Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Dengungan Khilafah mulai terdengar di seantero Nusantara. Tagar #KhilafahBisyarohRasulullah bahkan menjadi trending di aplikasi berlambang burung biru.
Memang tak salah, sebab Rasulullah sendiri yang mengabarkan tentang Khilafah ini. Dan pada masa ini menjadi khabar gembira setelah sekian lama hidup kaum muslim menderita, sengsara bahkan bak ayam mati di lumbung.
Qodarullah negeri kaum Muslim kaya raya . Sumber Daya Alam berlimpah namun sayang, kaum Muslim justru hidup dalam kemiskinan. Tak sedikit kisah pilu bagaimana saudara sesama muslim di belahan dunia sana kelaparan, sakit, bertaruh nyawa, was-was karena perang.
Tak tampak pensifatan Allah bahwa kaum Muslim adalah umat yang terbaik sebagaimana dalam firman Allah dalam Quran surat Ali Imran :110 yang artinya:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
Sejak kaum Muslim mengijinkan masuknya kaum kafir melalui fatwa-fatwa ulama jumud yang mengatakan hukum syariat sama dengan hukum kufur. Sejak itulah kaum kafir memaksakan tak hanya gaya hidupnya namun juga cara pandangnya terhadap kehidupan ini. Hingga mampu merusak bahkan menghancurkan satu-satunya pelindung ( junnah) kaum Muslim yaitu Khilafah.
Siapakah kini pemimpin Muslim yang menyerukan tegakkan Khilafah? Erdogankah? Kembalinya Haiga Sofia hanyalah momentum syuur ( perasaan) yang masih tumbuh di hati kaum Muslimin namun minus politik. Tak ada penguasa di negeri Muslim yang menyerukan Khilafah wajib diemban kaum Muslim meskipun mereka Islam.
Sekulerisme telah merenggut keberanian sekaligus daya juang mempertahankan kebenaran. Dari pendidikan , ekonomi, sosial budaya dan lainnya generasi kita dicuci otak, harapannya tak paham Islam dan kemudian berujung tak ingin memperjuangkan nya ketika Islam dikriminalisasikan.
Lantas, salahkah jika ada yang berusah memperjuangkan tegaknya Khilafah kembali? Sebab, penegakannya sama artinya dengan penerapan syariat. Jika hanya dibebankan pada individu, maka syariat Islam tak akan berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat bahkan bernegara, sebab ketika manusia menemui persoalan yang seharusnya mengambil hukum Islam saja ini malah membebek pada aturan asing bin kufur.
Perjuangan Khilafah memang identik dengan HTI. Berapa banyak partai Islam yang masuk parlemen dengan idealisme mengubah keadaan, nyatanya hingga hari ini tak mendapatkan hasil. Sebab mereka mau tak mau harus berkoalisi dengan partai Nasional yang seringkali memicu permusuhan dengan Islam.
Lantas, pertanyaannya mereka yang menolak Khilafah apakah selalu identik dengan: koruptor, LBGT, penista agama, pezina, buzzerRp, dan para pelaku maksiat lainnya? Jika begitu, artinya mereka bukan orang baik yang mengaku baik. Sebab tak cocok dengan sistem yang baik yaitu khilafah. Meskipun mereka muslim.
Saatnya kita tak buang energi percuma, sebab usia tak ada yang tahu hingga kapan akan diakhiri oleh Allah Sang Pemilik alam semesta, manusia dan kehidupan. Mengapa tak fokus saja pada mengimani bisyaroh Rasulullah, sebab jaminannya adalah Jannah.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imraan : 133, yang artinya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
Khilafah memang ajaran Islam, tak perlu ada ragu lagi. Saatnya melakukan sesuatu yang benar dalam sisa hidup ini, Wallahu a'lam bish showab.
Tags
Opini