Kebijakan Serba Prematur, Pantas saja dilanda Resesi



Oleh : Ummu Amira Aulia, Sp.

Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan II-2020 sebesar minus 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019, atau year on year (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2020, atau quarter to quarter (qtq), angkanya minus 4,19 persen.

Padahal, pada kuartal I 2020, perekonomian Indonesia masih dinyatakan tumbuh dan berada pada angka 2,97 persen.

Angka 5,32 persen itu diketahui berbanding terbalik dari kuartal II 2019 yang minus sebesar 5,05 persen.(pikiran rakyat).

Direktur Eksekutif Center Of Reform on Economic Mohammad Faisal mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi negatif tersebut mengingat masih adanya peningkatan kasus positif virus corona atau Covid-19, serta masih diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
(katadata.co.id).

Memang, semenjak virus corona menyerang dunia ini, kata resesi sering kali disebut, dan membuat cemas semua orang. Resesi sendiri merupakan penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dan berlangsung setidaknya dalam dua kuartal beruntun.

Resesi ekonomi tengah menjadi ancaman di depan mata. Bukan hanya karena pertumbuhan minus selama dua kali berturut-turut.Namun juga karena fakta di lapangan, masyarakat tidak mendapatkan jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan bila terus PSBB.

Kebijakan pemerintah yang serba prematur tidak bisa segera mengendalikan sebaran virus. Bahkan beberapa daerah agar memberlakukan pengetatan kembali untuk menekan sebaran virus.

Islam sebagai Solusi Resesi

Krisis yang dihadapi oleh rakyat Indonesia saat ini tidak begitu ditanggapi serius oleh pemerintah. Rakyat diminta menghadapinya sendiri. Inilah potret buram kapitalis. Beda halnya dengan syariat Islam ketika menghadapi krisis. Syariat Islam, selama memimpin peradaban, hanya mengalami beberapa kali saja menghadapi krisis.

Pemerintah Islam memiliki pos pemasukan yang berlimpah, yang notabene berbeda dengan kapitalis. Pos pemasukan, seperti jizyah, kharaz, ghanimah, fa'i dan zakat adalah beberapa pemasukan yang pasti ke baitul mall. Pengaturan SDA mutlak dikelola oleh negara. Tidak ada yang boleh menjualnya, apalagi pada pihak asing.

Kapitalis telah gagal menghadapi krisis multidimensi ini. Rapot merah kapitalis sudah dirasakan oleh masyarakat. Tawaran solusi syariat Islam, seharusnya mulai diterima oleh rakyat dan pemerintah. Bukan malah dilecehkan. Syariat Islam yang sempurna ini datang dari Rabb manusia, pencipta alam semesta ini. Allah SWT sudah pasti tau, mana yang terbaik untuk manusia. Mari kembali pada aturan Islam yang khas. Insyaallah kesejahteraan masyarakat akan kembali dirasakan.

Wallohua'lam bisshowab.
(Tulungagung, 15 Agustus 2020).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak