Sudah Merdeka kah Kesehatan Indonesia?





Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban



75 tahun Indonesia merdeka, usia yang tak singkat bagi sebuah negara. Pasang surut pergolakan politiknya tentu menjadi rekaman sejarah tersendiri. Dalam bidang kesehatan , perpolitikannya juga cukup panjang, salah satunya IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Organisasi ini  didirikan sekitar 62 tahun yang lalu , tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1950. IDI adalah satu-satunya organisasi profesi bagi dokter di seluruh wilayah Indonesia seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran No.29 tahun 2004.

Organisasi kedokteran tersebut awalnya bermula dari perhimpunan yang bernama Vereniging van lndische Artsen tahun 1911, dengan tokohnya adalah dr. J.A.Kayadu yang menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ini. Perkumpulan tersebut kemudian berubah menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau disingkat VIG pada tahun 1926. Nama-nama seperti dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo ikut bergerak dalam bidang sosial dan politik di sini.

Namun hari ini, tepatnya setelah Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasien positiv Covid-19 terbanyak, urutan 24, yaitu 97.286 positif, meninggal 4.714 ( CNBC Indonesia, 26/7/2020), IDI berduka, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur, dr Sutrisno mengatakan bahwa beban rumah sakit (RS) makin berat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan ia menyebut sejumlah direktur RS telah terpapar virus corona. Para dokter yang juga direktur RS tersebut, kata Sutrisno, saat ini tengah di rawat di salah satu RS yang terletak di Malang, Jatim.

Beberapa waktu lalu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan tingkat kesembuhan Covid-19 terus meningkat signifikan di Jatim. Sejumlah RS yang overload pun mulai mengalami relaksasi. Namun Sutrisno menilai beberapa RS masih mengalami beban berat, terutama di Kota Surabaya. Hal itu lantaran pasien yang mengalami gejala berat terus bertambah.

"Sebenarnya masih banyak rumah sakit yang kewalahan. Kalau [pasien] yang kategori ringan sedang sudah cukup berkurang, tapi yang [pasien] berat itu yang membanjir," ujarnya. Kondisi tersebut dipicu karena masyarakat yang berangsur kembali beraktivitas seperti semula dan merasa bahwa masa pandemi telah memasuki era new normal.


Sementara itu, Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mencatat per Selasa (18/8), jumlah kumulatif pasien positif corona di provinsi ini berjumlah 28.551. Sebanyak 4.864 masih dalam perawatan, 21.632 telah sembuh, 2.055 pasien lainnya meninggal dunia. Sedangkan dari pasien positif Covid-19 yang masih aktif itu, sebanyak 2.139 dinyatakan dirawat di RS rujukan, 303 di RS darurat dan 2.278 melakukan karantina mandiri.

IDI boleh berduka, namun kita harus menakar kembali seberapa besar peran negara. Sebab jika IDI menghandle seluruh urusan kesehatan tentulah sangat berat. Apalagi kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok rakyat, tak bisa ditawar ataupun diberikan kepengurusannya pada pihak swasta.

Dengan banyaknya Tenaga Kesehatan ( Nakes) yang meninggal dunia karena positiv Covid-19. Kitapun butuh pendidikan kedokteran yang mampu mencetak output berkualitas dan dalam jumlah yang banyak. Fasilitas kesehatan , Rumah Sakit, teknologi kesehatan terbaik, laboratorium penelitian tercanggih dan lain-lain yang berhubungan dengan ketahanan kesehatan agar tak ambruk begitu wabah atau bencana alam menyerang. 

Masalahnya kapitalisme hari ini menjadi landasan pengaturan negara, sehingga berbagai kebijakan malah jauh panggang dari api. Samasekali tak menyentuh rakyat. Posisi negara lebih kepada regulator kebijakan, agar kapitalis dalam hal ini korporat mendapatkan akses seluas-luasnya guna memasarkan produk mereka atau mengeruk keuntungan dari penderitaan rakyat. Tentu masih lekat diingatan munculnya kasus impor masker, berbagai tes Corona yang berbahan dan mahal, hingga polemik vaksin yang bikin gaduh. 

Jika sudah begini, sudahkah kesehatan kita merdeka? Nyawa Nakes yang berguguran belum tergantikan dengan nurani penguasa yang bisa beralih menjadi pengurus rakyat. Wallahu a' lam bish showab.

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak