Oleh: Samsinar
Member Akademi menulis Kreatif
Hadirnya virus Corona telah melahirkan sejarah baru bagi dunia. Tatanan kehidupan manusia berubah drastis dalam setiap aspeknya. Mulai dari ekonomi, kesehatan, politik hingga pendidikan. Semua mengalami kegoncangan yang dahsyat. Hingga kini masih terus bergoncang dan semakin memanas. Keberadaan vaksin virus ini menjadi kebutuhan mendesak dan menjadi harapan besar bagi segenap warga negara di seluruh dunia.
Berbagai penelitian untuk membuat vaksin dilakukan banyak negara dengan harapan vaksin segera di temukan dan virus ini segera berakhir. Dalam negeri sendiri telah dilakukan percobaan dan pengembangan vaksin. Pemerintah Indonesia hingga kini terus mengembangkan vaksin Covid-19 dalam negeri yang nantinya dinamai Vaksin Merah Putih. Selain mengembangkan vaksin buatan sendiri, Indonesia juga tengah bekerja sama dalam pengembangan vaksin buatan perusahaan asal Cina Sinovac Biotech melaui perusahaan PT. Biofarma.
Kerjasama antara BUMN Biofarma dengan Produsen Vaksin Sinovac sudah dilakukan. Pada tahap ini untuk uji klinis calon vaksin. Pemerintah menonjolkan aspek keuntungan yang didapat oleh Indonesia berupa alih teknologi dan keuntungan ekonomi dari produksi yang akan dilakukan di dalam negeri. Hal ini menunjukkan betapa pemerintah menomorsatukan keuntungan ekonomi dibanding keuntungan bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
Dilansir oleh Kompas.com, Jumat (24/7/2020) Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengungkapkan kerja sama tersebut akan menguntungkan Indonesia. Menurutnya, ada proses transfer teknologi yang dilakukan Sinovac kepada Bio Farma. Nantinya, bahan aktif diberikan ke Bio Farma, selanjutnya baru akan diracik dan diformulasikan di Indonesia. Keuntungan lainnya, kata Bambang, uji coba ini akan memberi informasi terkait respons vaksin pada penduduk Indonesia. Dengan demikian, kecocokan vaksin akan dapat diketahui ketimbang membeli vaksin dari luar yang belum diuji di Indonesia.
Pengadaan vaksin corona virus (Covid-19) dalam waktu singkat memang harus menjadi prioritas dan menjadi fokus utama bagi berbagai pihak terutama negara. Namun yang menjadi permasalahan adalah Cina yang notabene bukanlah negeri muslim. Tentu saja halal haram tidak menjadi pertimbangan bagi mereka, berbeda dengan kaum muslim. Hal ini menjadi berbahaya bagi kaum muslim sebab halal haram adalah jalan hidup yang harus menjadi prioritas dalam mengkonsumsi segala sesuatu.
Fakta kerjasama yang dilakukan BUMN dengan produsen vaksin juga patut mendapat perhatian.Jangan sampai menjadi kerjasama swasta (B to B) yang memonopoli kepentingan umum demi keuntungan segelintir pihak. Akan sangat berbahaya jika aspek keuntungan menjadi prioritas dalam menangani masalah Covid-19 ini. Hal ini menyebabkan meregangnya nyawa rakyat menjadi konsekuensianya.
Memikirkan dan mengutamakan aspek keuntungan diatas segala sesuatu adalah karakter ideologi kapitalisme. Para pemimpin yang mengadopsi ideologi ini akan terus-menerus menonjolkan aspek keuntungan dalam setiap pengambilan kebijakan dan juga tindakan mereka. Ideologi kapitalisme inilah yang tengah diterapkan dalam negeri ini.
Ideologi kapitalisme tidaklah sama dengan ideologi Islam. Islam selain sebagai agama juga merupakan sebuah ideologi yang berisi aturan-aturan atau hukum-hukum yang dapat menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi manusia.
Islam mewajibkan negara tidak menjadikan faktor keuntungan sebagai pertimbangan utama pengambilan kebijakan. Negara harus berorientasi maslahat umum yakni mendapatkan obat yang tepat dengan menfokuskan pada aspek kelayakan dan keamanan. Bukan aspek keuntungan. Negara Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para khulafaurrasyidin dan pemimpin-pemimpin Islam pada masa kejayaannya menunjukkah hal tersebut.
Wallahu a’lam bishshawab.