islam sangat melarang berpura-pura dan bermuka dua. Apalagi berharap kepentingan dunia dari setiap amalan ibadah yang dilakukan, ini sangat dilarang. Bahkan bisa terkategori orang yang munafik. 
Jika kita melihat sejarah para sahabat Rassulullah SAW yang penuh dengan kemuliaan, maka aka nada keteladanan terbaik sepanjang masa. Islam menempatkan posisi Good Looking bukan hanya menurut pandangan mata manusia yang akhirnya terkadang membuat kecewa. Ajaran Islam memerintahkan agar tujuan beramal hanyalah agar dipandang baik oleh Allah SWT. Bukan karena pujian dan pencitraan untuk sebuah kepentingan. Dan standar good looking yang digariskan oleh Islam bukan hanya soal penampilan seacara jasmani seseorang. Melainkan lebih tinggi Islam menilai ketakwaan seseorang dalam menjalani ibadah terbaik dimata Allah SWT.
Lihat saja bagaimana sosok Ja’far bin Abi Thalib ra. Sepupu Rasulullah yang sangat berpenampilan menarik. Berwibawa, sopan santun, berkasih sayang, rendah hati dan sikapnya indah dengan takwa. Tak hanya itu, lihatlah penampilan beliau yang selalu bersih, rapih dan sangat good Looking sampai beliau dijuluki oleh Rasulullah SAW sebagai “orang yang sangat mirip jiwa dan wataknya denganku”. Masya Allah.
Kemuliaan Ja’far bin Abu Thalib  yang selalu berpenampilan menarik dan berparas elok bukanlah untuk menuai pujian manusia.  Lihat bagaimana argumentasinya yang lantang saat mendakwahkan Islam kepada Raja Najasyi. Penampilan gagah, berani  juga hujjah yang sangat kuat sehingga  membuat sang raja mendukung dakwah Islam.
Namun apakah kemuliaan Ja’far bin Abi Thalib karena ia semata good looking saja?. Ternyata bukan, namun lebih kepada kualitas takwa dan kemuliaan sikapnya yang membuat Rasulullah mengaguminya. Dan kemuliaan beliau sama dengan bagaimana mulianya Bilal Bin Rabbah budak hitam asal Afrika Utara yang terompahnya sudah di surga padahal ia masih ada di dunia. Hal ini menegaskan kepada kita bahwa penampilan secara lahir bukan menjadi hal utama. Melainkan kualitas takwa yang membuat Allah dan Rasulnya manaruh cinta sehingga membalasnya dengan keindahan surga. Cinta Allah SWT itulah yang akan membuat mereka mulia, baik di dunia dan di akhirat.
Namun sayangnya penilaian hidup saat ini sangat jauh dari nuansa ketakwaan. Para pengusa dan pemimpin rakyat hanya berpenampilan good looking saat kampanye dan pemilu raya. Setelahnya perta demokrasi selesai, terlihat jelas bagaimana sikap asli rezim busuk kapitalis/sekuler. Janji dan kata-kata manis lenyap ditelan tujuan kepentingan yang direncanakan. Rakyat kembali  hanya menelan pedih dan nestapa disebabkan tingkah penguasa yang tidak peka dengan kesengsaraan yang menimpa. Lihatlah bagaimana carut marut kondisi saat ini. Wabah covid-19 semakin mengganas, ekonomi semakin sulit, realita kehidupan sosial yang semakin hancur, LGBT, korupsi, hingga kepemimpinan oligarki membuat nestapa negeri ini.I
Ide Good looking yang dinarasikan  oleh rezim ini jelas mengarah kepada pemuda soleh yang menginginkan pada perubahan lebih baik dengan sistem Islam, dan ini dinggap behaya bagi mereka, jangan sampai membuat umat muslim lemah. Khilafah adalah ajaran Islam yang harus didakwahkan. Maka  terulah semangat dan gigih dalam  mendakwahkan Syariat Allah dan Rasul-Nya. Ide radikalisme yang selalu dikaitkan dengan khilafah dan Islam kaffah adalah sebuah kebohongan  dan hoax penguasa. Islam pembawa rahmat dan kebaikan untuk Indonesia dan dunia. Tidak ada yang harus diwaspadai dengan pemuda good loking yang memakmurkan masjid dengan aktivitas kebaikan. Itu tanda pemuda harapan umat. Dimuliakan Allah dan Rasul-Nya dengan menjadikan ibadah sebagai aktivitas utamanya.  Ajaran mulia dari sang pencipta adalah mulia dan tidak usah diwaspadai apalagi dianggap bayaha. Lalu ancaman apa  yang dibuat rezim untuk menghadang  aktivis LGBT yang merusak generasi negeri ini ?.
Wallahu A’lam Bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak