Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Ada nasehat menarik dari seorang guru yang melepas muridnya menuju jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kebetulan sang murid masuk ke sekolah tersebut melalui jalur prestasi. Lebih dulu dibanding jalur zonasi dan lain-lainnya baik dari segi pendaftaran maupun tes Uji Kemampuan Dasar.
Beliau memulai dengan ucapan selamat, sudah berhasil melampaui satu anak tangga, di saat yang lain masih harus berjuang mendapatkan sekolah. Inilah kejamnya kapitalisasi pendidikan. Mengeluarkan kebijakan zonasi namun enggan mengupayakan perbaikan sarana dan prasarana. Sehingga tetap saja keadilan tak berwujud.
Jangan berbangga hati terlalu banyak, sebab anak-anak tangga lainnya sudah siap menunggu ditapaki. Justru ini hanya permulaan. Kalian yang masuk karena prestasi tak boleh kendor barang sedetik, sebab di luar sana ada banyak pesaing yang siap melibas batas kemenangan kita hari ini.
Ingatlah, Ilmu adalah pembuka segalanya. Maka berikhtiarlah hingga darah habis mendapatkan ilmu itu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Cintailah membaca dan membaca. Tetaplah tekun berlatih, sebab ilmu hanya bisa diikat ketika kita menuliskannya.
Jangan berat tangan membantu orangtuamu, sebab pelajaran hidup banyak didapat dari keduanya. Sekarang memang sedang pandemi, kita melakukan kegiatan lebih banyak di dalam rumah, namun bukan berarti tak ada hal-hal baru untuk diekplorasi. Ringan tangan dan tulislah hatimu, kelak ketika engkau harus berpisah dengan orangtuamu dengan alasan apapun kau masih tetap bisa tegar berdiri. Bahkan dengan apa yang kamu pelajari hari ini, kamu bisa menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi sesama.
Pelajarilah agama tak sekedar supaya tahu saja. Tapi pelajari agama untuk kau terapkan. Agama tanpa ilmu akan dijajah. Islam sudah berjaya , peradaban barat masih berada dalam kegelapan, Khilafah Turki Ustmani sudah berhasil mengirim panglimanya untuk mengarungi lautan, menjelajah negeri penuh rempah dan hasil bumi yaitu Jawa. Panglima Cheng Hi adalah bagian dari sejarah itu
Masuk Indonesia melalui sungai Canggu di wilayah Krian kini. Lengkap dengan kapal perangnya yang canggih Pasukan Khalifah datang dengan segala kecanggihannya , sementara Jawa masih keterbelakangan, padahal dikuasai kerajaan. Mereka tak berlimu bahkan tak beragama.
Ilmu tanpa agama akan bebas tanpa batas. Contoh Nabi Adam yang tergelincir karena hanya punya ilmu, begitu diiming-imingi akan mendapatkan kehidupan abadi jika mendekat pada salah satu pohon di taman itu, Adam tergoda. Itulah gunanya agama.
Sungguh nasehat yang luar biasa. Namun hari ini akan terasa berat, sebab ada upaya pemisahan agama dari kehidupan secara besar-besaran alias secara tersistem. Maka untuk sempurnanya nasehat itu terlaksana harus disertai dengan perjuangan mengubah sistem hari ini. Jadikan agama benar-benar sebagai dasar dan ilmu sebagai penjaga. Bukan kepentingan manfaat semata. Wallahu a' lam bish showab.
Tags
Opini