Oleh : Elif Fitriah
Praktisi Pendidikan
Lambannya penanganan dan antisipasi terhadap wabah pandemi membuat masalah semakin kompleks, ekonomi semakin terpuruk, kesehatan semakin memburuk, sosial politik semakin ambruk, hingga urusan pendidikan untuk generasi penerus bangsa ini pun semakin carut marut.
Sistem PJJ secara daring kian menambah beban para orangtua, selain menambah cosh pengeluaran untuk membeli pulsa, PJJ ini pun mengharuskan para orangtua agar menemani anaknya belajar dirumah sehingga pekerjaan rumah menjadi terbengkalai, belum lagi kekhawatiran terhadap kesehatan mata si anak yang diakibatkan seringnya melihat laptop atau hp saat belajar online. hal ini membuat orangtua terutama ibu semakin stress dengan masalah pendidikan
Tekanan psikologi akibat pandemi ini bukan hanya menimpa para orangtua, tetapi anak-anak pun mengalami hal yang sama, sebagaimana dikemukakan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan banyak siswa mengalami tekanan secara psikologi hingga putus sekolah karena berbagai masalah yang muncul selama mengikuti belajar jarak jauh atau belajar online yang dilakukan selama pandemi COVID-19.
"Banyak anak tidak bisa mengakses PJJ secara daring, sehingga banyak dari mereka yang tidak naik kelas sampai putus sekolah," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis. (nasional.tempo.co, Kamis, 23 Juli 2020)
Masalah PJJ telah terjadi sejak awal pemberlakuan belajar online dilaksanakan berdasarkan data yang masuk sebanyak 54 Kabupaten dari 20 Provinsi di Indonesia memberikan respons kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Laporan dari 20 Provinsi ini cukup mengejutkan KPAI.
"Ini cukup mengejutkan kami. Dari 13 Maret hingga 20 April kemarin kami menerima 1.700 respons dari guru maupun siswa terkait PJJ, mereka mengaku kesulitan," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam Konferensi Video, Senin, 27 April 2020.
Kesulitan didominasi oleh keterbatasan alat seperti laptop dan gawai. Kemudian, masalah ekonomi keluarga juga menjadi masalah utama. "Yang akhirnya mereka tidak bisa membeli paket internet menjadi kendala yang juga muncul di kalangan siswa juga guru," lanjutnya. (medcom.id, 27 April 2020)
Meskipun demikian hingga tahun ajaran baru ini pemerintah belum juga memberikan solusi terkait masalah tersebut bahkan terkesan mengabaikan, karena pendidikan bukanlah menjadi prioritas utama negeri penganut kapitalisme ini, hal ini terlihat dari minimnya pos anggaran pemerintah untuk dana pendidikan sebesar 20% dari biaya APBN yang hanya mampu mengcover biaya operasional sekolah negri dan gaji guru PNS-nya saja
Berbeda dengan Islam yang sangat mengutamakan pendidikan, agar tercapai umat yang terbaik (Khoiru Ummah) dan menjalankan perintah Allah SWT akan kewajiban menuntut ilmu maka dalam sistem pendidikan Islam negara wajib memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara.
Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas baitulmal. Sistem pendidikan bebas biaya tersebut didasarkan pada ijmak Sahabat yang memberikan gaji kepada para pendidik dari baitulmal dengan jumlah tertentu.
Sebagaimana sejarah membuktikan pada masa Khalifah al-Muntahsir Billah di kota Baghdad, di Madrasah al-Muntashiriah, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Begitu pula dengan Madrasah an-Nuriah di Damaskus yang didirikan pada abad 6 H oleh Khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan, serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi.
Jika hanya Islam yang mampu memberikan solusi atas seluruh permasalahan yang terjadi di negri ini, kenapa kita ragu untuk menerapkannya secara kaffah? Janji Allah itu pasti, jika penduduk negeri ini beriman kepada Allah dengan tunduk dan patuh kepada syari’at-Nya niscaya keberkahan dari langit dan bumi akan Allah berikan kepada penduduk negri. Wallahu a’lam