Oleh: Marsitin Rusdi
Disaat banyak orang masih ragu dengan kemampuan Islam dalam membangkitkan umat, menciptakan keadilan dan kesejahteraan. Banyak tuduhan miring yang terlontar. Daulah khilafah telah terlebih dahulu membuktikan hal yg sebaliknya.
Sebagai contoh misalnya kekhilafahan Turki Utsmani telah membuktikan menjadi negara adidaya saat itu, dengan luas wilayah 20jt km², atau setara dg 2x lipat luas AS saat ini. Belum pernah ada negara seluas itu sepanjang sejarah, yang mampu menguasai tiga benua sekaligus. Asia, Afrika dan Eropa.
Khilafah tidak adil dalam memperlakukan non muslim? Saat Khalifah terakhir Sultan Abdul Hamid II hendak diusir ketika khilafah dihancurkan, seorang Yahudi mendatangi beliau dan menawarkan segelas minuman hangat, Khalifah menerima dan berterimakasih kepadanya. Namun apa jawabnya? Dialah yang harus berterimakasih pada Khalifah karena telah diperkenankan hidup dg aman selama ini.
Menjadi muslim yang berilmu serta mengamalkan ilmunya adalah hal yang penting. Sahabat Rasulullah, Abu Darda' pernah mengatakan perkara yang paling ia takutkan adalah saat menghadap Allah ditanya, " apa yang telah kamu lakukan dengan ilmumu?" Karena saat ini banyak orang yang berilmu namun justru perbuatannya tidak selaras dengan ilmunya.
Seperti kejadian tadi pagi (kmrn ahad), ketika kami hendak berangkat menyuarakan kebenaran, justru saudara tua kita menghadang perjuangan kami, itu hanya salah satu contoh kecil. Namun hendaknya peristiwa tersebut semakin melecutkan semangat kitaa untuk lebih semangat lagi. Lebih giat karena dakwah membutuhkan dukungan dari beragam elemen.
Rasulullah bersabda :"Barang siapa melihat penguasa yg dzalim menghalalkan apa yang diharamkan Allah, melanggar perintah Allah, menyalahi Sunah Rasulullah, memperlakukan hamba Allah dengan dosa dan permusuhan, sementara dia diam dengan perbuatan dan perkataannya, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke tempat masuknya penguasa tersebut (termasuk kategori dzalim juga) (HR Tabrani)
Na'udzubillah min dzalik.
Saat sahabat ka'ab bertanya pada Rasulullah, seperti apa pemimpin yang dzalim? Maka Rasulullah menjawab"Ia adalah penguasa yang datang setelah aku, tidak pakai petunjukku, sunah dan syariatku. Siapa saja yang membenarkan dan membantunya, maka dia bukan bagian dariku, dan aku bukan bagian darinya. Dia tidak datang ke telaga kautsarku dan mendapat syafaatku".
Untuk itulah harusnya kita menjadi ulama yang membela agama. Bukan ulama masyarakat yang mengikuti selera pasar, maupun ulama Daulah sesuai pesanan penguasa.
Apa yang terjadi kemarin persis seperti gambaran Al Qur'an,
يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـئُـوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَ فْوَاهِهِمْ وَاللّٰهُ مُتِمُّ نُوْرِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya."
(QS. As-Shaff[61]: Ayat 8)
Namun sebagaimana teori marketing, kalau sesuatu itu dijelek-jelekkan, maka justru akan nampak bagaimana Ia sebenarnya, karena membuat orang penasaran untuk justru mencari tahu.
Allah juga mengingatkan kita dalam firman Nya
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ ؕ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)."
(QS. Yasin[36]: Ayat 12).
Ayat ini seharusnya menguatkan kita untuk selalu semangat dalam dakwah, karena bekas amal yang kita tinggalkan saat berjuang memberikan petunjuk dan kebenaran pada umat.
Perkembangan dakwah saat ini, bukan karena kita, tapi semata-mata karena pertolonganNya
اِلَّا تَـنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا
"Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, jangan engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita..(QS at-Taubah[9] :40).
Ayat ini berbicara tentang peristiwa hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakar ra. Tidak ada yang mengingkari bagaimana totalitasnya perjuangan dan pengorbanan beliau dan putra-putrinya (Abdullah dan Asma' yg sedang hamil tua).
Namun Allah mengingatkan bahwa ini semua adalah rencana Allah. Kalaupun tidak ada pengorbanan dari Abu Bakar ra, Allah akan tetap menolong RasulNya.
Demikian juga dengan dakwah ini, kalaupun bukan kita yang berjuang, pastilah Allah akan tetap menolong agama ini dengan tegaknya khilafah, lewat tangan orang lain, karena ini sudah menjadi ketentuanNya.
ntuk itu janganlah kita sombong karenanya.
Kita tidak perlu merasa tinggi, jumawa, terhadap orang yang mengolok-olok kita. Apalagi balas mengolok. Cukuplah menjadi pengingat : mengejek muslim adalah perbuatan fasiq (hadis).
Belum ada lagi sosok seperti Harun arRasyid, yang menulis ' dari Harun Amirul Mukminin kepada Nakfur anjingnya Romawi'. Yang ada adalah ' kepada Yang Mulia...'. Kenapa? Karena khilafah adalah negara adidaya. Mampu menunjukkan kewibawaan, menyejahterakan dan mewujudkan rasa aman pada rakyatnya. Hingga penelitian dari university of Malaya menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 200 tahun saat kekhilafahan Turki Utsmani berkuasa, angka kriminalitas bisa dihitung dengan jari.
Fakta membuktikan ketiadaan khilafah telah membuat harga diri umat ini sedemikian rendah. Bahkan terpuruk.
Oleh karena itu kita harus berjuang untuk mengembalikan kehormatan dan kemuliaan kaum muslimin. Hal itu hanya bisa kita tempuh dengan cara berdakwah dengan sungguh-sungguh.
Kunci keberhasilan dakwah adalah senantiasa ittiba' bi af'ali arRasul, sebagaimana penjelasan di kitab Nidzom Al Islam. Bukan mengikuti jalan demokrasi ataupun jalan-jalan lainnya.
Wallahu a'lam bishawwab
Tags
Opini