Kehidupan dan Keterikatan Manusia dengan Hukum Allah



Oleh : Suci Hardiana Idrus

Hidup adalah perjalanan. Oleh sebab itu perjalanan membutuhkan sebuah proses agar sampai pada suatu tujuan yang Ingin dituju. Maka sudah seharusnya pula ia memiliki peta atau arah agar tidak tersesat. Manusia sendiri merupakan makhluk yang berproses dalam setiap tahapan perjalanan kehidupannya di dunia. Proses bagaimana sebelumnya ia tak ada menjadi ada, yang awalnya hanya berbentuk sel kecil menjadi sel yang berbentuk, kemudian bentuk dan rupanya disempurnakan oleh Sang Pencipta. Dia-lah yang kita sebut Allah. Yang diimani oleh kaum Muslimin.

Lantas apa yang disebut iman? 
Apa itu Iman? Apakah hanya keyakinan, sekedar kepercayaan, atau hanya sekedar pengakuan belaka tanpa disertai dengan ketundukan dan ketaatan. Karena banyak yang mengaku beriman, tapi belum bisa, tidak bisa bahkan enggan untuk melakukan konsekuensi dari keimanan tersebut. Terkhususnya di dalam Islam, kita tahu bahwasanya Islam terdiri dari akidah dan syariah. Akidah adalah kita mengakui dan menyembah Allah sebagai Tuhan yang menciptakan, sedangkan melaksanakan Syariah, sebagai bentuk ketaatan manusia kepada Allah yang Maha Pengatur kehidupan.

Jadi, kita di dunia, tidak hanya sekedar hidup, berkembang biak, dan ujungnya adalah mati. Akan tetapi Allah memilih kita sebagai manusia di dunia dengan tujuan dan alasan. Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyembah, beribadah kepada-Nya. Dan alasan Allah memilih kita menjadi manusia karena Allah hendak menjadikan kita sebagai Khalifah yang menjaga bumi. Akan tetapi, apa yang kita lihat selama ini? Kerusakan dan eksploitasi alam khususnya di Indonesia terjadi dimana-mana.

Melansir dari PikiranRakyat, tanggal 28 Februari 2020, Kerusakan hutan tropis pada tahun 2018 mencapai 120 ribu kilometer persegi atau setara 30 lapangan bola.

"Pada tahun 2019, Forest Watch Indonesia: 1,47 Juta Hektare Hutan Hilang Tiap Tahun," ujar Andi Akmal Pasluddin, Anggota Komisis lV DPR.

Politisi PKS ini sangat mengkahwatirkan, akan bahaya deforestasi akibat regulasi perizinan pengelolaan kawasan hutan yang bukan pada kementerian KLHK.

Selain itu melansir dari Mongabay.co.id, pada 13 Agustus 2020, Peneliti biologi laut mengatakan di masa depan, ada indikasi eksploitasi laut seiring makin sulitnya pangan di darat. Sementara ada puluhan jenis satwa laut yang terancam punah.

Prediksi ini mulai terlihat saat pandemi COVID-19 kali ini. Mulai ada aktivitas perusakan habitat seperti pengeboman ikan dan perdagangan penyu.

Perbedaan antara manusia dan binatang terletak pada akal. Allah menganugerahi kita akal untuk berpikir. Berpikir tentang manusia, alam semesta dan kehidupan yang sedang berlangsung ini. Allah menginginkan kita untuk mengamati dan merenungkan betapa Maha Besar-Nya dalam mengatur alam semesta ini. Matahari, bulan, bintang, masing-masing tahu kapan dan dimana ia akan muncul. Sama halnya siang dan malam. Semua dalam keteraturan yang begitu hebat.

Tatkala Allah menciptakan manusia dan menempatkannya di bumi, tentunya manusia pun perlu aturan dalam menjalani kehidupan. Aturan itulah yang sering kita sebut syariat. Mulai dari aspek yang terkecil hingga yang besar. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Mulai dari masuk kamar mandi hingga masuk liang lahat. Semua sudah disediakan aturannya. Manusia tinggal menjalankan sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Lantas bagaimana bisa seseorang mengaku percaya kepada Allah tanpa menegakkan syariat dalam kesehariannya. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan adalah konsekuensi logis dari sebuah pengakuan terhadap Allah sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur. Sebab akidah maupun syariah jelas tak bisa dipisahkan.

Jadi, ketika ada yang menolak melaksanakan syariat, maka akidah itu perlu dipertanyakan. Sebab akidah yang baik, benar dan kokoh tentu tidak akan bertentangan dengan pelaksanaan syariah. Karena orang yang melaksanakan Syariah, itu adalah wujud cerminan dari akidah yang kokoh.

Sayangnya, dewasa ini, syariah seolah-olah dijauhi, diabaikan, bahkan dimusuhi karena dianggap sesuatu yang menakutkan dan membahayakan. Para penegaknya tak henti-hentinya dicurigai, difitnah, dipersulit geraknya, dan didiskriminasi dengan tuduhan yang tak semestinya. Lemahnya taraf berpikir serta berhasilnya ide maupun budaya kufur masuk meracuni pikiran kaum muslimin semakin menjauhkan kita dari agama, terlebih kepada syariat-Nya.

Maka adanya peranan Amar makruf nahi mungkar begitu penting. Meski pelaksanaan tersebut juga tak mudah disampaikan ditengah kondisi masyarakat yang sudah begitu lama teracuni pikirannya. Negara pun, tak pernah melaksanakan amanahnya sebagai pengatur urusan umat yang baik dan benar. Sebab akidah dan akhlak itu diserahkan kepada individu masing-masing. Negara tak ikut campur. Pada hari ini, kita melihat fenomena kemurtadan, berapa banyak orang yang identitas agamanya tak nampak kecuali saat beribadah saja. Bahkan keimanan dicampuradukkan antara haq dan yang batil, antara yang halal dan haram. Fenomena itu terjadi akibat abainya terhadap syariat, prioritasnya jauh daripada agama. Bukan lagi tentang Allah dan hari Pembalasan.

Budaya materialisme melingkupi ruang gerak manusia. Sehingga yang terhirup hanyalah kesenangan dan kepuasan dunia. Musuh-musuh Islam, memanfaatkan semua itu demi mencegah kebangkitan Islam. Sebab kebangkitannya dapat meruntuhkan hegemoni yang selama ini ada di tangan mereka. Dan hanya Islam satu-satunya ideologi yang harus diberangus menjadi Islam yang kita lihat hari ini. Islam KTP, Islam yang biasa-biasa saja. Islam  yang tak lebih dari sekedar agama ritual. Islam yang terjajah. Lalu, muncullah berbagai macam persoalan yang mendera umat tanpa solusi tuntas yang membawa dampak kebaikan. Sebaliknya, permasalahan itu diselesaikan dengan berbagai macam pikiran yang saling bertentangan dengan yang lain. Wahyu, bukan lagi menjadi sumber dan standar dalam menyelesaikan segala problematika kehidupan.

Lantas, masih maukah kita terjebak dalam sistem buatan manusia?
Tak inginkah kita kembali pada aturan sang Pencipta?
Jangan lengah mengamati dan merenungkan kondisi yang terjadi hari ini. Sebab pelemahan akidah terjadi saat ini, dan kelak adalah kehancurannya. Kecuali umat bangkit dan kembali memimpin peradaban sebagaimana umat sebelumnya yang telah hidup dibawah naungan Islam yang membawa rahmat untuk seluruh alam.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka”
(TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).

Wallahu'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak