Oleh : Halimah Tas’diyah
Mata rantai penularan Virus di negeri ini belumlah usai, bahkan kekisruhan data terjadi sejak munculnya di awal bulan maret hingga 3 juli 2020 tingkat kematian telah mencapai 51,5 juta. Angka kematian yang lebih tinggi itu mengikuti definisi menurut instruksi dari Badan Kesehatan Dunua (WHO) bahwa angka kematianakibat covid 19adalah pasien yang terkompirmasi positif terpapar corona berdasarkan hasil tes laboratorium dan mereka meninggal akibat gejala klinis yang mirip dengan kasusu corona.(Tempo.4 juli 2020).
Hal inilah yang membuat berbagai kalangan dan bahkan seluruh Negara di dunia termasuk Amerika. Satu sisi ditawarkan cara mudah antisipasi corona virus dengan cuci tangan yang benar dan di sisi lain ditawarkan anti virus berbayar. Kemudian para pakar kesehatan, peneliti, dan tingkat mentri berupaya dan berlomba mencari dan menemukan penawar covid 19 ini , mulai dari bahan kimia maupun bahan alami di munculkan untuk menjadi penawar virus corona. Merujuk dari kompas.com (4/7), produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi masal melalui pihak swasta. Kementan berencana memproduksi massal kalung antivirus corona ini pada bulan Agustus mendatang. Kalung antivirus corona merupakan produk eucalyptus yang dibuat dengan teknologi nano. Malalui uji potensi eucalyptus oil sebagai antivirus telah dilakukan dengan tahapan telusur ilmiah serta uji invitro. Adapun, beberapa tanaman herbal termasuk eucalyptus terhadap virus Gammacorona dan Beta coronavirus Clade 2a sebagai model dari virus corona. Hasilnya, eucalyptus menunjukkan memiliki kemampuan antivirus 80-100 persen tergantung jenis virus, termasuk virus corona yang digunakan dalam pengujian, serta virus influenza H5N1.
Gagasan ini kemudian menuai reaksi yang kontroversi di tengah tengah masyarakat bahkan bisa saja salah persepsi. Apakah ini sebuah langkah pemerintah untuk mengatasi penularan covid 19 di negeri ini? Ataukah ini salah satu keputus asaan sehingga mengambil langkah apa adanya, masyarakat telah mencium aroma sebagai solusi palsu yang sebelumnya telah di awali dengan PSBB dan Herd immunity yang justru tidak manusiawi ini, dan kemudian muncul yang terbaru berupa kalung yang dibuat dari tanaman kayu putih sebagai anti virus corona yang kemudian dianggap oleh sebagian para peneliti mengganggap ini adalah sebuah lelucon yang lakukan oleh pemerintah untuk menangani penyebaran covid 19. Pemerintah harusnya serius melindungi warganya dari ancaman virus corona. Tetapi tidaklah mengherankan ini semua terjadi dalam system kapitalis yang mungkin bagi penguasa bersikap egois, maka dari itu tidaklah kita bisa berharap pada system kapitalis ini untuk menangani penyebaran covid 19 yang terus bertambah jumlah korbannya.Sebagai pemimpin negara yang mayoritas penduduknya muslim. Pemerintah seyogjanya melirik bagaimana Islam mengatasi wabah penyakit menular. Karena Islam memiliki seperangkat solusi dalam mengatasi wabah pandemi. Islam selalu menunjukan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Ia mengatur semua hal tak terkecuali di bidang kesehatan yang seharusnya disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukan bahwa kesehatan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Oleh karena itu, Negara memiliki peran untuk senantiasa menjaga terdahulu mengembangkan ikhtiar baru mengatasi Pandemi, yakni vaksinasi. Cikal bakal vaksinasi itu dari dokter-dokter sebagai langkah Negara serius dalam menangani virus dan akan mengintensifkan upaya menemukan vaksin Corona sebagaimana yang telah di contohkan pada Rasulullah S.A.W dan masa kekhilafahan. Penguasa dan Negara benar benar hadir dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat baik muslim maupun non musliam tanpa mencari keuntungan. Sudah saatnya bagi umat islam untuk mengganti system kapitalis sekuler dengan sistem islam yang mampu menangani wabah virus dengan serius sebagai wujud pertangungjawaban di hadapan rakyat dan Allah SWT. Wallahu A’lam bishowab.