Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Tampak di laman sebuah berita, wajah cantik, rambut terurai, senyum manis, postur semampai, singkat kata tak ada yang kurang, sempurna. Namun begitu membaca caption beritanya" Diduga Terlibat Prostitusi Online" semua nilai plus sebelumnya langsung buyar.
Di era kebebasan seperti saat ini semua bisa saja terjadi. Dan seringkali jejak digital lebih menyakitkan, sebab siapa saja bisa kembali mengunggah dan membully. Meskipun ia di akun Instagramnya sempat membantah tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Adalah Vernita Syabilla menjadi sorotan publik setelah Polresta Bandar Lampung mengamankannya di salah satu hotel berbintang di Lampung. Hal ini membuat laman Instagram milik Vernita Syabilla pun langsung diserbu publik. Termasuk unggahan terakhirnya yang memperlihatkan pemandangan balkon sebuah hotel.
Ditelusuri, hotel tersebut ternyata berada di kawasan Sukaraja, Kota Bandar Lampung. Panorama balkon tersebut adalah Teluk Betung (Insertlive, 29/7/2020)
Publik juga ikut menyerbu komentar unggahan feed Instagram terakhirnya yang mempertanyakan kebenaran kabar dirinya terseret dalam dugaan prostitusi artis. "Silahkan hujat dengan apa yang kalian pikirkan. Toh nanti ada berita sesungguhnya yang menjelaskan," ungkapnya.
Bagi seorang bintang dan publik figur, adalah biasa jika ia memiliki gaya hidup yang berbeda, bahkan atas nama figuritas atau memuaskan fans maka seorang " wajib" menunjukkan perbedaan itu. Sebab, semakin borju atau hedonis maka akan semakin menonjol dan dipercaya makin kuat menarik simpati fans dan para pencari talenta.
Parahnya, pemujanya adalah generasi muda yang masih labil, ingin mencari sosok pujaan dan panutan. Pandanganpun terarah kepada artis muda yang seakan memiliki" segala"nya yang tak dimiliki orang kebanyakan. Satu berita muncul, maka bisa dipastikan akan segera viral, inilah era kebebasan komunikasi yang mendukung gaya hidup para artis, meskipun jauh dari moral dan kebenaran nilai agama.
Padahal efeknya sangatlah luar biasa, kriminalitas yang tak henti setiap detik meminta korban, pembuangan anak, pelecehan seksual, aborsi, mati over dosis dan masih banyak adalah dampak ketika setiap orang tak pernah memikirkan efek perbuatannya. Prinsip paham kebebasan " punya-punya gue", " apa urusan elu", " sok suci" dan sebagainya telah menjebak manusia dalam sikap egois, yang dalam Islam sungguh tertolak.
Allah SWT menciptakan kita tak kurang dan tak lebih, telah sesuai dengan kadar yang dikehendakinya. Sebagaimana dalam Quran surat at-Tin:4 yang artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya"
Kesempurnaan itu dalam rangka mendukung semua aktifitas manusia di dunia. Sedang tugas utama manusia didunia adalah beribadah kepada Allah SWT QS adz-Dzariyat : 56). Bentuk ibadah dimaknai tidak hanya sebatas shalat, zakat atau puasa. Namun semua yang telah dicontohkan Rasulullah SAW berupa perintah dan larangan Allah SWT.
Maka hal itu adalah bagaimana kita bergaul, menuntut ilmu, bermuamalah, memutuskan perkara jika ada sengketa termasuk tindakan yang diambil untuk diri sendiri. Zina, riba, menipu dan semua yang diharamkan Allah akan dihitung sebagai dosa.
Jelas, ini menutup celah bahwa manusia punya hak asasi, pantas saja dibenci oleh mereka yang mengolok-olok syariat. Mereka kemudian secara sukarela menukar arti kebahagiaan hanya dengan nilai materi. Itulah sebabnya mengapa prostitusi online marak dan mengapa juga para artis banyak yang terlibat.
Dengan gaya hidup yang berbeda jelas butuh biaya besar. Jika hanya mengandalkan pendapatan dari keartisannya jelas kurang, segala cara ditempuh jadi pilihan, apalagi, kiblat modern itu pada budaya barat, bukan mereka yang taat agama. Islam yang telah jelas dan sempurna hanya dianggap gurauan.
Yang menanggung akibat tentu lagi-lagi umat. Banyaknya kriminal di kalangan remaja, tentulah sumbangan dari perilaku zalim ini. Jelas tak akan bisa dibiarkan begitu saja, selain ada permainan agama juga. Hari ini berulang kasus prostitusi online, lihat nanti jika tertangkap akan mengenakan kerudung untuk menutupi wajah, namun sanggupkah Melaka menutup wajah di hadapan Sang Khalik karena hari ini telah mempermainkan agama?
Wallahu a'lam bish showab
Tags
Opini