Oleh: Hany Handayani Primantara, S.P.*
.
.
Indonesia diguncang seks, gempar berita viral tentang para remaja yang kedapatan pesta seks. Diduga hendak rayakan ulang tahun dengan pesta seks, 37 pasangan ABG diamankan di kamar hotel daerah Kecamatan Pasar Kota Jambi. Dengan ditemukannya beberapa bukti berupa satu kotak alat kontrasepsi dan obat kuat. Hal ini diduga bahwa remaja tersebut sedang kumpul kebo. (Dilansir dari kompas.com).
.
Miris melihat perilaku remaja zaman sekarang, usia mereka terbilang masih belia sekitar 13 hingga 15 tahun. Bukan prestasi baik dari sisi akademik yang diraih namun justru suguhan tindakan asusila yang ditebar di setiap wilayah. Bukan satu dua remaja yang terlibat, melainkan sudah melebihi ambang batas kewajaran kenakalan remaja pada umumnya.
.
Memang tidak adil jika kita sepenuhnya menyalahkan mereka. Lantaran sejatinya mereka adalah korban. Korban dari salah urusnya orangtua, korban dari rusaknya lingkungan pergaulan dan juga yang tak kalah penting adalah korban akibat tidak adanya benteng yang kuat untuk melindungi remaja dari sisi hukum negara.
.
Faktanya masalah seks hanyalah bagian dari beragam masalah remaja yang kompleks. Keadaan tersebut membutuhkan penyelesaian yang paripurna. Penyelesaian yang harus dirunut dari benang merah semuanya. Bukan hanya memperbaiki dari sisi dampak buruknya saja. Karena ibarat penyakit kambuhan, maka akan terus mengoreng jika luka utamanya tak disembuhkan terlebih dahulu.
.
Jika mau jujur merunut bersama maka akan didapati bahwa keadaan remaja yang serba permisif ini tak lain dan tak bukan adalah akibat pengaruh dari pola pikir dan gaya hidup bebas yang digaungkan oleh Barat. Utamanya adalah kesalahan dalam menerapkan pendidikan seks bagi anak yang terlampau vulgar.
.
Memang benar bahwa anak pun harus diberikan pendidikan seks sejak dini, hanya saja pendidikan seks yang digaungkan oleh Barat tidak sejalan dengan apa yang pernah Nabi contohkan. Seperti adanya visualisasi tentang cara berhubungan badan yang sehat, praktik tentang cara penggunaan pengaman dalam berhubungan intim, atau bahkan menggunakan media film dan sebagainya guna memasukan nilai-nilai yang berbau ajakan seks bebas yang lebih dominan.
.
Betul bahwa tak semua yang berasal dari Barat itu buruk. Hanya saja kita sebagai seorang muslim yang sudah memiliki panduan kokoh tentang kehidupan maka akan senantiasa mengaitkan segala aktivitasnya berdasarkan apa yang Nabi sampaikan. Tak terkecuali masalah pendidikan seks. Nampaknya banyak yang masih belum menyadari bahwa tidak ada istilah kebebasan seks dalam Islam. Karena Nabi menyampaikan bahwa hukum perbuatan seorang muslim terikat dengan syara. Begitu pun dengan perkara seks.
.
Islam sebagai agama yang sempurna tentu tak luput akan pengaturan mengenai pendidikan seks. Hal itu nampak dari pernyataan bahwa setiap manusia memiliki naluri ghorizatul nau yakni naluri melestarikan keturunan. Salah satu penampakan dari naluri ini adalah penyaluran seks. Islam mengatur bagaimana penyaluran seks yang baik dan benar dalam pandangan syara. Begitu pun pendidikan seks bagi para remaja.
.
Pendidikan seks bagi remaja dalam Islam tentu berbeda dengan pendidikan seks yang dianjurkan oleh Barat. Islam mengajarkan seks bagi remaja mulai dari adanya pemisahan kehidupan antara laki-laki dan perempuan secara umum, perbedaan sisi maskulitas dan feminitas, anjuran puasa bagi mereka yang blm mampu menikah, anjuran menikah bagi mereka yang mampu sebagai bentuk penyaluran garizatul adab masuk ruangan pasangan suami istri, dll.
.
Jika ditengok ketika membahas seks bagi remaja, Islam tak membahas masalah teknis bagaimana seks itu dilakukan atau cara agar pasangan bisa saling menikmati seks itu sendiri. Melainkan lebih membahas ke arah penjagaan agar laki-laki ataupun perempuan tak kelewat batas mengenai rambu-rambu syariat. Karena membahas mengenai taknis dan cara justru jadi pemicu timbulnya ghorizah nau itu sendiri.
.
Wallahu'alam bishowab.
*(Pemerhati Remaja)
Tags
Opini