Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Mantan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat ( Gelora), mengatakan partainya bakal menjadi armada yang menghadirkan darah segar pemimpin-pemimpin baru Indonesia, yang mengerti betul masalah mendasar dan tantangan bangsa Indonesia (SINDOnews, 19/7/2020).
Fahri berpendapat, ada tiga tantangan yang menjadi masalah mendasar bangsa Indonesia saat ini, yakni kegamangan naratif, kapasitas negara dan kapasitas pemimpin. Hal tersebut menyebabkan negara tidak bisa menyelesaikan berbagai persoalan berulang, tidak hanya persoalan sosial, politik, ekonomi, tapi juga kriminalitas seperti korupsi dan narkoba.
Sehingga kejadian tersebut, telah menguras energi bangsa, yang seharusnya telah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima besar dunia.
Adapun kegamangan naratif itu antara lain adanya suatu kelompok yang ingin mereduksi Pancasila menjadi Tri Sila atau Eka Sila. Padahal perdebatan hal itu sudah selesai dengan disahkannya versi akhir Pancasila sebagai falsafah negara dalam Pembukaan UUD 1945.
"Tapi masih ada kelompok yang ingin mereduksi atau menyinggung lagi Pancasila. Ini yang saya sebut sebagai kegalauan naratif," katanya.
Sedangkan mengenai kapasitas negara, terlihat sekali bahwa kapasitas negara semakin melemah, bahkan dikalahkan oleh media sosial (medsos). Akibatnya negara melakukan patroli untuk mengintip percakapan pribadi warganya di medsos maupun pribadi.
"Seharusnya negara itu, bagaimana meningkatkan pendapatan perkapita kita yang baru naik USD4.000, kalah jauh dibandingkan Malaysia, Singapura, Tiongkok dan Taiwan. Masih banyak masyarakat kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, begitu harga beras naik puluhan orang langsung amblas di bawah garis kemiskinan," ungkapnya.
Terakhir, soal kapasitas pemimpin yang dinilainya semakin memprihatinkan. Sebab, para pemimpin saat ini seakan menjadi bahan olokan. "Pemimpin itu seperti getir, reputasi pemimpin gampang dijatuhkan dan gampang jatuh menjadi manusia biasa. Tapi yang lebih menyedihkan adalah kapasitas pemimpin lainnya," ujar Fahri.
Ada benarnya apa yang disampaikan Fahri Hamzah tentang tantangan yang menjadi masalah mendasar bangsa ini. Keagamaan naratif, kapasitas negara dan kapasitas pemimpin. Namun jika kita lihat ada dimana ketiganya akan kita dapati bahwa ketiga persoalan mendasar tadi hanyalah hasil dari berjalannya proses sistem yang sedang berjalan.
Diakui atau tidak, sekulerisme yang menjadi arah pandang bangsa ini telah mengambil hal-hal yang mendasar bagi tegaknya bangsa yang maju dan beradab. Keagamaan naratif tidak akan muncul dari sistem yang landasannya adalah akidah shahih. Yang berasal dari Wahyu Allah SWT, sehingga agama tidak dijalankan sesuai tafsir masing-masing kepala manusia.
Yang secara fitrah ia lemah, terbatas, tergantung pada manusia yang lain dan butuh diatur. Agama datang guna mengatur kelemahan-kelemahan manusia tadi sehingga disebut sesuai dengan fitrah manusia.
Ketika kualitas manusianya telah sempurna menjadi kepribadian yang seimbang antara aqliyah ( pemikiran) dan nafsiyah ( nafsu) maka secara alamiah ketika amanah kepemimpinan ada dipundaknya ia akan mengembannya dengan sepenuh hati, sebab ia akan menganggap kekuasaan adalah bagian dari amanah dan bernilai ibadah. Yang akan dimintai pertanggungjawaban Allah SWT, Sang Penciptanya.
Secara alamiah pula kita akan dapati bangsa yang cemerlang dan memimpin . Hal demikian hanya terjadi jika kita mencampakkan sekulerisme dan kembali menarik agama guna mengatur kehidupan bernegara dan berbangsa.
Hari ini agama ( baca: Islam) memang gencar dinarasikan buruk rupa. Ini adalah ulah kaum kafir yang sukses mengkooptasi penguasa muslim bahkan beberapa ulamanya. Kata politik ( siyasah) yang dalam Islam berarti mengurusi urusan umat, dihilangkan diganti dengan penggambaran huru hara, krisis, perang saudara dan yang lainnya. Sehingga terciptalah Islamophobia dalam diri kaum Muslim sendiri.
Akhirnya, apa yang bisa diharapkan dari manuver politik Fahri Hamzah ini selain hanya kembali rakyat berjuang sendiri? Tiga hal dasar yang ia tentukan sebagai dasar persoalan tak berarti banyak sepanjang ia menyandarkan pada sistem batil ini maka selamanya akan berulang krisis dan bencana. Harus beralih pada Islam, agama sempurna yang berisi akidah dan syariat. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini