By: Eka Haryati
Mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI angkatan 2017
Akhlak dan etika adalah keduanya membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak pada dasarnya sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran manusia. Sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Pembinaan akhlak sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk dan membina tabiat, budi pekerti yang baik, mulia dan terpuji.
Menurut istilah para ahli, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang pengertian akhlak seperti Al Ghazali mendefinisikan akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang dirinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pikiran atau pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. jadi akhlak adalah suatu kondisi atau kejadian jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan secara spontan atau tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran atau suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berutrut-turut tanpa memerlukan pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami yang didirong oleh fitrah manusia untuk melakukan sesuatu seperti rasa takut dan sebagainya.
Setiap orang tua pastinya menginginkan memiliki anak yang berakhlak mulia, baik dimasa kecilnya bahkan sampai ia dewasa. Berkembangnya zaman dan teknologi tak terlepas dengan kebutuhan alat komuniasi yaitu gadget yang memiliki dampak positive dan negative. Kita lihat dari pengaruh tekhnologi sekarang ini banyak sekali pengaruh pengaruh yang bersifat negative yang bisa membawa anak anak kedalam lingkungan yang tidak baik, seperti dari permainan games, bahkan berita berita dari social media yang jika para orang tua tidak bisa membatasi anak untuk bermain gadget maka bisa rusaklah akhlah anak anak, karena di usia anak anak di masa perkembangan mereka disitulah posisi anak anak ingin mengetahui banyak hal. Selain dari itu dampak yang lain dari gadget yaitu jika anak sudah sampai kecanduan maka anak akan memiliki disfungsi sosial, intensitas bertemu dan waktu bermain dengan teman berkurang, kurang peka terhadap lingkungn dan jarang melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. Nah disini peran orang sangat berpengaruh terhadap masa depan anak.
Masih banyak juga kita temui sekarang ini dimana anak anak tidak memiliki akhlak dan etika yang baik apalagii terhadap orang yang lebih tua, contohnya memanggil sebutan orang yang lebih tua dengan sapaan seperti teman, dan itu dianggapnya biasa. Banyak juga kita mendengar dan menonton dari berita tentang pertikaian antara keluarga seperti sampai pada tindakan pembunuhan. Hal ini pasti yang mendasari adalah akhak yang dimiliki anak tersebut dimana jika tidak dididik sedari kecil yang tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak kejadian serupa dan bisa lebih parah lagi.
Bagaimana orang tua harus bisa membatasi anak untuk tidak terlibat dalam pergaulan atau terpengaruh oleh berita atau bahkan dari games yang ada di gadget mereka. Banyak sekali games atau permainan yang berkonten mendekati pornografi. Belum lagi melihat banyaknya konten konten yang ada di youtube yang tidak sepantasnya ditonton oleh anak anak, seperti hal ini yang bisa menjadikan anak anak semacam kecanduan dan rasa ingin tahu, apalagi imasa sekarang ini khususnya pandemic covid, peran gadged sangatlah dibutuhkan bahkan sudah menjadi kewajiban setiap anak memiliki gadget untuk belajar secara online. Disinilah control dan pengawasan orang tua sangat berperan penting. jika orang tua tidak ingin akhlak anak menjadi rusak karena pengaruh gadget, iyah mau tidak mau orang tua harus memiliki cara yang jitu bagaimana untuk bisa membatasi anak bermain gadget dan memaksimalkan gadget untuk hal yang lebih positif seperti untuk belajar. Hanya untuk belajar jika perlu dibatasi waktu untuk menggunakan gadget dan harus dipantau langsung oleh orang tua.
Inti dari pembinaan akhlak terhadap anak dari pengaruh gadget dan social media yaitu orang tua harus menjadi orang yang baik dulu akhlaknya, bagimana ia bisa mencontohkan akhlak yang baik sementara ia sendiri tidak. Karena anak cenderung mencontoh apa yang orang tua lakukan, dari hal kecil yang nantinya akan menjadi kebiasaan. Lakukan hal yang baik setiap saat yang nantinya bisa menjadi kebiasaan, kebiasaan yang positif pastinya.
Hal yang paling mendasar dari akhlak ialah iman, karena sejatinya orang yang beriman adalah orang yang memiliki akhlak yang terpuji. karena sebaik baiknya manusia adalah manusia yang memiliki akhlak yang baik. Tanamkan sejak dini pendidikan agama, ajarkan bagaiman akhlakul karimah seorang muslim yang baik. Contoh tauladan Nabi dan Rasul seperti dalam QS. Al-Ahzab ayat 21
لَّقَدْكَانَلَكُمْفِىرَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah bersabda:
ِ نَّ مِنْ أَخْیَرِ كُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُق
Artinya: Sesungguhnya yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
HR. Al-Bukhari, 10/378 dan Muslim No 2321
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliaan. Dimana mannusia mengagungkan hawa nafsu, dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Inilah yang menjadi alasan kenapa akhlak menjadi syarat penyempurna keimanan seorang karena keimanan yang sempurna yaitu mampu menjad power kebaikan dalam diri seseorang baik secara vertical maupun horizontal. Artinya, keimanan yang mampu menggerakkan seseorang untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia.