Oleh: Barozah Alfajri
Berbicara tentang pendidikan, maka sangat tepat sekali jika pendidikan adalah barometer untuk kebangkitan suatu negara. Maju mundurnya, tinggi rendahnya harkat martabat suatu negara, pendidikanlah yang paling menentukan, maka tidak heran pada masa kejayaan Islam, pendidikan sangat diperhatikan oleh negara pada masa itu. Karena dengan pendidikan terbaik maka akan melahirkan generasi terbaik pula.
Namun sayang saat ini pendidikan masih mengalami masalah yang belum terselesaikan, sehingga mengharuskan ada upaya agar pendidikan kita saat ini membaik, pemerintahpun berupa agar pendidikan saat ini menjadi barometer dalam menunjang ekonomi yang sedang dialami di negeri kita. Sehingga muncullah upaya untuk kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
"Tujuan utama dari gerakan ini agar program studi vokasi di perguruan tinggi vokasi menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja. Industri dan dunia kerja, mohon bersiap menyambut kami," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu.
Mendikbud Nadiem sedang menggalakkan upaya kerja sama dunia industri dengan dunia pendidikan di Tanah Air yang dia ibaratkan dengan perkawinan massal. Perkawinan massal dimaksud ialah sebuah simbiosis mutualisme antara sektor pendidikan dan dunia industri.
Seperti dilansir oleh LENSAINDONESIA.COM, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendorong upaya membangun ‘perjodohan’ atau kerjasama antara perguruan tinggi atau Kampus dengan industri.
Mungkin, dari sepenggal fakta dan pernyataan dari mendikbud sangat terdengar menarik dan bisa menjadi solusi yang menguntungkan dan pastinya akan menjadi harapan besar bagi para orang tua dan juga negara untuk menjadi negara yang lebih maju dalam hal ekonomi kedepan nanti.
Dari upaya Mendikbud ini benarkah akan menjadi solusi kedepan negeri ini?
Sekilas , memang benar terlihat sangat menguntungkan, dengan pengetahuan orang tua yang minim ilmu agama menjadikan para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka dengan niat agar kedepan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, mereka berfikir kesuksesan dengan ukuran materi dan financial belaka, sedangkan anggapan bahwa sekolah untuk mendapatkan pekerjaan sangat menjamur di kalangan masyarakat dalam sistem kapitalis saat ini.
Hal ini menjadikan upaya untuk menikahkan dunia pendidikan dengan dunia industri mendapatkan angin segar, karena dengan upaya yang menjanjikan dan terlihat menguntungkan.
Terbukti dengan banyak nya para orang tua yang lebih berminat menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah SMK di banding kesekolah Negri SMA, dengan tujuan agar setelah lulus mereka langsung bisa mendapatkan pekerjaan.
Tapi parahnya kenyataan berkata lain, banyak dari kalangan para mahasiswa yang telah mendapat gelar sarjana yang menganggur, mereka sulit mendapatkan pekerjaan.
Data BAPPENAS yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%. Menurut data Balitbang Depdiknas, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri.
Fakta ini menjadikan para pemangku kebijakan yang berfikir pragmatis untuk mengambil sikap yang tepat dengan dalih menyelamatkan ekonomi negara, salah satunya dengan upaya menikahkan massal dunia industri dengan dunia pendidikan, dan hal ini disambut baik oleh masyarakat yang minim pengetahuan agama, karena telah teracuni dengan pemikiran kapitalistik.
Sungguh miris bukan? Inilah fakta yang terjadi di negri kita tercinta, dengan berbagai masalah dalam hal ekonomi, sosial terlebih dalam pendidikan. Bagaimana tidak, kurikulum yang ada serta pendidikan yang telah diterapkan selama ini tidak menjadikan output yang sesuai harapan.
Adanya ketidakserasian antara kurikulum dengan kebutuhan masyarakat menjadikan para lulusan tidak memiliki banyak ketrampilan dibidang ketenagakerjaan, hal ini terjadi karena materi pembelajaran yang ada disekolah kurang berfungsi terhadap ketrampilan yang dibutuhkan ketika mereka memasuki dunia kerja. Hal ini pula yang menimbulkan banyak pengguran di negeri ini, disamping karena sistem saat ini pula yang mempengaruhi sulitnya mendapatkan pekerjaan.
“Pada tahun 2001, jumlah penganggur muda Indonesia mencapai 6,1 juta orang atau ser 76% dari keseluruhan jumlah penganggur. Sementara pada tahun 2002, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai delapan juta orang.”
Inilah fakta permasalahan dalam hal pendidikan di Indonesia, belum masalah sosial yang juga memilukan hati. Banyak dari para generasi yang masih senang tawuran, gaul bebas, dan prilaku-prilaku tercela lainnya.
Serta memiliki pemikiran pragmatis pula sehingga menjadikan mereka belajar tidak karena memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim, tapi hanya ingin supaya mendapatkan pekerjaan saja, sungguh memprihatinkan, sekolah yang seharusnya menjadi garda terdepan untuk meraih kebangkitan dikerdilkan dengan hanya bertujuan materi semata.
Disekolah merekapun hanya mendapat ilmu, dan itu hanya dijadikan khazanah semata, tapi tidak untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Sungguh miris apa yang telah terjadi hari ini, karena penerapan sistem yang rusak sehingga merusak. Itulah sistem kapitalis yang melahirkan skuleris, para generasi hedonis, serta generasi yang bebas sebebas-bebasnya. Mereka bebas berpendapat, berprilaku dan beragama.
Padahal di dalam pendidikan Islam, antara pola pikir dan pola sikap harus berjalan beriringan, karena Islam mengajarkan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan walau hanya satu ayat.
Sehingga benar sekali, bahwa pendidikan sangatlah berpengaruh dalam mencetak generasi, dengan pendidikan yang baik serta sistem yang mendukung, pasti akan menjadikan para generasi yang luar biasa pula. Tidak hanya pandai dalam pengetahuan semata, tapi mereka memiliki ketrampilan yang akan dibutuhkan masyarakat, serta yang terpenting adalah generasi rabbani yang berakhlakul karimah.
Tapi sayang nya pendidikan saat ini sedang dikomersialkan, disistem saat ini pendidikan dijadikan komoditi yang menguntungkan para kapitalis, jadi tidak heran saat ini sekolah mahal, banyak pihak sekolah yang hanya ingin meraup keuntungan, bukan bagaimana mencetak generasi penerus yang handal dalam segala hal, baik itu ilmu pengetahuan umum ataupun ilmu pengetahuan agama.
Begitulah ciri sistem kapitalis, yang memisahkan agama dari kehidupan, mereka tidak pernah berfikir bagaimana pendidikan akan menghasilkan output yang handal dalam artian, memiliki ilmu teknologi yang hebat dan ketakwaan yang tinggi. Terlihat dari banyak para generasi saat ini yang notabene mereka adalah profesor Doktor tapi menolak aturan yang datang nya dari sang Maha Esa (Allah) padahal esensi dari ilmu adalah semakin seseorang berilmu semakin ia tunduk dan patuh pada Rabbnya. Dan hal ini tidak terjadi disistem kapitalis saat ini.
Didalam sistem Islam, negara mendudukkan ilmu sebagai suatu hal yang sangat penting, Allah mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap muslim baik itu laki-laki ataupun perempuan, mulai dari buaian ibu sampai keliang lahat. Saking pentingnya ilmu, imam bukhori mengarang sebuah kitab yang berjudul "al ilmu qablal qoul wal 'amal".
Selain itu negara adalah fasilitator dalam mencetak generasi cemerlang, bukan hanya regulator seperti disistem kapitalis. Didalam sistem Islam, negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyat terlebih dalam pendidikan, karena sejatinya pendidikan adalah hak rakyat secara merata, semua berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Negara akan berusaha bagaimana agar dapat memenuhi hak rakyat berupa pendidikan dengan tidak membedakan antara muslim dan non muslim atau antara kaya dan miskin, semua mendapatkan fasilitas yang sama dari negara, karena negara paham betul bahwa dengan pendidikan yang baik pasti akan melahirkan para generasi yang baik pula.
Begitulah sistem Islam mendudukkan perkara pendidikan dengan kedudukan yang tinggi, seorang khalifah akan senantiasa memberikan penghargaan dan dukungan baik spiritual maupun materiil bagi para generasi yang memiliki karya untuk kepentingan ummat. Sehingga didalam sistem Islam para pelajar akan benar-benar dicetak menjadi generasi yang nantinya akan memberikan manfaat besar bagi ummat kedepan, baik dalam hal ilmu tekhnologi maupun ilmu agama.
Tidak ada sedikit pun di benak para pemangku kebijakan untuk menjadikan dunia pendidikan sebagai ajang meraup keuntungan seperti dalam sistem kapitalis saat ini. Mereka akan benar-benar berusaha semampu dan semaksimal mungkin untuk mengemban amanah, dalam rangka ingin mendapatkan ridho Allah semata, mereka sangat khawatir jika kebijakan yang mereka keluarkan tidak sesuai dengan aturan Islam dan pastinya akan mendholimi rakyat yang mereka pimpin.
Demikianlah sekilas gambaran sikap para pemangku kebijakan didalam sistem Islam, mereka akan sentiasa berusaha menjalankan amanah sesuai perintah Islam yang pastinya akan memberikan kebaikan didunia dan diakhirat.
Wallahu A'lam bis showab.