Oleh: Aina Ahmad Fauzi
(Aktivis Muslimah Banjarbaru)
Salah satu sektor yang mengalami dampak besar akibat pandemi Covid-19 adalah ekonomi rumah tangga. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sektor rumah tangga mengalami tekanan dari sisi konsumsi.
Selain karena masyarakat sudah tidak beraktivitas di luar rumah sehingga daya beli pun menurun, juga karena kehilangan pendapatan terutama bagi keluarga miskin dan rentan di sektor informal.
Dalam survei online yang dilakukan Komnas Perempuan tentang Perubahan Dinamika Rumah Tangga dalam Masa Pandemi Covid-19 yang berlangsung pada April hingga Mei 2020, didapatkan bahwa perempuan adalah salah satu kelompok rentan.
Yang paling rentan adalah perempuan berlatar belakang kelompok berpenghasilan kurang dari 5 juta rupiah per bulan, pekerja sektor informal, berusia antara 31-40 tahun, berstatus perkawinan menikah, memiliki anak lebih dari 3 orang, dan menetap di 10 provinsi dengan paparan tertinggi Covid-19.
Mereka merupakan kelompok paling terdampak baik dari segi kesehatan fisik dan psikis, sosial dan ekonomi dalam rumah tangga, dan rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) (Harjanti Arum, MuslimahNewsId)
Bagaimana kita mengurainya ?
Sebagai seorang muslim satu yang kita yakini bahwa Islam adalah agama yang komplit mengatur semua urusan manusia. Islam mengatur aqidah ruhiyah sebagaimana Yahudi dan nasrani dari sisi sama-sama sebuah agama yang diwahyukan Allah , yang menjelaskan bagaimana seharusnya hubungan kita dengan Allah sang pencipta.
Namun bila bicara Akidah Siyasiyah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, maka Islam akan bersanding dengan Kapitalisme dan Sosialisme. Mengapa ? karena yahudi dan nasrani tidak mengatur hal ini. Karena itu lah kita sebut Islam itu sebagai mabda / ideologi.
Nah, saat ini negara kita dan semua negara di dunia hidup dalam aturan kapitalisme sekuler. Apa yang kita rasakan pengaturan kapitalisme dalam menangani Covid-19 ? dari mulai PSBB, diberikan BLT tapi hanya masyarakat miskin, padahal banyak keluarga yang terdampak namun tak dapat bantuan. Yang lebih menyakitkan lagi sudah lah rakyat kesulitan di masa pandemic, tagihan listrik naik, BBM tak kunjung turun padahal harga minyak dunia anjlok. Banyak rumah tangga yang gonjang ekonominya, harus survive sendiri tak diperdulikan. Ibu-ibu merasakannnya ?
Inilah bukti perlindungan hakiki dalam sistem kapitalisme bahkan di masa pandemi hanya mimpi. Kapitalis menginginkan kemakmuran dan kesejahteraan menjadi miliknya sendiri, dan abai pada pihak lain, lebih-lebih bila dipandang tidak ada manfaat timbal balik yang akan didapatkannya.
Perlindungan sosial terbaik bagi setiap rumah tangga hanya bisa diwujudkan bila Islam diterapkan. Islam mengharuskan negara untuk mengurus rakyat dan memastikan setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya secara layak setiap saat, lebih-lebih pada masa pandemi.
Islam mewajibkan negara untuk mengelola semua sumber daya alam yang dimilikinya untuk kesejahteraan rakyat. Islam memiliki berbagai sistem terbaik yang mampu mengatasi krisis dengan berbagai mekanisme yang sudah ditetapkan Allah Swt.
Bahkan dalam kondisi negara memiliki kemampuan, Islam mendorong negara untuk membantu penderitaan bangsa dan negara lain. Keselamatan nyawa manusia menjadi hal pokok yang diperhatikan Islam, apalagi dalam masa bencana, bahkan meski ia bukan muslim dan bukan warga negaranya.
Sejarah mencatat bagaimana Khilafah Ustmani memberikan bantuan beberapa kali kepada Amerika Serikat, di antaranya ketika AS dilanda bencana alam Johnstown pada 1889 dan kebakaran hutan pada 1894.
Apa yang harus kita lakukan ?
Pertama kita harus yakin semua yang terjadi adalah qadha Allah dan kita harus rida. Kita harus survive dan terus berusaha dengan jalan yang benar untuk dapat terus melanjutkna kehidupan. Bila suami di PHK, pompa terus semangatnya untuk bekerja, kita bantu-bantu dengan usaha yang bisa kita lakukan tanpa meninggalkan kewajiban kita sebagai istri dan ibu untuk anak-anak kita.
Kedua membentuk kesadaran pada diri kita bahwa saat ini ketika hokum Allah terkait pengaturan berbagai aspek kehidupan tidak dipakai, justru hokum buatan manusia yang digunakan. Maka wajar kerusakan terjadi dimana-mana. Bahkan untuk menyelesaikan masalah Covid-19 ini pun masih banyak yang mengambil untung, karena tabiat dasar kapitalisme hanya menguntungkan bagi kalangan mereka sendiri.
Ketiga mari kita berjuang bersama sembari kita berjuang untuk bertahan hidup di masa pandemi ini, kita perbaiki pemahaman Islam dengan terus menuntut ilmu, kemudian kita sampaikan lagi kepada yang lain, sehingga terbentuk kesadaran umum di tengah masyarakat untuk kembali kepada Islam Kaffah dalam naungan Daulah Khilafah Islam.
Wallahu a'lam
Tags
Opini