OTG Millenial Semakin Meningkat, New Normal Seharusnya Belum Diterapkan



Oleh : Afifah Nur Amalina Asfa

New Normal atau Normal Baru sudah mulai diterapkan. Berbagai sektor sudah mulai dibuka, seperti sektor ekonomi, pendidikan, hiburan, maupun pariwisata. Protokol kesehatan pun wajib diterapkan pada setiap sektor, diantaranya menggunakan masker atau face shield, rajin mencuci tangan, menerapkan physical distancing, menghindari kerumunan, serta membatasi pertemuan maksimal 50 orang.  Dengan diterapkannya kebijakan baru ini, pemerintah berharap agar beberapa sektor tersebut kembali pulih, khususnya sektor ekonomi.

Sayangnya, harapan pemerintah tersebut tidak sejalan dengan fakta yang ada. Semenjak diterapkannya New Normal, penambahan kasus pun langsung meningkat tajam. Apalagi, ditambah dengan kedisiplinan masyarakat di era New Normal masih belum tinggi, membuat pandemi COVID-19 di Indonesia semakin tak terkendali. Bahkan, semakin bermunculan pasien COVID-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG).

Dilansir dari cnnindonesia.com, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menyatakan sebagian besar kasus pasien positif virus corona (COVID-19) yang baru ditemukan hari ini kebanyakan berstatus sebagai orang tanpa gejala (OTG). Pada pasien OTG, tidak ada gejala covid-19 yang nampak pada mereka, walaupun mereka sudah terindikasi positif COVID-19. Achmad Yurianto menghimbau kepada pasien COVID-19 yang berstatus OTG untuk melaksanakan karantina mandiri secara ketat. Tujuannya untuk memutus rantai penularan COVID-19.

Selain itu, kasus OTG juga terjadi pada kaum millenial. Kali ini terjadi pada siswa-siswi sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung, Jawa Barat. Dikutip dari berbagai sumber, untuk menjadi Siswa-siswi Secapa AD yang ada di Jalan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap Kota Bandung, calon siswa mesti berusia di bawah 26 tahun bagi yang berijazah D3, 30 tahun bagi yang berijazah S1, dan 32 tahun bagi yang berijazah S1 Profesi. Itu artinya, kemungkinan besar ribuan siswa Secapa AD yang positif COVID-19 merupakan generasi millennial. Pada kasus Secapa AD, terkonfirmasi kasus positif COVID-19 sebanyak 1.280 orang di antaranya 991 orang merupakan siswa, dan 289 sisanya merupakan staf di Secapa beserta anggota keluarga dari staf. Di dalam kasus tersebut, hanya 17 orang yang dirawat dan menunjukkan gejala terpapar virus corona. Sementara yang lainnya merupakan pasien dengan status OTG. 

Berkembang pesatnya kasus OTG millenial di Indonesia membuat masyarakat harus semakin berhati-hati terhadap virus ini, khususnya remaja yang masih belum bisa menahan keinginannya untuk keluar rumah.  Apalagi World Health Organization (WHO) kembali memperbarui ringkasan ilmiah Transmisi SARS-CoV-2 yang diterbitkan sejak 29 Maret 2020. Yang isinya terkait denga COVID-19 bisa menular melalui udara dan pola pencegahannya. Sebelumnya, 239 ilmuwan dari beragam negara mendapati, Virus Corona bisa menular melalui udara. Hal itu berdasarkan riset mereka yang bertajuk: It is Time to Address Airborne Transmission of COVID-19.

Pemerintah pun menghimbau masyarakat agar lebih disiplin mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan dan tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan. Seruan itu pemerintah himbau dalam berbagai media, baik media sosial maupun televisi. 

Namun, seruan dari pemerintah tersebut  akan terasa nihil jika tidak dibarengi dengan berbagai program yang mendukung. Ketika New Normal masih tetap diterapkan dan sejumlah sektor masih dibuka, tak terkecuali sektor hiburan, maka masyarakat pun akan susah berdiam diri di rumah. Apalagi kini sejumlah bioskop hendak dibuka, pastinya masyarakat, khususnya remaja akan tertarik pergi ke bioskop. Walaupun protokol kesehatan harus tetap diterapkan, tapi tidak menutup kemungkinan akan semakin terjadi ledakan kasus COVID-19, serta tidak menutup kemungkinan untuk kembali terjadi ledakan kasus OGT millenial. Apalagi jika sirkulasi udara yang terdapat di bioskop tersebut tidak baik, maka virus corona akan dapat menyebar lewat udara.

Lalu, bagaimana Islam memandang pandemi ini? Kita lihat kisah Umar RA dalam menghadapi pandemi ini. Ia dan pasukannya tidak berani untuk memasuki kawasan yang sedang mengalami wabah mematikan. Keputusannya ini sesuai dengan hadits Rasul, "Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya,". Wabah ini pun baru hilang setelah gubernur Amir bin Ash mulai menganalisa penyebab terjadinya wabah tersebut dan mengisolasi penduduk yang terjangkit wabah ini.

Sudah semestinya, kita sebagai umat Islam juga menerapkan kebijakan tersebut. Tidak boleh memasuki daerah yang terkena wabah. Namun, hal tersebut akan susah diterapkan jika tidak ada lingkungan maupun sistem yang mendukung, yakni khilafah. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memperjuangkan terwujudnya khilafah, yakni sistem yang bisa menaungi semua masyarakat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak