Oleh: Nabila Zidane
Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban
We are only a moment, hidup kita hanya sesaat. Pada hakikatnya kita saat ini sedang melakukan perjalanan mengarungi hidup di dunia yang akan menuju akhirat kelak.
Rasulullah Saw bersabda, “Hidup ini hanyalah selintas saja, seperti seorang yang berjalan kemudian berteduh di bawah pohon rindang kemudian berjalan lagi”.(HR. Al-Bukhari)
Seyogyanya jika kita seorang pengembara yang sedang melakukan perjalanan yang panjang, bekal apakah yang kita bawa untuk kehidupan hari ini di dunia terlebih lagi hari esok di akhirat kelak? Allah Swt berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. (QS. al- Baqarah, [2] : 197)
Dengan bekal takwa inilah kita akan bersemangat untuk terus mencari ilmu demi keselamatan dunia akhirat kita, dengan bekal taqwa inilah kita bisa istiqamah dalam berdakwah
Iya. Dakwah seharusnya menjadi mainstream (arus utama) hidup kita. Adapun yang lain mengikuti arus utama ini. Itulah mengapa, ketika Nabi saw. mendapatkan wahyu pertama, surah al-‘Alaq, beliau langsung menyatakan kepada Khadijah, “La rahata ba’da al-yawma, ya Khadijah. (Tidak ada lagi waktu berleha-leha setelah hari ini, wahai Khadijah).”
Dalam riwayat lain dinyatakan, “Qad dha’a waqtu an-nawm, ya Khadijah (Waktu tidur telah hilang, wahai Khadijah).” Ini menunjukkan, bahwa prioritas dakwah ini telah menjadi prioritas hidup Nabi saw. hingga menyita seluruh waktu beliau.
Bagaimana dengan kita? Masihkah kita terlena dengan berbagai nikmat dunia dan terus mengejarnya hingga lupa bahwa diri sudah tak muda lagi.
Dunia yang penuh dengan tipu daya. Ia memancarkan segala keindahannya sehingga kita terkadang lupa akan akhirat yang kekal itu. Dunia selalu menggoda manusia agar melupakan tujuannya. Padahal, dunia hanya alat atau ladang untuk mengeruk sebanyak-banyaknya amal kebaikan, sehingga bisa dibawa sebagai bekal nanti.
Dalam Alquran Allah Swt berulang-ulang mengingatkan agar orang yang beriman hati-hati dan waspada, jangan tertipu kehidupan dunia yang penuh tipu daya. Utamakanlah kehidupan akhirat yang kekal dan tidak ada batas akhirnya. Carilah perbekalan sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat, namun jangan pula melupakan kehidupan yang wajar di dunia ini
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS al-Qashas[: 77)
Terkait dunia, Malik bin Dinar ra. bertutur bahwa orang-orang yang pernah bertanya kepada Ali Bin Abi Thalib ra., "Gambarkanlah kepada kami hakikat dunia ini?" Ali ra balik bertanya, "Gambaran yang panjang, lebar atau yang singkat?" Mereka menjawab, "Yang singkat saja." Ali ra. kemudian menjelaskan, " Dunia itu yang halalnya bakal di hisab dan yang haram nya bakal mengundang azab neraka." (Dinukil oleh Ibnu Abi ad-Dunya' dalam kitab Az-Zuhd, I/8).
Jelas tak ada kebaikan sedikitpun pada diri seorang muslim yang sepanjang hidupnya tersibukkan oleh urusan dunia seraya melupakan akhirat. Apalagi dunia ini di mata Allah Sesungguhnya tidak ada harganya sedikitpun dibandingkan dengan surga-Nya. Dalam hal ini, Sahal bin Said ra. bertutur bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai dunia ini di mata Allah sebanding harganya dengan harga seekor sayap nyamuk(lalat) saja, niscaya tidak seorang kafir pun akan diberi minum barang seteguk pun dari air dunia ini." (Dinukil oleh Ibnu Abi ad-Dunya' dalam kitab Az Zuhd, 1/2)
Itulah hakikat dunia. Dan para pengembang dakwah tidak boleh terlena. Hidup hari ini untuk berjuang. Karena perjuangan hari ini adalah demi kehidupan kekal abadi di sana. Istiqomahlah karena sesungguhnya perjuangan ini tidaklah lama, hanya sepanjang usia kita yang hanya sebentar di dunia ini.
Wallahu a'lam
Tags
Opini