Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Beberapa hari ini laman Google banyak memuat berita tentang makluk beda orientasi seksual. Baik dari dalam maupun luar negeri. Dikemas dengan reportase menarik, diantaranya merekapun berprestasi dan bisa hidup normal layaknya manusia biasa.
Tanggapan masyarakatpun sengaja ditampilkan guna semakin meyakinkan bahwa pilihan mereka untuk beda orientasi tak salah dan bukan "Big Problem". Sikap toleransi inilah yang kemudian memicu keresahan di masyarakat, terutama di negara dengan Muslim sebagai warga mayoritasnya. Meskipun racun Sekuler Liberal telah banyak merusak sendi-sendi masyarakat hingga tatanan keluarga, namun kata risih masih tetap ditunjukkan masyarakat kebanyakan.
Dilansir dari Liputan6.com, tanggal 11 Juli 2020, Millen Cyrus keponakan artis kondang Indonesia, Ashanty, dikabarkan menempuh operasi kelamin. Kebenaran isu ini lantas ditanyakan kepada Ashanty dalam sesi siaran langsung bareng akun Instagram terverifikasi Lambe Turah.
Ditanya soal ini, Ashanty sempat menutup muka dengan telapak tangan. Namun akhirnya, Ashanty buka suara soal keponakannya. Nyonya Anang Hermansyah bukan tak tahu sepak terjang Millen Cyrus di medsos.
Dan tanggapan Ashanty terkesan lebih kepada menerima apa adanya pilihan Millen Cyrus, sebab ia memahami bagaimana pergolakan batin menjadi pribadi yang beda ditubuh yang salah. Hanya saja Ashanty menekankan tetap mempertahankan nama baik keluarga apapun pilihannya.
Jelas ini bukti kedunguan kaum Muslim terhadap agamanya. Sesuatu yang jelas dilaknat, bahkan peristiwa azabnya hingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam surat Luth, tidak bisa membuka pintu hidayah. Mengapa demikian?
Sebab, negara samasekali tak menjaga akal dan akidah umat. Orientasi penguasa pada dunia barat hingga membutakan mata dan beranggapan budaya ganti kelamin ini adalah kebebasan berperilaku. Bahkan ini dilindungi undang-undang. Tercatat sudah 30 negara Barat yang menyetujui pernikahan sejenis ini.
Padahal akibat perilaku menyimpang ini dunia sedang menanggung akibatnya, tak hanya hilangnya nashab ( silsilah keluarga) sebab tak ada perkawinan sebagaimana mestinya, juga muncul perzinahan akibat adanya bisnis mother Surrogate alias ibu kontrak, para wanita yang merelakan rahim mereka ditanam salah satu sperma pelaku pernikahan sesama jenis, hanya demi uang.
Lebih dari itu, peradaban macam apa yang akan diharapkan dari generasi salah orientasi ini? Hidup hanya terfokus pada pemuasan syahwat, kebahagiaan diukur semata dari terpuaskan jasadiyah semata, padahal bagi seorang Muslim, dunia hanya tempat mencari bekal untuk hidup abadi. Dengan pemahaman ini maka manusia akan produktif saling memberi manfaat dan kebaikan.
Tidak ada solusi mengatasi kerusakan akal dan akhlak yang ditimbulkan faham liberalisme, selain membuang dasar pandangannya yaitu sekulerisme, agama terutama Islam tak boleh dipisahkan dari kehidupan. Sebab Islam sejatinya tak hanya berisi akidah namun juga peraturan. Yang akan secara tegas memisahkan mana yang Haq dan yang batil. Hingga pemahaman orientasi yang salah tak akan sempat berkembang dan merusak tatanan masyarakat. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini