Oleh : Mama Nuha
(Pemerhati Pendidikan dan Ibu Rumah Tangga)
Tak disangkal Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar sedunia. Setiap kabupaten mayoritas mempunyai pesantren dengan ratusan santri yang dididik di dalamnya. Banyak muslimah yang kini berlomba berkerudung dan berjilbab menutup aurat nya. Gairah orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah agama, dan bercita cita dipakaikan mahkota di surga oleh anaknya. Hafalan Alquran menjadi hiasan tiap sore di balik bilik bilik rumah. Ratusan ribu jamaah haji biasa menunaikan rukun Islam ke lima. Tapi aneh, kenapa penguasa di negeri seribu pesantren ini alergi terhadap sebagian ajaran Islam.
Penempelan stigma negatif diberbagai ajaran Islam sangat kentara. Dari ide poligami, ide cadar, ide istri taat kepada suaminya, ide ibu sebagai madrasah awal untuk anak-anaknya sampai ide khilafah dan jihad pun diperkedil.
Aneh tapi nyata memang. Masyarakat mayoritas beragama Islam tapi tak mengenal ajaran Islam itu sendiri. Ketika diajak menghindari kajian Islam sedekah mereka berbondong-bondong, tetapi ketika diajak kajian Islam sebagai jalan kehidupan mereka seolah-olah menghindar. Bahkan kini konten yang dianggap radikal yang termuat di 155 buku pelajaran agama Islam telah dihapus oleh Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. Namun, untuk materi Khilafah tetap ada di buku-buku tersebut.
“Dalam buku agama Islam hasil revisi itu masih terdapat materi soal khilafah dan nasionalisme,” ujar Menag lewat keterangan tertulisnya. Kendati demikian, Menag memastikan buku-buku itu akan memberi penjelasan bahwa khilafah tak lagi relevan di Indonesia. Dengan dalih "untuk menyiapkan generasi yang akan datang generasi yang betul-betul bisa menjaga perdamaian, persatuan dan toleransi demi keutuhan NKRI dan kejayaan Islam di Indonesia," jelasnya.(CNN Indonesia.Com)
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah pada Kementerian Agama (Kemenag), Umar, menjelaskan yang dihilangkan sebenarnya bukan hanya materi khilafah dan perang. Setiap materi yang berbau ke kanan-kananan atau ke kiri-kirian dihilangkan. Umar mengingatkan, di Indonesia khilafah ditolak, maka tidak mungkin mengajarkan materi yang konteksnya membangun khilafah yang bertentangan dengan Indonesia.(Republika.Co.id)
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ini adalah penyesatan sistematis terhadap ajaran Islam. Karena ajaran Islam yang berpotensi mengganggu kepentingan penguasa yang dholim, maka tak ayal jika kemudian materi materi tertentu justru dihapus. Kebijakan ini dan semisalnya menghasilkan Kurikulum Pendidikan sekuler anti Islam. Kurikulum yang menjadi rujukan mengarahkan anak umat memperjuangkan tegaknya Islam diganti materi yang mendorong mereka mengganti Islam dengan sistem buatan manusia.
Maka, akan sangat wajar jika pemahaman ummat terhadap islam kaaffah pun menjadi kabur dan rancu. Islam yang harusnya bisa diterapkan secara sempurna justru banyak dibatasi. Lalu mau dibawa kemana semangat masyarakat kini yang sudah rindu kehidupan Islam?