Refleksi idul adha' Siap Berkorban Menuju ketaatan Hakiki ditengah Pandemi'




Oleh: Ummu Fadya
Aktivis Pemerhati Masyarakat

Ditengah kurva Pandemi' yang meningkat, ummat Islam melewati dua lebaran (idul Fitri dan idul adha) dengan penuh keprihatinan.
Meluasnya krisis diberbagai bidang khususnya ekonomi terus terjadi efekdari  ketidak seriusan negara dalam menanganinya. Sehingga lonjakan kenaikan pengangguran dan kehilangan mata pencarian meningkat, sepertinya dilansir:  https://amp.kompas.com/money/read/2020/07/28/144900726/akibat-covid-19-jumlah-pengangguran-ri-bertambah-3-7-juta 

Sementara permasalahan yang lain semakin ruwet. Salah satunya dalam ranah pendidikan di masa Pandemi' , ppj (pembelajaran jarak jauh) yang dicanangkan dengan minim sarana dan prasarana menambah beban ekonomi para orang tua dan ketidak siapan mereka menjadi guru di rumah.

Hal ini  menambah problem disegala bidang kehidupan ,dan membuktikan bahwa Pandemi' membuka aib kebobrokan sistem sekularisme dalam meri'ayah ummat.
Seluruh kebijakan yang diberlakukan hanya demi keuntungan pribadi, demi roda ekonomi yang tak henti untuk mencetak kekayaaan duniawi, walau harus menguliti rakyatnya sendiri. Jauh dari keberpihakan kepada masyarakat, melahirkan manusia tak berhati dan minim rasa perduli walau rakyat harus mati menjadi kambing hitam oleh Pandemi'.

Maka, ummat Islam harusnya menjadikan moment Idul adha sebagai moment pengorbanan seperti yang dilakukan Nabi yullah Ibrahim alaihi salam, atas ketaatan kepada Allah untuk mengorbankan putra tercinta bukan dasar kepentingan pribadi namun demi ridho Ilahi.
Setidaknya momen ini menjadikan kita bersikap peduli kepada sesama, jauh dari kata individualis. Karena Islam mendorong umatnya untuk saling berbagi dan meringankan kesulitan saudaranya.
Rasulullah bersabda "Tidaklah mukmin yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai kelambung nya” (HR.Al-bukhari).

Sudah jelas, sebuah pengorbanan yang harusnya terwujud dari kesadaran bahwa kesulitan dan kepahitan hidup ini menyangkut dalam segala aspek bukan hanya pribadi, dan semua diakibatkan dari sistem sekular demokrasi yang terus diemban negri ini.

Kita harus menyadari serta terdorong untuk segera meninggalkan sistem rusak ini, dan mengambil aturan yang jelas bersumber dari Wahyu ilahi. Islam dengan syariatnya yang tak akan bisa terpisahkan yang akan menyelamatkan kehidupan.
Syariat Islam harus diterapkan,karena dengan keberadaan Khilafah sebagai mahkota seluruh  kewajiban, dan ini membutuhkan pengorbanan yang tak mudah ditengah gempuran ideologi kufur yang mencap stigma negatif kepada Islam dan syariatnya.

Ummat harus siap untuk terus berkorban dalam segala hal demi keutuhan penerapan Islam, maka butuh ketaatan yang hakiki walau ditengah Pandemi'. Karena kebusukan sistem sekuler inilah biang kerok permasalahan negeri.
Terakhir, solusi praktis yaitu dengan mengganti sistem kufur demokrasi ini dengan sistem Islam yang akan membawa rahmat bukan hanya untuk umat islam sendiri, melainkan rahmat bagi seluruh alam. Sehingga kesejahteraan yang kita harapkan bisa kita rasakan dalam bingkai daulah.

Wallahua'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak