Oleh: Okeu Suminar S.Pd
*Fenomena Akhir Zaman*
Fenomena akhir zaman sudah mulai tampak dimana-mana. Salah satu yang mengiris hati adalah fenomena anak-anak yang tega menyakiti bahkan menghilangkan nyawa orangtuanya sendiri. Maraknya fenomena ini sangat diluar akal sehat, dimana seharusnya anak memuliakan orangtua bukan malah durhaka.
Seperti yang diberitakan liputan6.com, seorang anak di sumatera utara tega membunuh ibu kandungnya. Di daerah lain, ada anak yang mengaku ‘dibisiki’ tega membunuh ibu kandungnya. Di Pontianak seorang anak tega memutilasi ibu kandungnya. di Kebumen, anak laki-laki membunuh ibu kandungnya.
Ini hanya sebagian kecil contoh kedurhakaan yang terjadi saat ini, masih banyak lagi fakta-fakta yang lain yang bisa ditelusuri sendiri di media daring. Semuanya menyayat hati. Apa sebetulnya yang menyebabkan fenomena ini begitu marak terjadi? Mengapa banyak sekali anak yang sering membentak ibu mereka, menjadikan ibu mereka seperti pembantu, dan bahkan tidak segan-segan mereka memukul ibu mereka,malah sampai membunuhnya,ada apa gerangan?
Apa mereka tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap ibu mereka yang telah mengandung mereka selama kurang lebih 9 (sembilan) bulan, dengan taruhan nyawa ibu mereka berjuang untuk melahirkan mereka disertai dengan tetesan air mata kebahagian.
*Sekulerisme, Penyebab Kedurhakaan Anak*
Hal ini bisa terjadi, karena persoalan pokoknya adalah sistem sekulerisme yang diterapkan dalam menggelola negeri ini. Ibaratnya, casing terus gonta-ganti, namun smartphone usang dan penyakitan dibiarkan saja, maka tetap saja krisis multi dimensi tak kunjungi selesai. Sekulerisme telah gagal menggantarkan negeri ini tumbuh maju dan memberikan kesejahteraan kepada warganya.
Sekularisme dalam kehidupan sosial, membuat masyarakat makin individualistis. Sekulerisme yang merambat dalam aspek budaya, telah menghancurkan sendi-sendi moral bangsa terutama bagi generasi-generasinya. Semua hal itu merupakan ancaman serius bangsa. Sejatinya, sekularisme telah menjauhkan negeri ini dari fitrahnya sebagai manusia. Aturan-aturan Sang Pencipta yang semestinya diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan, malah dicampakkan.
*Islam Mengajarkan Kita Untuk Memuliakan Orangtua*
Lalu bagaimana seharusnya sikap anak terhadap orangtuanya? Mari kita lihat bagaimana Islam mengajarkan kita untuk memuliakan orangtua kita.
Islam mengajarkan birrul walidain adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) merupakan naluri dan fitrah setiap manusia. Sebab dalam jiwa dan setiap orang tertanam sifat cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya atau ayah ibunya. Sebab kedua ibu bapaknyalah yang menjadi sebab kehadiran setiap orang ke dunia ini.
Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36).
Islam juga mengatur dan mengajarkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya, anak juga memiliki kewajiban terhadap orang tuanya. Seperti yang sudah dituliskan dalam surah An-Nisaa ayat 36 yang artinya
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan temansejawat, ibnusabil dan hambasahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Kewajiban anak kepada orang tua tidak berubah meskipun anak itu telah berkeluarga. Ia tetap wajib berbakti dan taat kepada orang tua. Ketaatan yang dimaksudnya itu taat dalam hal dan kebaikan bukan dalam hal keburukan.
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwatakan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”.
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).
Pada dasarnya dalam ajaran islam orang tua dan anak memiliki hak dan kewajiannya masing-masing. Sebagai orang tua,kewajiban dan hak anak harus dipenuhi. Dengan begitu anak juga pastiakan menjalankan kewajiban mereka sebagaimana mestinya terhadap orang tua. Karena bagaimanapun juga orang tua pasti akan menuntun anaknya kejalan yang benar tidak mungkin menjerumuskan anaknya kedalam keburukan.
Sekarang saatnya memikirkan sistem alternatif yang akan mampu menyelesaikan persoalan mendasar ini dan memberikan pelayanan yang lebih manusia kepada warga negara. Karenanya, hanya sistem yang berbasis islamlah yang akan mampu mewujudkan hal itu. Agama harus dijadikan sebagai pondasi dalam membangun negeri ini, baik dalam masalah kehidupan, ekonomi, sosial, politik dan bernegara.
*Negara Berasakan Islam Mencegah Perbuatan Keji*
Dalam termonilogi Islam, politik bermakna ri’ayah, pengaturan urusan umat baik dalam urusan dalam negeri maupun urusan luar negeri. Dalam urusan dalam negeri, politik dilaksanakan negara (Kepala Negara) dan diawasi warga negara. Artinya Kepala Negara (pemimpin) memiliki kewajiban untuk melaksanakan pengaturan urusan warga negara secara praktis berdasarkan aturan Islam, sedangkan warga negara memberikan kontrol (mengawasi) pengaturan urusan rakyat ini. (Mafahim Siyasiyah, An Nabhani hal 7, 1969).
Di tangan Kepala Negara (kekuasaan) semua aturan agama bisa terlaksana dengan baik, semua keputusan politik berada di tangan Kepala Negara. Dengan dilaksanakannya aturan Islam untuk menggelola kehidupan berbangsa dan bernegara, maka Islam rahmatan lil alalmin, sebagai mana yang diharapkan bisa terwujud.
Karena jika aturan Islam ditegakkan secara sempurna, bisa mencegah kemungkaran dan terlaksananya kebaikkan, sehingga agama Islam menjadi rahmat bagi semua manusia. Sebaliknya, menjauhkan agama dan urusan politik, justru akan membuat negeri ini terpuruk dan terpecah belah. Semestinya kaum muslimin menyadari bahwa Islam sebagai din sempurna adalah ideologi, dan sekularisme tidak akan bisa berkompromi dengan Islam. Sekularisme yang menjadikan umat Islam terlihat hina hingga akhirnya benar-benar jadi sasaran penghinaan.
Sekularisme juga yang mengakibatkan berkembangnya kebodohan dan pengabaian manusia atas agamanya, tidak tahu hak- hak Allah Swt dan hak-hak manusia lainnya. Ia juga yang telah menyingkirkan sebagian besar hukum syariat Islam. Padahal dengan menerapkan syariat Islam,umat menjadi mulia. Sebagaimana yang pernah dikatakan Umar bin Khaththab ra:
“Sesungguhnya kita dahulu adalah kaum yang paling hina, kemudian Allah memuliakan kita dengan Islam. Bagaimanapun kita mencari kemuliaan selain dengan Islam, yang dengan itu Allah telah muliakan kita, maka Allah pasti akan menghinakan kita.” (HR al-Hakim).
Maka, tak ada pilihan lain bagi umat Islam. Selain ikut memperjuangkan institusi yang memakai aturan islam bahwa langkah yang harus dilakukan untuk menegakkan aturan Allah diantaranya, Umat Islam harus paham bahwa sekularisme telah menjauhkan mereka dari Islam dan membuat Islam tidak bisa memberikan rahmat karena tidak diterapkan secara kafah.
Setelah paham, umat Islam harus bergerak untuk melakukan perubahan. Umat yang sadar akan menjadi kekuatan perubahan yang dahsyat, yang tak akan dapat dibendung oleh siapa pun. Insya Allah kemuliaan orang tua dan memuliakan orang tua merupakan penentun seorang anak mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahu a’lam bish-shawwab