Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Peradaban)
Sebuah kertas putih yang sudah digoreskan pena, akan meninggalkan jejak. Seribu cara untuk menghapus, jejak itu tetap ada. Kertas tak bisa kembali putih seperti semula. Apalagi sebuah kejadian besar yang membekas di jiwa, sejuta cara untuk menghapus maka jejak itu tetap melekat. Begitu pula bukti-bukti yang menyertainya.
*****
Kawan, apa yang kalian takutkan dengan sebuah jejak? Ia akan menjadi saksi saat hari penghisaban kelak. Seberapa kuat kalian ingin menghilangkan maka jejak itu sudah terekam oleh malaikat Rakib dan Atid. Tak sedikitpun kejadian yang tidak meninggalkan jejak catatan di bukunya.
//Jejak Khilafah Benar Adanya//
Kawan, adanya sebuah hubungan manis antara para sultan di negeri ini dengan sang pemimpin Islam atau yang disebut khilafah itu benar adanya. Hal itu sudah terekam dalam jiwa para pejuangnya. Hamba pilihan Allah itu tidak membiarkan kisah manisnya ikut terkubur dalam makam ketika meninggal.
Allah membimbingnya untuk memberikan jejak agar bisa dipelajari, diambil hikmah oleh generasi-generasi selanjutnya. Sayang, ada pihak yang tidak suka hingga berupaya keras mengaburkan bahkan menguburkan bukti-bukti sejarah itu dengan cara menghapus atau menghilangkan jejaknya.
Ratusan tahun sejarah itu tertutupi, apalagi sejak daulah khilafah runtuh. Maka tiada lagi junnah yang melindungi umat. Adanya sistem baru yang diterapkan mengalihkan pemikiran umat untuk tidak lagi memperhatikan syariat Islam. Ajaran yang dulu diterapkan dalam kehidupan umat, perlahan dikikis habis tanpa jejak yang tampak. Umat disibukkan memikirkan kebutuhan perut karena sudah tidak ada lagi atau dikurangi, tunjangan dari negara.
Kebijakan demi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, semakin tidak berpihak pada umat. Hingga kebanyakan umat sudah tidak peduli lagi dengan aturan agama. Halal haram diterjang, demi sebuah alasan pemenuhan hajat hidup keluarganya.
//Jalinan Mesra Khalifah dengan Kesultanan Nusantara//
Kawan, musuh benar-benar pandai memporakporandakan benteng keimanan umat. Ketiadaan khilafah, berarti tiada pula sang khalifah peduli umat. Semua fasilitas yang dulu dipenuhi daulah khilafah, kini tidak ada lagi. Meski negeri kita jauh dari tempat sang khalifah berada. Namun adanya utusan sang khalifah ke Nusantara memberikan efek luar biasa.
Saat itu negeri kita dalam kondisi terjajah. Potugis, Inggris, Belanda, tak henti-hentinya mengeruk kekayaan alam kita. Sementara kekuatan perlawanan negeri kita sangat kurang, senjata untuk melawan juga minimalis. Maka adanya utusan dari sang khalifah sangat berarti.
Selain mendakwahkan syariat Islam juga memberikan bantuan berupa pengiriman armada perang lengkap dengan pasukan dan senjata lengkap. Hingga Nusantara sangat terbantu dalam melewan para penjajah yang seenaknya menguasai negeri tercinta.
Kawan, hubungan manis itu terus terjalin. Ada yang bisa langsung terhubung dengan khilafah. Ada juga yang melalui perantara kesultanan yang lebih dulu ada jalianan mesra dengan khilafah. Yang pasti semua akan mendapat perhatian dari khalifah. Negeri-negeri yang mengalami kesulitan, penjajahan, tekanan, rongrongan, kedzaliman, maka akan dikirimkan bantuan sesuai kebutuhan.
Meskipun jarak antara khalifah dan para penguasa negeri dipisahkan ribuan mil sekalipun tak jadi masalah. Adanya utusan-utusan khalifah yang disebar ke seluruh penjuru dunia akan menjadi jembatan informasi. Yang mengherankan, ada hubungan apa yang mendorong sang khalifah rela memikirkan semuanya?
Sungguh, adanya jalinan aqidah antara sesama muslim menjadikan saling menolong. Selain itu, adanya keterikatan dengan syariat Islam yang diterapkan. Jangankan kepada sesama muslim, terhadap Yahudi dan Nasrani yang tunduk pada aturan Islam, mereka juga dalam perlindungan khalifah.
//Apa yang Membuatmu Takut Khilafah?//
Luarbiasa bagus ya sistem Islam itu ketika diterapkan. Lantas apa yang membuat kalian takut, kawan? Islam hanya menghendaki kebaikan. Islam itu menerapkan aturan yang diturunkan dari Allah langsung kepada umat manusia. Allah hanya menghendaki kebaikan buat hambaNya.
Adanya jejak-jejak khilafah di Nusantara, menjadi bukti bahwa saat itu sudah ada jalinan mesra antara khilafah dengan kesultanan di Nusantara ini. Adanya prasasti, makam-makam sultan, juga para utusan khilafah, surat dari sultan untuk khalifah, masjid yang dibangun para utusan, dan banyak lainnya.
Begitu banyak bukti yang terhampar di negeri kita. Seberapa kuat kalian akan menghapusnya, atau memalsukan bukti sejarah. Maka tak akan sanggup karena Allah akan menjaga. Mungkin pada awalnya kalian dibiarkan melakukan semaunya. Berupaya segala cara untuk menutupi fakta agar umat tak ada yang percaya bahwa ada banyak jejak khilafah di negeri kita.
Namun ketika Allah sudah menurunkan pertolonganNya. Maka tiada seorang pun bisa menghalangi. Termasuk ketika Allah menggerakkan dua orang ahli sejarah muda yang sedang menjalankan riset. Mereka melakukan penelitian, mencari data untuk menguatkan analisa. Konfirmasi sana sini mencari informasi yang benar tentang fakta yang ditemukan. Hingga ketika sudah banyak bukti yang ditemukan, mereka ingin memberitahukan pada umat bahwa ada banyak jejak khilafah di Nusantara.
Tak mungkinlah jika harus menceritakan satu demi satu bukti yang ditemukan pada orang-orang yang ditemui. Adanya kecanggihan tehnologi bisa jadi wasilah untuk menyebarkan opini kepada umat. Maka ide pun tercetus untuk membuat film dokumenter dengan judul Jejak Khilafah di Nusantara.
Antusiasme umat untuk bisa menonton hasil karya anak bangsa. Film dokumenter tersebut teramat dirindukan kehadirannya. Bahkan umat tidak sekedar menonton sendiri kisah luarbiasa itu. Umat terdorong untuk mengajak keluarga, saudara, kerabat, teman, tetangga, dan semua yang ditemui untuk menonton karya istimewa tersebut.
Adanya suatu ketakutan yang berlebihan dari oknum pembenci Islam, hingga film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara yang ditunggu-tunggu tersebut dibanned. Astaghfirullah, adakah yang salah dengan film tersebut? Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan khilafah. Sungguh khilafah sudah begitu berjasa pada negeri kita. Tersebarnya cahaya Islam hingga kehidupan tertata dengan baik, juga peran besar khilafah dengan memberikan bantuan armada perang dengan seperangkat pasukan dan senjata saat negeri kita dalam masa penjajahan.
//Tak Perlu Ada Ketakutan Pada Khilafah//
Seperti yang disampaikan oleh Ustadz Rokhmat S. Labib yang dilansir dari Mediaumat.news bahwa kita tidak perlu takut pada khilafah karena sudah berperan besar menyebarkan kebaikan di negeri tercinta.
Mediaumat.news – Tak perlu ada yang ditakutkan dengan khilafah karena bukti menunjukkan kekuasaan Islam tersebut menyebarkan kebaikan dan hidayah ke Nusantara. “Tidak perlu ada yang ditakutkan dalam kekuasaan Islam yaitu Khilafah karena bukti yang menunjukkan itu adalah kebaikan, serta menyebarkan Islam ke Nusantara adalah hidayah, ujar Cendekiawan Muslim KH. Rokhmat S. Labib dalam penutupan pemutaran perdana film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKdN), Kamis (20/8/2020).
Kawan, meski harus melalui rintangan berkali-kali untuk bisa menyaksikan karya besar anak bangsa tersebut. Namun setelah melihat secara lengkap, kita dibuat terpesona dengan banyaknya bukti adanya jejak khilafah di Nusantara.
Maka tiada alasan untuk mengelak dan menyangkal, bahwa jejak khilafah itu benar adanya. Tak perlu ragu dan takut bahwa sudah ada hubungan baik antara penguasa dalam negeri ini dengan khilafah saat itu. Sungguh istimewa, negeri kita dipilih Allah untuk didatangkan utusan khalifah agar bisa menyampaikan syariat Islam yang indah. Sebagai bukti betapa Allah sangat mencintai negeri kita, dengan diberikan hidayah Islam kepada umat saat itu.
Kawan, bukankah itu karunia luarbiasa? Lantas apa yang mesti ditakutkan dengan adanya jejak khilafah di Nusantara? Karena sesuatu yang baik itu akan menular. Kebaikan itu akan terus disebarkan. Maka jangan heran jika opini umat terhadap khilafah sudah merasuk jiwa. Dan adanya jejak khilafah di Nusantara akan mendorong umat semakin merindukan khilafah Islam akan kembali.
Kawan, bukankah itu suatu kebaikan yang tidak perlu ditakuti? Kalaupun ada diantara kalian yang tidak setuju karena pemahaman belum sampai pada hatimu. Janganlah kebencianmu pada Islam menghalangi umat untuk taat? Janganlah membuat kesalahan berlipat. Ibaratnya jika kalian tersesat, jangan menyesatkan orang lain yang memilih jalan terang. Agar dosa tidak semakin bertambah.
Kawan, jika boleh memilih maka aku akan memusuhi kalian yang menghalangi jalan kebenaran. Namun Rabb ku yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu memberi kesempatan pada hamba-hambaNya yang bersalah agar bertaubat. Maka taubatlah, kawan. Selagi masih ada kesempatan.
Muslim itu saudaramu, kawan. Jangan saling bermusuhan. Ada musuh sebenarnya yang harus kita lawan bersamaan. Marilah sesama muslim saling menguatkan barisan. Ada musuh adidaya yang harus ditaklukkan bersama. Itulah musuhmu, musuh kita. Bukan para pejuang syariah khilafah yang mengajakmu ke jalan selamat yang kau musuhi habis-habisan. Sebuah kesalahan besar jika itu kalian lakukan.
Wallahu a'lam bish shawab
Surabaya, 22 Agustus 2020
#JejakKhilafahDiNusantara
#TakPerluAdaKetakutanPadaAjaranIslam
Tags
Opini