Keluh Kesah Belajar Daring, Salah siapa?



Oleh : Suanah

Hambatan, rintangan kini sedang jadi keluhan para orang tua, guru, dan para pelajar. Mereka mengakui kesusahan dalam pembelajaran Daring karena susah mengikuti kegiatan pembelajaran sekolah. Hambatan pada sekolah daring ada karena keadaan ekonomi yang kurang memadai untuk memiliki alat komunikasi yang canggih, kuota untuk Internet yang minim, sinyal yang susah di dapatkan bagi tempat yang terpencil, sehingga menjadi kurang maksimalnya dalam mendapatkan ilmu pembelajaran sekolah.



Berdasarkan fakta di atas, pemerintah mengklaim telah melakukan keputusan yang terbaik. Semua ini demi perekonomian negara, agar tidak merosot.

Dikutip dari Kompas.com, salah satu guru di MI Nurul Ulum 2, Zainul Kafi mengatakan, tiga bulan terakhir para siswa kesulitan belajar jarak jauh. Mereka terpaksa mengambil tugas ke sekolah untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Setelah selesai, tugas itu diantarkan kembali ke sekolah.
"Kasihan sekali murid-murid. Mereka harus bolak-balik ke sekolah ambil soal kemudian mengantarkan kembali ke sekolah," ujar Zainul Kafi kepada Kompas.com melalui telpon seluler, Rabu (12/8/2020).

Menurut Zainul, puluhan siswa yang menempuh pendidikan di MI Nurul Ulum 2 berasal dari pelosok desa.

Tak ada jaringan internet yang diterima di rumah mereka. Orangtua mereka juga tak memiliki ponsel pintar.

Siapa yang salah?

Dalam kebijakan yang hadir saat ini karena hadirnya sistem kapitalisme. Akhirnya pemerintah tidak perdulikan soal pendidikan. Mestinya pendidikan sudah tidak lagi jadi soal kesulitan.
pendidikan sudah menjadi kewajiban Negara untuk mengatur urusan pendidikan menjadi kemudahan.


Negaralah yang harus menjamin pendidikan dari mulai kurikulum, segala fasilitas pendidikan yang di butuhkan. 

Dalam soal pendidikan harusnya sudah di gratiskan bukan justru di manfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. 

Pendidikan ini harusnya perhatian utama dalam Negara, karena dengan pendidikan yang baik akan terlahir orang orang yang baik, bertanggung jawab, menjadi generasi yang baik. Fasilitas keadaan pendidikan sangat berpengaruh untuk para pendidik  dalam pembelajarannya. 

Akibatnya,  pendidikan yang tidak baik pastinya tidak akan lagi berjalan lancar, karena banyak hambatan dan rintangan. Dalam sekolah Daring ini banyak para pelajar dan para guru dan orang tua bukan menikmati pembelajaran pendidikan melainkan keluh kesah yang di rasakan. 

Negara mestinya memberikan apresiasi pada guru dan orang tua karena selama Daring merekalah yang berjasa setia menemani anak-anak dalam bersekolah Daring. 


Islam Hadir Membawa Solusi

Dikitip dari MuslimahNews.com. Dengan paradigma seperti inilah, negara dalam sistem Khilafah Islamiyah akan bersungguh-sungguh memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam upaya membentuk generasi cemerlang melalui proses pendidikan.

Negara tidak akan abai hingga ada sekolah yang kebingungan menjalankan aktivitas pembelajaran akibat kekurangan sarana infrastruktur dan operasional seperti saat ini.


Dalam Islam, Negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah.

Rasulullah saw. bersabda,

«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

“Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).


“Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum muslim, lalu dia tidak memedulikan kebutuhan dan kepentingan mereka, maka Allah tidak akan memedulikan kebutuhan dan kepentingannya (pada Hari Kiamat).” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). 

Wallahu a’lamu bi Ash-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak