Arni Lestari
Ibu Rumah Tangga
Lagi-lagi negeri tercinta ini menjadi sorotan. Sayangnya bukan disorot sebagai satu negara yang berhasil menurunkan tingkat penularan covid-19 seperti negara tetangga, Malaysia. Negara kita menjadi sorotan justru dikarenakan tingkat kenaikan kasus corona semakin hari terus bertambah hingga mencapai jumlah di atas 1000 orang setiap harinya. Bahkan sempat menembus angka 1853 pada hari Rabu 8/7/20(detik.com).
Dengan jumlah kasus yang kian meningkat diperlukan penanganan khusus. Harus ada upaya tegas dalam usaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan upaya maksimal untuk merawat dan menyembuhkan pasien terinfeksi, agar mereka tidak berputus asa dengan kondisi yang menimpa mereka. Dan penyebaran Covid-19 dapat segera ditangani.
Jika ditelisik lebih jauh kenaikan penularan covid-19 ini terjadi karena adanya pemberlakuan konsep "New Normal" oleh Pemerintah. Kebijakan ini terlihat sebagai keputusan yang dipaksakan karena berbagai daerah di negeri ini sebenarnya belum siap menghadapinya, tapi karena tuntutan ekonomi harus mengikuti aturan itu.
Agenda "New Normal" telah menghantarkan dunia pada fase baru yang berbahaya. Di Amerika sebagai pengusung peradaban Kapitalisme, setelah pembukaan ekonomi dan sosial terjadi peningkatan kasus yang signifikan.
Di Indonesia sendiri kondisinya tidak kalah mengkhawatirkan. Sejak pelaksanaan masa transisi dengan dicabutnya PSBB di berbagai daerah, kasus baru mencapai rekor tertinggi harian yaitu pada 6 Juni dengan 993 kasus dan beberapa pekan ini setidaknya ada penambahan 1000 kasus atau lebih tiap harinya.
Ada 3 hal yang menunjukan bahwa agenda "New Normal" adalah penyebab kasus pandemi Covid-19 jumlahnya kian hari kian meningkat.
1. Agenda "New Normal" mengharuskan dunia menanggulangi wabah dengan konsep yang terbukti gagal. Sebagai contoh upaya tambal sulam physical distancing ataupun distancing ternyata sia-sia belaka. Faktanya masih terjadi pelanggaran di sana sini misalnya penutupan salah satu gerai waralaba di salah satu gedung ternama di kota Jakarta kurang lebih 2 bulan yang lalu di sana terjadi kerumunan dengan melibatkan ratusan orang.
2. Agenda "New Normal" mengharuskan dunia tetap dalam sistem kesehatan kapitalisme yang sudah terbukti rapuh menghadapi gempuran pandemi. Buktinya, dari negara-negara yang dianggap memiliki sistem kesehatan terbaik di dunia seperti Amerika dan Italia tak berdaya menghadapi pandemi ini. Tingkat kematian orang akibat covid-19 di kedua negara tersebut begitu tinggi.
3. Agenda "New Normal" mengunggulkan nilai materi di atas kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Hal ini terlihat dari peran PBB yang selama ini hadir untuk peradaban yang mengakui nilai materi. Terlebih lagi teks yang berisi pernyataan resmi PBB terkait peta jalan "New Normal" menyatakan secara tegas bahwa ekonomi (nilai materi) harus menjadi fokus.
Semua ini cukup menjadi bukti bahwa pandemi covid-19 yang semakin tidak terkontrol di negeri ini adalah buah pahit kelalaian pemerintah dan dunia. Ini tidak lepas dari peran PBB serta underbow-nya, yang sejak awal berdedikasi bagi kepentingan Barat.
"New Normal" hanyalah agenda penjajah yang diharamkan oleh Islam. Sebagaimana firman Allah,
"Dan sekali-kali Allah tidak pernah memberi jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin" (TQS. An-Nisa (4) : 14)
Karenanya, jika Pemerintah tulus bermaksud mengakhiri pandemi dan menyejahterakan negeri ini maka jalan satu-satunya adalah bersegera mengakhiri agenda hegemoni khususnya "New Normal". Hal ini jelas membutuhkan hadirnya negara berkarakter sebagai perisai dan pelindung, yakni Khilafah.
Wallahua'lam bishshawwabopi
Tags
Opini