Mendambakan Pemimpin Yang Jujur, Adil, Dan Amanah


Oleh : Zahra Azzahi

Komunitas Penulis Bela Islam, Member AMK



“Tidaklah seorang hamba (yang diserahi oleh Allah tugas untuk mengurus rakyat) mati pada hari kematiannya, sementara ia mengkhiyanati rakyatnya, Allah mengharamkan surga bagi dirinya.” (HR Ahmad)

Di antara sekian banyak amanah yang paling utama adalah amanah kekuasaan. Sabda Rasulullah Saw. di atas menjelaskan bahwa siapa saja yang memegang amanah kepemimpinan atau kekuasaan, pasti akan dimintai pertanggungjawaban yang berat oleh Allah SWT. kelak di Akhirat. 


Generasi muslim terdahulu sangat paham tentang betapa beratnya konsekuensi dari amanah kekuasaan dan kepemimpinan. Sejarah peradaban Islam mencatat bahwa sistem Kekhilafahan selama berabad-abad telah melahirkan banyak pemimpin yang adil dan amanah. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra, misalnya, adalah sosok penguasa yang adil dan amanah. Namun, beliau juga seorang pemimpin yang pemberani dan tegas. Tatkala sebagian kaum Muslimn menolak kewajiban membayar zakat, beliau segera memerintahkan kaum Muslim untuk memerangi mereka, agar kewibawaan Kekhilafahan bisa dipertahankan meskipun harus mengambil resiko perang.


Sikap adil dan amanah juga dilanjutkan oleh para Khalifah setelah Abu Bakar ra, bahkan para pejabat Islam pada masa Kekhilafahan Islam pun menunjukkan keteladanan yang sama. Selain adil dan amanah, para pemimpin Islam terdahulu juga sangat berhati-hati dengan uang negara. Mereka tak berani menyentuh uang negara apalagi korupsi. Khalifah Umar bin al-Khaththab ra pernah menarima hadiah minyak wangi kesturi dari penguasa Bahrain, beliau kemudian menawarkan pada para sahabat, siapa yang bersedia menimbang sekaligus membagi-bagikan minyak wangi tersebut kepada kaum Muslim. Saat itu Istri beliau yang pertama menawarkan diri, namun beliau dengan lembut menolaknya, sampai tiga kali istri beliau menawarkan diri, beliau tetap menolaknya. Beliau berkata, ”atikah, aku hanya tidak suka jika engkau meletakkan tanganmu di atas timbangan. Lalu engkau menyapu-nyapukan tanganmu yang berbau kesturi itu ke tubuhmu. Dengan itu berarti aku mendapatkan lebih dari yang menjadi hakku yang halal.” (Al-Kandahlawi, Fadha’il A’mal, hlm. 590). Begitulah sikap para Khalifah, jangankan korupsi, sekedar kecipratan minyak wangi yang bukan haknya pun mereka tak mau.


Maka telah sangat jelas sistem pemerintahan Islam mendorong para pemimpin untuk bersikap adil, amanah, dan tidak korup. Namun sungguh disayangkan para pemimpin yang ideal ini tidak mungkin terlahir dari sistem demokrasi sekular, sistem kufur ini hanya mampu menghasikan pemimpin yang zalim dan korup. Pemimpin yang adil, amanah, dan tidak korup hanya akan terlahir dari sistem sahih yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah, dan menerapkan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan yaitu Khilafah a’la Minhaj an-nubuwwah.

Wallahu a’lam bi ash shawwab.   


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak