REZIM BERMIMPI BURUK DI SIANG BOLONG




Oleh : Inas Rosyidah 

Pernah bermimpi buruk?  Setiap orang pasti pernah bermimpi buruk. Sabda Rasulullah, mimpi buruk itu bisa jadi berasal dari setan,  atau karena kegelisahan diri hingga terbawa ke alam mimpi. Bahkan saking hebatnya mimpi, kadang bisa berpengaruh dalam kehidupan nyata. Mimpi buruk itu membuat perasaan  khawatir, ketar-ketir....jadi gak doyan makan,  gak bisa bobok nyenyak... Negatif thinking terus bawaannya... jika benar-benar terjadi di alam nyata...gimana?...  Wuiih syerem... 

Nah,... Sepertinya itu juga yang sedang terjadi pada rezim ini beserta para punakawan pendukungnya. Mereka sering sekali bermimpi buruk beberapa tahun terakhir ini. Bisa jadi mimpi buruknya itu karena bisikan setan dari golongan jin ataupun dari golongan manusia ... Atau bisa jadi juga akibat kegelisahan rezim atas sesuatu. Pertanyaannya,... Siapa setan yang suka membisiki rezim sehingga sering bermimpi buruk.... Eh,  gak ding, becanda🙏😉... Pertanyaannya adalah,  apa yang membuat rezim sangat khawatir hingga terbawa menjadi mimpi buruk. Akibatnya, saat terbangun di alam real,  rezim begitu cemas,  ketar-ketir  dan cenderung melakukan tindakan yang aneh,  tak patut, represif,  main tuduh,  main tangkap,  main bredel, main blokir, dan tindakan lain yang  sangat memalukan sebagai penguasa.

Kekhawatiran rezim terhadap bangkitnya gerakan Islam politik yang menderaskan opini KHILAFAH sebagai solusi atas terpuruknya negeri ini, membuat penguasa bermimpi buruk setiap hari.  Nyaris tak ada waktu untuk bermimpi indah.  Tidurnyapun tak pernah benar-benar nyenyak. Rezim ketakutan akan derasnya opini yang diaruskan di masyarakat tentang wajibnya umat Islam diatur oleh syariah Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Sedangkan syariah kaffah tak mungkin bisa diterapkan dalam sistem demokrasi yang secara halus maupun terang-terangan terbukti tak pernah bisa berkompromi dengan Islam, karena asas keduanya memang jauh berbeda. Sejatinya  syariah Islam kaffah itu memang hanya kompatibel dengan sistem khilafah, yang merupakan bentuk sistem pemerintahan yang pernah dicontohkan dan diterapkan para sahabat Rasulullah dan para kholifah setelahnya selama hampir empat belas abad. Sebelum diruntuhkan oleh agen Inggris,  Mustapha Kemal At Taturk pada tahun 1924.

Barat,  sebagai penghancur institusi Khilafah Islam terakhir di Turki,  tentu saja tak tinggal diam atas setiap gerakan dan upaya untuk menghidupkan kembali institusi pelindung dan pengurus umat Islam seluruh dunia itu. Tegaknya kembali KHILAFAH sudah pasti menjadi momok yang sangat menakutkan musuh-musuh Islam. Tak terkecuali di Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Para penguasa di negeri-negeri muslim dipaksa atau secara sukarela harus mau tunduk pada skenario yang dibuat oleh Barat. Tuduhan teroris, fundamentalis, eksktrimis dan radikal, kerap dialamatkan pada para pejuang islam kaffah. Persekusi,  kriminalisasi dan monsterisasi  umat islam dan ajaran islam kerap terjadi. Ada upaya masif untuk menjauhkan umat dari ajaran JIHAD dan KHILAFAH. Bahkan terakhir,  salah satu agenda yang sangat serius digarap adalah perubahan kurikulum pesantren dan madrasah yang digawangi Kementerian Agama. Momentumnya dipicu temuan 155 buku pelajaran yang dianggap mengandung paham “radikal” seperti ajaran soal Khilafah dan jihad. Setelah protes keras para ulama atas rencana dihapuskanya materi JIHAD dan KHILAFAH dari kurikulum pengajaran di Indonesia, maka rezim beralih strategi dengan memindahkan bahasan tentang jihad dan khilafah,  yang sebelumnya masuk dalam materi fiqh, menjadi bagian dari materi pengajaran sejarah.

Acara penayangan film JEJAK KHILAFAH DI NUSANTARA yang ditayangkan bertepatan dengan 1 Muharram 1442 tak luput membuat rezim bermimpi buruk lagi. Masyarakat berbondong-bondong mendaftar untuk melihatnya, dan jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Jumlah yang sangat fantastik. Sehingga wajar saja jika rezim yang Islomophobia ini, menjadi mencak-mencak kepanasan. Akibatnya,  serangkaian upaya dilakukan rezim untuk mencegah film itu bisa ditonton masyarakat. Beberapa kali saat penayangan,  film tersebut mengalami gangguan,  bahkan dibanned oleh rezim beserta kroninya. Qodarullah,  meski mereka membuat makar, namun Allah adalah Sebaik-baik Pembuat Makar.  Allah menolong kru di balik penayangan film JKDN itu,  sehingga meskipun berkali-kali berusaha digagalkan rezim,  tapi film tersebut tetap bisa tayang hingga tuntas. 

Saat materi tentang khilafah dipindahkan dari mata pelajaran fiqh ke dalam mata pelajaran SKI, harusnya film JKDN ini tidak mereka tolak. Karena film JKDN ini berusaha mengungkap fakta sejarah sebenarnya, bagaimana hubungan nusantara dengan khilafah. Film ini mengungkap sejarah yang selama dikaburkan,  bahkan dikuburkan oleh pihak-pihak yang merasa terancam dengan kebangkitan Islam. Apalagi film ini dibuat berdasarkan bukti-bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bukan asal ngecap. Penolakan rezim atas penayangan JKDN ini tidak lebih karena ketakutan yang amat sangat atas khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam yang wajib ditegakkan. Rezim begitu takut jika masyarakat faham bahwa sebenarnya khilafah itu memang benar-benar ada dan kekuasaannya bahkan mencapai nusantara. Mereka takut jika masyarakat muslim Indonesia tercerahkan oleh film ini,  dan berlomba-lomba mendukung tegaknya kembali khilafah Islam. Suatu hal yang sangat ditakuti rezim, sebagai umala' Barat untuk mencegah Islam  kembali memimpin  dunia. Sekuat apapun rezim berkonspirasi, tegaknya khilafah itu tak mungkin mampu dicegah.  Sebagaimana mustahilnya mencegah matahari terbit dari arah timur. Jangan bermimpi di siang bolong....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak