Oleh : Putri Efhira Farhatunnisa
Tepat 11 Juli kemarin, muslim di Bosnia memperingati peristiwa pembantaian Srebrenica yang terjadi 25 tahun silam. Meskipun saat ini tengah menghadapi pandemi Covid-19, tak membuat muslim Bosnia berhenti melayat meskipun jumlah pelayat berkurang.
Tak sedikit pelayat yang berani menentang aturan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19 demi menghadiri peringatan tersebut. Peringatan tahun ini sekaligus menjadi upacara penguburan sembilan korban yang diidentifikasi selama setahun terakhir. (cnnindonesia.com)
Peristiwa pembantaian ini merupakan peristiwa pembantaian terburuk dalam sejarah modern Eropa dan merupakan genosida terbesar di Eropa semenjak Perang Dunia II. Pembantaian ini berawal dari etnis Serbia yang menolak hasil referendum Bosnia-Herzegovina yang ingin melepaskan diri dari Republik Yugoslavia. Pembantaian ini dilakukan oleh VRS (Tentara Republik Srpska). VRS adalah tentara yang dibentuk oleh etnis Serbia di Bosnia. Dan Dalang dibalik genosida ini adalah Radovan Karadžic, Presiden Republik Srpska yang menginginkan terbentuknya Serbia Raya. Dia dibantu oleh Ratko Mladić, pimpinan VRS. Mereka ingin menghabisi dan mengusir Muslim dan mengambil alih wilayah Bosnia.
Tentara VRS menggempur tempat yang mayoritas penduduknya Muslim.
VRS pun mengepung Srebrenica yang merupakan tempat pengungsian lebih dari 30 ribu Muslim Bosniak, kota yang dinyatakan "aman" oleh PBB. Karadžic memerintahkan untuk menutup akses bantuan dari sejumlah lembaga humanitarian untuk Muslim di Srebrenica. Ia membiarkan Muslim Bosniak mengalami kelaparan massal. VRS juga memisahkan wanita dan anak-anak untuk dikirim ke kota lain menggunakan bus dan truk. Diantara wanita-wanita tersebut ada yang ditarik dan di perkosa di depan pengungsi wanita dan anak-anak.
Bahkan tentara UNPROFOR yang di bentuk PBB untuk melindungi penduduk dan pengungsi Bosnia tak berbuat apa apa ketika kekerasan berkobar di depan mata mereka. Tak sampai disitu, VRS juga menangkap laki-laki 16-70th untuk dihabisi. Mereka di kumpulkan di beberapa titik lalu diikat dan ditembak satu persatu. Mereka yang berusaha kabur pun ditembak mati. Mayat-mayatnya dikumpulkan dan dikuburkan secara massal.
Berdasarkan Daftar Awal Orang-Orang yang Hilang atau Dibunuh di Srebrenica yang disusun oleh Komisi Orang Hilang Federal Bosnia sedikitnya 8.373 jiwa menjadi korban dalam peristiwa tersebut.(10/07/2020 m.detik.com)
Pada tanggal 16 November 1995, duet maut otak pembantaian, Karadžic dan Mladić di dakwa sebagai penjahat perang oleh Pengadilan Internasional. Karadžic yang memerintahkan penyerangan dan pembantaian divonis 40 tahun penjara di tahun 2016, sedangkan Mladić sang jendral pemimpin tentara VRS divonis penjara seumur hidup di tahun 2017. Hukuman yang tak setimpal dengan banyaknya nyawa yang melayang karena kejahatan otak mereka.
Genosida ini hanya satu dari banyaknya kasus pembantaian terhadap Muslim. Masih banyak lagi penindasan bahkan pembantaian terhadap umat Islam yang luput dari media. Sudah ratusan ribu nyawa Muslim melayang ditangan musuh Islam. Adakah yang membela? PBB pun yang katanya Pemelihara Perdamaian dan Keamanan Dunia hanya diam membisu saat ketidakadilan menimpa umat Islam. Bahkan dalam pembantaian Srebrenica ini, mereka hanya diam melihat umat Islam disiksa, diperkosa, bahkan dibunuh di depan mata mereka sendiri. Bahkan mereka menukarkan 5000 pengungsi dengan 14 tentara mereka yang ditahan oleh Mladić. Dengan beralasan bahwa mereka juga berpotensi menjadi korban sehingga menukar pengungsi dengan tentara mereka.
Dari peristiwa-peristiwa memilukan dan dunia yang membiarkan semua itu menipa umat Islam , bisa kita jadikan pelajaran bahwa tanpa sebuah perisai yang menaungi, umat Islam akan terus ditindas tanpa mendapat keadilan. Dunia hanya bisu melihat umat Islam menderita, jeritan pilu umat Islam tak pernah didengar seakan hanya angin lalu. Ini yang terjadi ketika umat Islam hidup tanpa perisai, ketidakadilan dan kekacauan terjadi dimana-mana.
Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya menceritakan, ketika ada seorang pedagang Muslim yang dibunuh beramai-ramai oleh kaum Yahudi Bani Qainuqa, karena membela kehormatan seorang Muslimah yang disingkap pakaiannya oleh pedagang Yahudi, Rasulullah Saw. segera mengirim para Sahabat untuk memerangi mereka dan mengusir mereka dari Madinah setelah mengepung perkampungan mereka selama 15 malam (Sirah Ibnu Hisyam, 3/9-11).
Selain itu, pada masa khalifah al-Mu’tashim Billah, khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah. Kota Amurriyah yang dikuasai oleh Romawi saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mu’tashim. Pada penyerangan itu sekitar 3.000 tentara Romawi tewas terbunuh dan sekitar 30.000 menjadi tawanan. Dan di antara faktor yang mendorong penaklukan kota ini adalah karena adanya seorang wanita dari sebuah kota pesisir yang ditawan di sana. Ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!” Setelah informasi itu terdengar oleh khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan wanita tersebut plus menaklukkan kota tempat wanita itu ditawan. Setelah berhasil menyelamatkan wanita tersebut al-Mu’tashim mengatakan, “Kupenuhi seruanmu, wahai wanita!”
Ini membuktikan bahwa hanya Islam yang mampu menjamin keamanan,kesejahteraan, dan kehormatan seluruh umat. Terlebih kaum wanita yang sangat begitu dijaga kehormatannya dalam Islam. Umat butuh perisai yang melindungi mereka. Perisai yang akan memastikan umat Islam hidup aman dan sejahtera di bawah naungannya. Perisai yang pernah menaungi umat Islam selama ± 14 abad. Perisai yang melindungi setiap tetesan darah umatnya yakni Khilafah. Dibawah naungan Khilafah, kehormatan dan jiwa seorang mukmin akan terus dilindungi.
Wallahu a'lam bish shawab
Tags
Opini