Oleh : Leni Andriyanti*
Republik Rakyat Tiongkok atau Republik Rakyat Cina adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing. Negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. China mempunyai luas wilayah 9,69 juta kilometer persegi, menjadikannya negara ke-3 terbesar di dunia (Wikipedia).
Sedangkan Amerika Serikat (AS) adalah negara republik konstitusional federal yang terdiri dari lima puluh negara bagian dan sebuah distrik federal. Dengan luas wilayah 3,79 juta mil persegi (9,83 juta km2) dan jumlah penduduk sebanyak 315 juta jiwa. Amerika Serikat merupakan negara terluas ketiga atau keempat di dunia, dan terbesar ketiga menurut jumlah penduduk (wikipedia).
Kedua negara tersebut sedang terjadi konflik serius. Ancaman perang meletus antara China dengan Amerika Serikat (AS) dirasakan sejumlah negara di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan China semakin panas sudah beberapa minggu terakhir ini. Hubungan yang memburuk ini menimbulkan kekhawatiran dimulainya era perang dingin antara 2 kekuatan utama ekonomi dunia tersebut. China dengan tegas ingin berkuasa di Laut China Selatan (LCS). Amerika Serikat yang didukung Jepang dan Australia akan mati-matian untuk mencegah penguasaan secara sepihak itu.
Dimulai dari Amerika Serikat yang hanya memberi China waktu selama 72 jam untuk menutup konsulatnya di Houston, Negara Bagian Texas. Tindakan Gedung Putih ini seiring munculnya tuduhan kegiatan spionase 2 warga China. Pemerintah Beijing tak tinggal diam. China membalas dengan meminta AS menutup konsulat jenderal di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan. Gedung harus dikosongkan dalam 72 jam atau pada Senin (27/7/2020) pukul 10.00 waktu setempat (Sumber : https://m.liputan6.com/amerika-serikat-dan-china-terancam-perang-dingin).
Salah satu negara ASEAN, yakni Filipina terang-terangan menyerah jika harus perang melawan China untuk memperebutkan batas lautnya yang masuk dalam klaim Beijing.
Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi, mengatakan Indonesia tetap konsisten menghormati Konvensi Hukum Laut Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS) sebagai panduan dalam sengketa di Laut China Selatan (LCS).
Sikap Indonesia sebagai negeri muslim terbesar semestinya aktif memobilisir kekuatan negara Kawasan (ASEAN) untuk menentang AS-Cina yang melakukan pelanggaran kedaulatan lautnya. Sikap ‘netral’ dengan menghormati perjanjian UNCLOS menunjukkan kelemahan menjaga kedaulatan, karena terkungkung konvensi internasional yang dibuat negara penjajah tersebut.
Islam Sumber Perdamaian Dunia
Kita manusia yang beriman kepada Alloh dan Rosul Nya merupakan ummat terbaik yang akan menjadi sumber perdamaian dunia yang hakiki dan abadi dalam kehidupan social. Bukan perdamaian dunia semu ala semboyan doctrinal yang dikumandangkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa yang tendensius, yang mengusung sebuah kepentingan terselubung penuh misteri.
Dalam praktiknya PBB bukan mencegah atau menghukum Negara aggressor, tapi malah melegalisirnya melalui hak veto. Lawannya yakni kekuatan baru yang sedang bangkit dan mengusung missi kemerdekaan, perdamaian dunia dan mengangkat derajat kemanusiaan. Dan itulah Khilafah Islamiyah yang di maksud.
Maka, sudah sepantasnya dan sudah waktunya bagi masyarakat dunia termasuk di dalamnya ummat Islam untuk memilih satu di antara dua opsi : Memilih Kekhilafahan sebagai sumber perdamaian dunia yang hakiki dan abadi yang universal petunjuk ilahi Robbi Yang Rahman-Rahim atau memilih perdamaian semu yang penuh intrik ciptaan Zionis Yahudi?
Jawabannya, sangat tergantung kepada apa yang di pahami dan diyakini di dalam hati yang paling dalam. Bahwasanya sudah jelas, iman atau tidak beriman, khilafah itu adalah syariat Islam yang wajib di tegakkan sekaligus diamalkan.
Saatnya ummat manusia di bumi Alloh ini tahu bahwa hanya sistem buatan Alloh saja yang akan menang dalam menduduki dunia dan seisinya. Sikap kita sebagai insan Muslim yang melihat ataupun terkena imbas dari pertikaian dua negara tersebut adalah mari bersatu bangkit dalam satu barisan maka akan menjadi kuat. Adanya kekuatan aqidah Islam yang mendasarinya, perasaan, pemikiran dan aturan yang satu bahwa Islam lah yang akan membawa perdamain dunia bukan yang lainnya.
Mereka hanya bisa mengatasnamakan negara kuat dari segi materi dan kemajuan teknologi tapi lemah dari sisi sebagai makhluk ciptaan Alloh.
Wallahu ‘alam bish shawab
*Penulis adalah pendidik dan pemerhati urusan ummat