Oleh : Ummu Farah
(Narasumber Kajian Online MQ Lovers Bekasi)
Sekali lagi tahun ini, Indonesia dilanda musibah banjir bandang bertubi-tubi. Yang pertama terjadi di bulan Mei di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tepatnya di Dataran Tinggi Gayo yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. Yang kedua terjadi pada bulan Juli di Propinsi Sulawesi Selatan. Tepatnya di kecamatan Masamba kabupaten Luwu Utara. Baru saja terjadi di awal Agustus ini di Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara. Kerugian yang diderita masyarakat pada ketiga wilayah tersebut sudah pasti tidak sedikit, baik kerugian materi maupun non materi.
Di kecamatan Kebayakan (Aceh Tengah), berdasarkan data yang dikutip dari Serambinews.com (13 Mei 2020), banjir bandang tersebut telah menyebabkan 57 unit rumah warga rusak, 31 unit diantaranya dalam kondisi rusak berat dan 26 lainnya rusak sedang. Dilaporkan ada 3 mobil yang hanyut. Beruntung tidak ada korban jiwa.
Bahkan di Masamba (Luwu Utara) korban meninggal dunia mencapai 36 orang, selain kerugian harta benda yang diderita masyarakat di sana akibat banjir bandang kali ini (Kompas.com,18 Juli 2020).
Sedang banjir bandang yang melanda Bolaang Mongondow Raya, mengakibatkan 4.308 jiwa dari 1.327 keluarga di 11 desa kehilangan rumah atau meninggalkan kediamannya untuk sementara, karena dilaporkan banjir bandang tersebut menghanyutkan 29 rumah dan menerjang 64 rumah hingga rusak (bebas.kompas.id, 2 Juli 2020).
Kesedihan yang mendalam sudah pasti dirasakan rakyat di wilayah tersebut karena musibah pandemi covid-19 belum pula usai, mereka tertimpa satu musibah lagi yaitu banjir bandang.
Seperti yang sudah bisa kita tebak, negara dalam hal ini diwakili oleh BMKG {Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) menyatakan bahwa penyebab banjir bandang adalah dikarenakan curah hujan yang tinggi. Seperti yang disampaikan Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari yang menyatakan penyebab banjir bandang Luwu Utara adalah karena curah hujan yang tinggi. (Kompas.com, 19 Juli 2020)
Alasan "curah hujan tinggi", sepertinya adalah alasan yang paling sering dipakai apabila terjadi musibah banjir. Padahal apabila ditinjau dari sisi Islam, alasan tersebut bisa dikatakan "ngawur". Karena Allah SWT tidak pernah menurunkan hujan untuk mencelakakan umatNya. Seperti dalam Firman Allah SWT:
وَنَزَّلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً مُّبَٰرَكًا فَأَنۢبَتْنَا بِهِۦ جَنَّٰتٍ وَحَبَّ ٱلْحَصِيدِ
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. (QS Al Qaaf: 9)
Juga pada Firman Allah SWT:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلْأَرْضَ خَٰشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِىٓ أَحْيَاهَا لَمُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al Fushshilat: 39)
Jadi, hujan adalah rahmat dari Allah SWT untuk semua manusia. Tanpa hujan, kebutuhan air sudah pasti tidak akan mencukupi bagi seluruh umat manusia, yang pastinya semua sangat membutuhkan air. Tinggal tergantung manusianya saja, apakah dia bijak memanfaatkan 'fasilitas lengkap' yang telah disediakan untuknya, ataukah malah manusia menyia-nyiakan nikmat Yang Allah Berikan?
Terungkap dari fakta-fakta yang disampaikan oleh orang-orang yang masih peduli untuk mencari akar masalah sebenarnya dan solusi atas permasalahan musibah banjir bandang ini. Direktur WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin mengungkapkan bahwa sejak 2018 sudah terjadi pengalihan fungsi hutan di kawasan Luwu Utara. "Banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara bukan hanya semata-mata bencana alam, tetapi lebih kepada bencana ekologis perusakan lingkungan," ungkapnya saat dikonfirmasi Kompas.com pada senin 20 Juli 2020.
Selain pengalihan fungsi hutan juga terjadi pembalakan liar dengan adanya bukti banyaknya batangan pohon yang terbawa banjir bersama material pasir dan lumpur. Ditambah lagi, tersinyalir ada penambangan emas dan nikel di perbukitan Luwu Utara.
Sudah jelas, inilah penyebab utama terjadinya banjir bandang ini. Sederas apapun hujan, apabila akar pohon -pohon besar berakar tunggang mampu menahan laju air ke tanah, air hujan akan menjadi rahmat, karena ia akan meluncur ke dalam tanah dan tersimpan sebagai cadangan air. Akan tetapi, akibat keserakahan manusia, hutan dibabat tanpa perhitungan matang. Akhirnya bencana banjir bandang melanda di saat terjadi hujan.
Setali tiga uang dengan Luwu Utara, ternyata di Bolaang Mongondow juga terjadi perambahan hutan. Jauh sebelum terjadi banjir bandang, Ketua Komisi I DPRD Boltim, Sofyan Alhabsyi memberi kritikan pedasnya,"Lihat saja banyak kawasan hutan yang gundul. Bahkan, bebas mengeluarkan hasil hutan seperti kayu dan lainnya. Padahal, masih masuk kawasan," (mediasulut.co, 12 Agustus 2019)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Akibat negeri ini dikuasai oleh sistem kapitalis, rakyat akan selalu jadi korban keserakahan penganut sistem ini. Negeri ini akan binasa apabila manusia-manusia serakah masih dipercaya oleh rakyat. Manusia serakah yang mengambil manfaat sebesar-besarnya namun merugikan lingkungan dan manusia lainnya. Baik pelaku pelanggaran ini, maupun yang memberi izin, bahkan yang membiarkan dan mendiamkan. Semua akan diminta pertanggungjawaban Allah. Karena, akibat tangan-tangan merekalah, rakyat berada dalam penderitaan.
Sudah saatnya, umat mencari sistem paripurna yaitu sistem yang akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara tuntas sampai ke akar-akarnya. Sistem yang manakah; karena hanya ada 3 sistem di dunia yaitu Sistem Kapitalis, Sistem Komunis dan Sistem Islam? Sistem Kapitalis dan Komunis, terbukti keduanya telah menampakkan kelemahannya yaitu samasekali tidak terbukti mampu mensejahterakan manusia. Sudah saatnya kita kembali kepada Sistem Islam. Sistem yang berasal dari Sang Khalik, yang sudah terbukti pernah jaya selama 13 abad.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
Islam harus diterapkan secara kaffah (menyeluruh), tidak hanya sebagian saja seperti yang terjadi sekarang ini. Apabila telah diterapkan secara kaffah, maka Sistem ini akan menampakkan 'keindahannya' yaitu menaungi seluruh umat manusia di dunia, seperti yang pernah dibuktikan di masa kejayaan Islam. Permasalahan umat seperti musibah banjir bandang dan lain-lain akan teratasi oleh sistem Islam.