Hadapi Resesi, Tak Cukup Hanya Dengan Antisipasi




Oleh: Fina Fadilah Siregar
    
Ancaman resesi di Indonesia kian nyata. Sebelum resesi benar-benar terjadi, alangkah baiknya persiapkan diri mulai dari sekarang. 

  Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang untuk menyiapkan dana darurat selama resesi. Sebab tidak ada yang mengetahui akan berlangsung sampai kapan jika resesi benar terjadi. "Kurangi juga belanja yang tidak sesuai kebutuhan dan fokus pada pangan serta kebutuhan kesehatan. Jadi jangan latah ikut gaya hidup yang boros. Pandemi mengajarkan kita apa yang bisa dihemat ternyata membuat daya tahan keuangan personal lebih kuat," kata Bhima kepada detikcom, Jumat (17/7/2020).

  Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Menurutnya, di saat seperti ini masyarakat jangan boros dan harus mempersiapkan kondisi terburuk untuk mencukupi keuangan. "Tetap harus berjaga-jaga mempersiapkan kondisi terburuk yaitu apabila resesi ini berkepanjangan. Ini perlu stamina yang kuat termasuk juga tabungan yang cukup. Jangan Boros," ucapnya.

  Untuk diketahui, jika benar terjadi resesi akan dapat mengakibatkan penurunan seluruh aktivitas ekonomi. Yang paling mudah dirasakan adalah menurunnya jumlah lapangan kerja yang tercipta.

  Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto pernah menjelaskan bahwa ketika resesi terjadi maka akan ada ledakan gelombang pengangguran. Ujung-ujungnya orang miskin akan bertambah. "Saya rasa dampak yang paling besar itu tingkat pengangguran dan kemiskinan," kata dia saat dihubungi detikcom, 29 Mei 2020.

  Dari pemaparan di atas, jelas resesi ekonomi sudah di depan mata. Para ahli mendorong masyarakat mengantisipasi dengan gaya hidup hemat dan menyiapkan alternatif pekerjaan. 

  Namun, menghadapi resesi tidak cukup hanya mengantisipasi, tapi perlu solusi tuntas atas resesi akibat berlakunya ekonomi kapitalisme. Dalam hal ini, masyarakat perlu di dorong untuk memahami cacat bawaan sistem kapitalisme yang menghasilkan krisis, termasuk resesi. Masyarakat perlu dipahamkan bahwa ekonomi kapitalisme hanya akan menghasilkan manfaat bagi kalangan tertentu saja dan hanya dinikmati oleh orang-orang yang memiliki modal besar, baik di dalam maupun di luar negeri. Sementara rakyat pribumi dibiarkan menderita dengan mencari sumber penghidupannya sendiri. Akibatnya terjadilah penurunan aktivitas ekonomi (resesi) yang menyebabkan krisis dan dampak yang paling nyata adalah gelombang pengangguran besar-besaran. Hal inilah yang akan terjadi bila sistem ekonomi kapitalis dibiarkan menguasai negeri ini. 

  Untuk dapat menciptakan ekonomi yang stabil dan tidak rentan resesi, tak ada jalan lain yang dapat dilakukan selain menerapkan sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ekonomi Islam, Negara Khilafah minimal mempunyai empat sumber ekonomi, yaitu pertanian, perdagangan, jasa, dan industri.

  Dengan empat sumber utama ekonomi di atas, ditopang dengan politik ekonomi (kebijakan ekonomi) negara khilafah yang memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok per individu, seperti sandang, papan, dan pangan, serta kebutuhan pokok masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan, maka khilafah bisa merebut hati rakyat dan menjaga stabilitas domestik.
  Pada saat yang sama, ekonomi politik (sistem ekonomi) negara khilafah yang dibangun dengan tiga pilarnya, yaitu kepemilikan, pengelolaan kepemilikan dan distribusi benar-benar bisa menjamin terwujudnya politik ekonomi di atas. Ini karena kepemilikan individu sepenuhnya menjadi hak individu, kepemilikan umum menjadi hak rakyat yang dikelola oleh negara sebagai pemegang mandat rakyat, serta kepemilikan negara menjadi hak negara. Ketika ketiga kepemilikan tersebut dikelola oleh masing-masing pemiliknya dengan benar sesuai dengan hukum syara’ dan didistribusikan dengan baik dan benar, maka rakyat akan hidup sejahtera.

  Pada saat yang sama, negara khilafah menjaga daya beli masyarakat tetap tinggi dan kompetitif dengan kebijakan moneter yang hanya menggunakan standar emas dan perak, sehingga inflasi nol persen. Negara juga memastikan mekanisme pasar berjalan dengan baik dan benar ketika kondisi supplay and demand sehat. Dengan memastikan supplay and demand barang maupun jasa di pasar berjalan dengan baik dan benar. Selain mengharamkan penimbunan, mafia, kartel, penipuan dan riba, negara juga tidak boleh menetapkan harga barang dan upah jasa.

  Semuanya ini untuk menjamin stabilitas daya beli dan daya guna masyarakat terhadap barang dan jasa. Dengan begitu, produktivitas, pemanfaatan, dan distribusi barang dan jasa di tengah masyarakat bisa tetap dipertahankan pada level yang tinggi dan kompetitif karena semua warga negara mempunyai hak dan akses yang sama.

  Dari pemaparan di atas, jelaslah bagi kita bahwa hanya sistem ekonomi Islamlah yang dapat menyelesaikan segala problematika perekonomian, termasuk resesi. Semua itu hanya dapat terwujud bila sistem pemerintahan yang diterapkan adalah sistem pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiah. Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak