Oleh : Ummu Aqeela
Menghentak, sebanyak 37 pasangan ABG terjaring razia di kamar hotel di Jambi, Rabu (8/7/2020) malam. Mereka terjaring Tim gabungan TNI/Polri bersama Pemerintah Kecamatan Pasar Kota Jambi yang mengelar razia penyakit masyarakat (pekat). Puluhan remaja itu terjaring petugas di sejumlah hotel yang ada di Jambi. Dari 37 pasangan yang diamankan, ada yang hendak menggelar ulang tahun dengan pesta seks. Saat ditangkap, petugas juga menemukan barang bukti berupa satu kotak alat kontrasepsi dan obat kuat. ( Kompa.com, Sabtu 11 Juli 2020 )
Camat Pasar Kota Jambi Mursida mengatakan, penertiban tersebut dilakukan berdasarkan adanya laporan dari masyarakat bahwa banyaknya remaja yang menggunakan kamar hotel saat ulang tahun. Terjaringnya 37 pasangan ABG itu membuat Mursida mengaku miris. Pasalnya, dari banyak razia yang dilakukan. Baru pada razia ini memecahkan rekor, karena semua yang terjaring anak di bawah umur.
"Dalam operasi itu, banyak yang terjaring anak-anak remaja di bawah umur. Mereka menyewa kamar hotel. Sangat miris sekali. Laki-lakinya umur 15 tahun, ada perempuannya umur 13 tahun. Kita temukan ada 1 perempuan 6 laki-laki di satu kamar,” kata Mursida, Kamis (9/7/2020) malam.
Sebenarnya, kasus penyimpangan pelajar dalam urusan syahwat ini bukan kali ini saja. Di daerah-daerah lain sudah berulang kali diberitakan keterlibatan pelajar dalam kasus video porno dan hubungan seks haram. Bahkan jika kita cermati saat ini, masalah yang tidak lazim ini dianggap lazim dikalangan mereka para remaja. Pacaran, berciuman, bahkan hubungan badan layaknya suami istri pun sudah bukan hal yang tabu lagi buat mereka.
Salah satu hingar-bingar yang berdampak besar memberi pengaruh adalah tontonan. Di masa kini, gempuran tontonan tidak hanya datang dari layar kaca dan layar lebar tapi juga dari gawai media sosial. YouTube dan game online menjadi saluran penyedia tontonan yang begitu mudah dinikmati. Tinggal klik, tayangan apapun tersaji di hadapan mata. Dengan lautan tontonan yang melimpah ruah di televisi maupun media sosial, anak yang menonton tanpa ada panduan atau batasan, bukan tidak mungkin salah menonton tayangan yang akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan emosional dan kejiwaannya.
Untuk itu apapun namanya kenakalan atau fenomena jaman saat ini, menimbulkan keprihatinan bagi kita semua tentunya. Namun untuk menyelesaikan dan mengurai berbagai masalah yang muncul ditengah pergaulan anak-anak bukan hanya sekedar membatasi akses internet dan iklan yang bersliweran didalamnya. Ini butuh konsen yang besar, tidak hanya memberantas yang tampak tapi mencabut dari akar permasalahannya. Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan sendiri namun perlu kerjasama yang aktif dari orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah dan pihak-pihak yang perduli dengan masalah anak serta masa depan bangsa.
Mulai dari mana kita bisa merombak dan mengatasi berbagai masalah anak yang muncul ditengah-tengah masyarakat?
Satu kata untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dimulai dari dunia pendidikan.
Bicara tentang pendidikan anak, Islam telah mengenal dan menerapkan konsep itu sejak lama. Islam memandang, anak adalah rizki sekaligus ujian Allah SWT kepada hambaNYA, dalam firmanNYA Allah menyebut anak adalah salah satu kesenangan dan perhiasan dunia.
الْمَـالُ وَالْبَنُونَ زِيْنَةُ الْـحَيَاةِ الـدُّ نْيَـا
Artinya : “ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan didunia “ (QS Al-Kahfi;46)
Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga adalah amanah besar bagi orang tuanya. Oleh karenanya para orang tua dituntut untuk senantiasa memperhatikan perkembangan jasmani dan rohani sang buah hatinya. Karena keluarga adalah basis pertama dan utama dalam pendidikan anak. Namun dalam cengkeraman sekulerisme dan kapitalisme sekarang ini hal itu menjadi amat sulit dilakukan. Tuntutan biaya hidup mengharuskan orang tua mau tidak mau dipaksa menjadi budak dunia untuk mencari materi dalam pemenuhan hajat sehari-harinya, biaya sekolah yang mahal, kebutuhan pokok yang makin hari makin melangit harganya. Hal inilah yang menyebabkan orang tua tidak dapat 100% mengayomi anak-anak terutama di kebutuhan rohaninya yang mencakup akidah dasar. Karena harus dipahami bahwa, penanaman akidah Islam yang kuat dan mengakar akan menjadi tolak ukur dan pondasi kuat anak untuk menangkal pengaruh negatif yang menyerang dari luar.
Intinya adalah memperbaiki sistem hidup yang menjadi pengaruh besar dalam pemunculan setiap problematika yaitu dalam keluarga, sekolah , lingkungan masyarakat dan negara. Keseluruhan unsur bertanggung jawab penuh dalam pembentukan kepribadian dan karakter generasi depan. Ketiga unsur yang lain yaitu keluarga, sekolah dan masyarkat terikat dan terkait dengan unsur yang paling penting yaitu negara atau pemerintah. Karena lewat negaralah lahir berbagai kebijakan yang dapat menciptakan keadaan yang mendukung untuk ketiga unsur yang lainnya menjalankan kewajibannya.
Negara sebagai penyelenggara pendidikan haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi yang berkwalitas, bukan memperhatikan kemajuan tekhnologi saja namun juga membentuk kepribadian islamnya. Lebih dari itu negara juga wajib menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi, terutama media yang memberi pengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Harapan negara berperan seperti ini tentu tidak dapat diwujudkan dalam tatanan sistem yang berbasis kapitalisme dan sekulerisme. Hanya negara berdasarkan sistem Islam secara kaffahlah yang mampu melaksanakan peran yang sangat penting ini. Jika Islam tidak diterapkan, maka impian mencetak generasi islami seolah menjadi impian di siang bolong. Oleh karena itu, langkah pertama dalam menghapus potret buram masalah ini dan menggantinya dengan gambar cemerlang adalah hanya satu, kembali ke tatanan dari sang Pencipta yaitu Allah SWT dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Karena dengan Islam, anak sebagai generasi ujung tombak masa depan menjadi tombak yang runcing dan tajam untuk menghalau pengaruh negatif yang menyerang.
Wallahu'alam bishowab.