Simalakama Tatap Muka di Saat Corona



Oleh: Sri Yana


Kabar gembira! Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) Nadiem Makarim umumkan seluruh SMK dan Perguruan Tinggi di seluruh zona sudah boleh lakukan pembelajaran secara tatap muka.(www.hits.grid.com, 7/8/2020). Pernyataan itu menjadikan para orang tua dilematis, di lain sisi memang menggembirakan, namun disisi lain mengkhawatirkan pula. Ibarat makan buah simalakama, maju kena mundur kena. Memang benar kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, apalagi ditambah kondisi saat ini dikala wabah sedang mendera.

Padahal pendidikan merupakan aset berharga untuk menghasilkan generasi khoiru umah (umat terbaik). Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada ALLAH". (QS.Ali Imran 110).

Oleh karenanya pendidikan merupakan hal yang utama demi mencetak generasi khoiru ummah tersebut. Makanya dengan terjadinya wabah semakin membuat pendidikan dan sektor-sektor yang lain semakin amburadul. Namun itu merupakan qadha yang Allah sudah tentukan yang wajib kita imani. Memang tidak disangkal pula sistem kapitalisme pula yang memperparah situasi wabah. Dimana dengan sistem kapitalisme ini pemerintah enggan untuk melockdown ( mengunci daerah wilayah yang terkena wabah).

Hal ini, kini memperparah pembelajaran yang ada. Berbulan-bulan semenjak corona merajalela di setiap penjuru dunia. Mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan Perguruan Tinggi mengalami ceos. Menyebabkan pembelajaran di sekolah menjadi di rumah dengan sistem daring.

Ternyata sistem daring banyak menimbulkan keluhan-keluhan oleh para orang tua. Dimana banyak fasilitas yang belum tersedia, baik handphone, kuota internet, ataupun orang tua yang tak siap dengan teknologi sekarang ini. 

Akhirnya keluhan-keluhan para orang tua ditanggapi oleh Kemendikbud yang akan membuka kembali sekolah-sekolah dengan mematuhi protokol kesehatan.

Karena kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Yang sejatinya harus dijaga sebaik mungkin. Tanpa kesehatan aktivitas tak akan berjalan. Namun disisi lain manusia pun khawatir ikhwal kepergiannya dari rumah. Ini diakibatkan penanganan yang terlambat, sehingga menyebabkan virus yang sulit terdeteksi. Oleh karenanya manusia sendirilah yang bisa semaksimal mungkin menjaganya.

Hal ini berbeda dengan sistem Islam yang mampu menyelesaikan problematika kehidupan pada masa khalifah Umar Bin khattab yang benar-benar meri'ayah (memelihara) umatnya dengan baik, apalagi disaat wabah beliau sampai tidak mau memakan makanan enak karena teringat untuk mendahulukan kepentingan umatnya. Oleh karenanya sangat rindu dengan pemimpin-pemimpin Umar selanjutnya. Dan harapan umat agar wabah ini segera berlalu.
Waallahu a'lam bish shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak