Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Kasus positif virus corona baru (Covid-19) yang masih terus menanjak dari hari ke hari menjadi materi rapat terbatas (ratas) virtual Presiden Joko Widodo bersama jajarannya di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Jokowi menyinggung jumlah kasus positif corona yang telah mencapai lebih dari 111.455 per Minggu, 2 Agustus 2020. Dia mengaku heran dengan kasus positif yang terus melonjak tinggi dan belum diketahui sebab utamanya.
"Saya tidak tahu sebabnya apa? Tetapi suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi yang khawatir mengenai covid. Entah karena kasusnya meningkat atau terutama menengah ke atas melihat karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit tapi semakin banyak," ungkap Kepala Negara.
Jumlah 111 ribu lebih kasus positif corona di Indonesia ini, lanjut Jokowi, memiliki persentase case fatality rate 4,7 persen, dengan angka kematian yang lebih tinggi 0,8 persen dari angka kematian global.
"Saya kira juga bagus terus meningkat angkanya (case recovery rate). Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin agar yang namanya protokol kesehatan, perubahan perilaku di masyarakat betul-betul menjadi perhatian kita," tuturnya.
Untuk menangani lonjakan kasus positif corona di dalam negeri, Jokowi menginginkan jajaran kementerian terkait dan lembaga negara untuk fokus melakukan sosialisasi pencegahan penularan corona dalam kurun waktu 2 minggu ke depan.
Bahkan Jokowi meminta keterlbatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menggalakkan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat (Gelora.co,3/8/2020).
Candaan bapak presiden sungguh tak lucu, di tengah berkabungnya rakyat Indonesia kehilangan anggota keluarga, sanak saudara dan handai taulan karena menjadi korban Covid-19, di saat tenaga medis telah kehilangan banyak tenaga menangani kasus Covid-19 dan ancaman berguguran pula akibat terpapar langsung beliau mengeluarkan pernyataan " Tidak tahu apa penyebabnya"
Bisa dibayangkan , pemimpin sebuah negara Muslim terbanyak, mengeluarkan pernyataan " Saya tidak tahu apa penyebabnya". Seakan ia baru terlahir dari sebuah batu dan tahu-tahu menjadi presiden. Padahal jika sekali saja ia mau membuka hati, inilah saatnya diskusi dengan rakyat guna mencari solusi yang tepat keluar dari pandemi.
Sebab faktanya, pemerintahlah yang membuat urusan penanganan pandemi tak berujung, dari mulai tidak transparansinya informasi , berubah-ubahnya kebijakan, hingga bisnis lebih dikedepankan daripada nyawa rakyat dan lain-lain. Ketidakseriusan inilah yang kemudian menular tak terkendali dan setiap hari masuk berita update pertambahan pasien Covid-19.
Dengan keluarnya pernyataan di atas semakin membuktikan bahwa penguasa tidak bersinergi dengan baik jika berhubungan dengan rakyat, namun berbeda perilaku jika dihadapkan Penguasa yang bahkan undang-undang dibuat untuk melegalkan apa yang telah ia lakukan .
'Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Atas dasar inilah kemudian negara berwenang memberi penjaminan kesejahteraan rakyatnya, bukan malah Linglung. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini