Hijrahku Sepenuh Hatiku



Oleh: Alliwazzahra Ila Roma

Tahun Baru Hijriyah atau biasa disebut Tahun Baru Islam identik dengan kata “hijrah”. Berbondong-bondong ummat Islam menyambut 1 Muharram ini. Saat pandemi seperti sekarang, tak menghilangkan semangat kaum Muslim dalam menyambut Tahun Baru Islam ini. Mulai dari membuat status melalui media sosial, poster, kajian online, hingga berbagai perlombaan yang berkaitan dengan Tahun Baru Islam.

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Kalender Hijriyah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hijrah adalah perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke 

Madinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy. Berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya).

Tidak sedikit masyarakat yang berlomba untuk dapat bisa menjadi lebih baik atau berhijrah. Perlahan, hijrahpun menjadi trend di kalangan ummat manusia. Namun terkadang, sebelum mereka berhijrah, banyak orang beranggapan bahwa hijrah itu sesuatu yang sulit. Tetapi sebenarnya, hijrah itu sesuatu yang tidak sulit, apabila kita tahu cara melakukannya dan cara menyikapi hijrah tersebut. Yang sebenarnya sulit adalah keistiqomahan dalam hijrah. Oleh karena itu, sadarkah bahwa mayoritas orang-orang yang berhijrah tadi tidak istiqomah dalam hijrahnya? Banyak sekali dari mereka saat dipertengahan hijrahnya, melupakan aturan islam. Bahkan yang lebih parah lagi, murtad dari Islam, Naudzubillah...

Apakah benar berperilaku yang islami saat Ramadhan saja? Apakah benar berubah menjadi lebih baik saat semaraknya Tahun Baru Islam 1 Muharram saja? Jika itu terjadi, berarti hijrahnya hanya sebatas “trend”, hanya sebatas ingin jadi terkenal. Saat tak lagi di semarakkan, saat tak lagi dimeriahkan, malah berhenti. Apakah boleh hal seperti ini dilakukan? Jawabannya, NO!

Hijrah membutuhkan keistiqomahan yang sepenuh hati. Artinya, tidak setengah-setengah, tidak sebatas sebatas mengikuti trend, tapi hijrah karena Allah. Nah, bagaimana caranya agar tetap istiqomah dalam berhijrah? Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan seseorang dapat menjaga keistiqomahannya dalam hijrahnya ataupun istiqomah melakukan hal lainnya.

Yang pertama adalah memantapkan aqidah. Menyadari bahwa alam, manusia dan kehidupan berasal dari Allah SWT. Allah SWT sengaja menciptakan manusia untuk menetap di bumi dalam rangka mengibadahinya. Selanjutnya, setelah kehidupan dunia, manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya kepada Allah SWT. 

Aqidah terbentuk atas jawaban dari pertanyaan “Kenapa?”. Jawaban inilah yang akan menguatkan diri seseorang. “Kenapa kita melakukan hal ini?”, tentu jawabannya adalah alasan orang tersebut. Jawaban disini ibaratnya adalah ‘bensin’ atau bahan bakar untuk terus melakukan hal tersebut, sehingga timbullah semangat dalam diri seseorang untuk melakukannya.“Kenapa berhijrah?”, jawaban yang terbaik bagi seorang muslim dan terkuat tentunya, adalah “Karena Allah”. Hijrah karena Allah.

Yang kedua adalah mempererat ukhuwah. Ukhuwah adalah persaudaraan bersama teman-teman yang membersamai kita. Bersama kita dalam jalan kebaikan, berjuang bersama untuk terus istiqomah dalam hijrah. Membersamai kita dan mengingatkan kita dalam ketaatan. Kebaikan itu punya pola, kejahatanpun juga punya pola. Polanya orang yang berbuat kejahatan adalah sendiri-sendiri, tidak mau diketahui orang lain. 

Sedangkan polanya orang yang berbuat kebaikan adalah bersama-sama, bersama-sama dengan teman-teman hijrah, bersama-sama dengan komunitas hijrah, membersamai orang-orang shalih yang lebih taat dan lebih istiqomah dari kita, pasti sangat kecil kemungkinannya untuk kita kufur maupun berbuat maksiat. Karena hidup kita diliputi orang yang baik dan selalu mengingatkan.

Yang ketiga adalah menaati syariah. Syariah adalah aturan yang membuat seseorang untuk tetap taat dan tidak berbuat maksiat. Contohnya, sekolah punya aturan, aturannya tidak boleh terlambat masuk kelas, pasti para muridnya berusaha untuk datang tepat waktu. 

Aturan punya hadiah dan hukuman, apabila melanggar dapat hukuman, dan terus datang tepat waktu dapat hadiah. Nah, hal seperti ini, tentu memaksa seseorang untuk melakukan hal tersebut. 

Bila di sekolah saja, ketika seseorang diberi aturan-aturan saja, itupun sudah bisa menyemangati para siswanya untuk senantiasa berada dalam koridor yang sudah ditentukan. Bayangkan, bagaiaman jika negara yang membuat syariah untuk taat pada aturan Allah dan Rasul-Nya, tentu akan mempermudah kita untuk terus istiqomah dalam hijrah, karena dimana-mana yang kita lihat adalah kebaikan. Hal ini pernah terjadi saat masanya Rasulullah dan para khalifah sesudahnya. Bagaimana dengan kini? 

Apabila negara belum mengaturnya, kita bisa ikuti komunitas yang disana isinya orang-orang yang taat.
Nah inilah yang dapat membuat seseorang istiqomah dalam hijrahnya. Tentu didasari dengan kesabaran pula, karena Allah bersama orang-orang yang sabar.

Allah berfirman:

“Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal didalamnya.” (TQS. Al-Baqarah [02]: 257)

Orang yang bersabar adalah termasuk orang yang beriman. Allah selalu menunjukkan orang yang beriman kepada cahaya (iman) atau kebaikan. Oleh karena itu, orang yang hijrahnya penuh dengan iman yang kuat, pasti istiqomah. Sedangkan orang yang hijrahnya setengah-setengah termasuk orang yang fasik, orang yang fasik geser sedikit jadi orang kafir. Oleh karena itu, orang yang hijrahnya setengah-setengah pasti suatu saat akan berhenti berbuat kebaikan, tidak akan pernah bisa istiqomah.

Ingat! Setan itu membisikkan manusia dari hal yang kecil dan sepele buat manusia. Contoh, “Gak pa pa lah, sekali-kali, keluar rumah pakai kerudung aja, gak usah pakai jilbab.” Nah, hati-hati kalau ada yang berfikir seperti ini, jatuhnya, suatu saat ia akan murtad, meninggalkan hijabnya, naudzubillahi min dzalik.

Apabila berhijrah harus diniatkan karena Allah, agar Allah selalu menuntun dan membersamai langkah-langkah perjuangan hijrah kita. 

Rasullullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya sesuai ke mana dia hijrah.’” (HR. Bukhari & Muslim)

Sebab diturunkannya hadis ini adalah tentang seorang sahabat muhajirin yang ingin berhijrah ke Madinah bukan demi mendapatkan keutamaan hijrah akan tetapi demi menikahi seorang wanita yaitu Ummu Qais. Dalam hadist ini, Rasulullah SAW tidak menyebutkan tujuan-tujuan atau niatan-niatan duniawi lainnya melainkan hanya menyebutkan wanita. 

Akan tetapi pada umumnya hadis ini ditujukan untuk setiap orang yang hijrahnya hanya berniatkan untuk urusan duniawi, hanya ikut trend, biar terkenal dan sebagainya. Maka ia hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, hanya sebatas duniawi saja, Surga tidak akan didapatkan. Sia-sialah hijrahnya, termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi.

Perlu diketahui esensi hijrah adalah meninggalkan apa yang dilarang secara syar’i. Berubah dari tidak baik menjadi baik. Merubah perangai kurang baik menjadi baik. Bukan hanya tampilan luar tapi juga penampilan dalam. Jika hijrah hanya sebatas mengikuti tren tanpa menghayati esensi hijrah itu sendiri maka tentu hijrah yang dilakukan hasilnya sesuai apa yang diniatkan.

Oleh karena itu, hijrah harus diniatkan karena Allah dan Rasul-Nya, bukan karena urusan duniawi. Agar kita tidak menjadi orang yang rugi. Agar kita menjadi orang yang beruntung, dunia bahagia dan akhirat surga. Allahpun pasti akan memberi balasan yang terbaik bagi hamba-Nya yang selalu beramal baik dengan niat karena-Nya. Berhijrahlah dengan sepenuh hati, hijrah karena Allah semata. Bukan karena ikut trend biar terkenal, ataupun yang lainnya. Dengan berhijrah sepenuh hati, pasti Allah akan selalu menuntun kita untuk berada di jalan-Nya, walaupun setan terus menggoda, Allah-lah yang akan menjaga kita. 

Dan kita akan terus berada dibawah naungan Islam, dengan begitu, kita akan terus tergerak untuk berbuat kebaikan, bahkan melakukan ibadah yang jarang orang lakukan, yaitu ibadah sunnah. Kita akan menjadi hamba-Nya yang istimewa, hamba-Nya yang terbaik, yaitu Khoiru Ummah. Semangat berhijrah, semangat untuk hidup mulia dalam naungan Islam. Hijrahku Sepenuh Hatiku.

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak