Oleh : Khadijah Annajm
Umat Muslim Bosnia menandai peringatan 25 tahun pembantaian Srebrenica pada Sabtu (11/7) waktu setempat, di tengah pandemi virus corona Covid-19. Meski jumlah peserta menurun dari tahun-tahun sebelumnya, tapi tak sedikit pelayat yang berani menentang aturan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19 demi menghadiri peringatan tersebut. Peringatan tahun ini sekaligus menjadi upacara penguburan sembilan korban yang diidentifikasi selama setahun terakhir.
Pada 11 Juli 1995, usai Srebrenica dikepung, pasukan Serbia membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak lelaki muslim dalam beberapa hari. Sembilan korban yang baru diidentifikasi itu kemudian dimakamkan di pemakaman Peringatan Genosida di Potocari, sebuah desa dekat Srebrenica di mana pangkalan pasukan perlindungan PBB berada.
Selama Perang Bosnia, Srebrenica dikepung oleh pasukan Serbia antara 1992 dan 1995. Saat itu, milisi Serbia mencoba merebut wilayah dari Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri.
Pada 1993 Dewan Keamanan PBB telah menyatakan Srebrenica sebagai "daerah aman". Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic yang sekarang menghadapi tuduhan genosida di Den Haag menyerbu zona PBB meskipun kehadiran sekitar 450 Belanda tentara yang ditugaskan untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB. Pasukan Belanda gagal bertindak ketika pasukan Serbia menduduki daerah itu, hingga menewaskan sekitar 2.000 pria dan anak laki-laki.
Genosida umat muslim di Bosnia telah turut menorehkan luka dalam sejarah kehidupan umat islam di dunia. Umat Islam selalu menjadi korban kejahatan penjajah yang haus darah. Selain genosida Bosnia, masih banyak negeri islam yang sampai hari ini masih mengalami nasib yang sama seperti muslim Rohingya di Myanmar dan muslim Uigur di Cina.
Padahal kaum muslimin di dunia jumlahnya sangat banyak mencapai 1,5 miliar. Namun ternyata tidak mampu menolong dan menyelamatkan saudara - saudaranya di belahan bumi yang lain. Jumlah banyak namun tidak bedaya menghadapi segelintir penjajah persis seperti yang disampaikan Rasulullah saw. Rasulullah penah bersabda, Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring. Seseorang berkata, Apakah karena sedikitnya kami waktu itu? Beliau bersabda, Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya, Apakah wahn itu? Beliau menjawab, Cinta dunia dan takut mati, (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Orang orang kafir penjajah sangat berani menjajah dan membantai umat islam tidak lain karena umat islam saat ini tidak punya kekuatan tercerai berai dalam banyak negara bangsa serta tersekat - sekat oleh batas teritorial. Hal ini membuat bangsa kafir semakin garang dan buas menjarah negeri muslim yang mereka kehendaki.
Padahal Al-Quran yang mulia telah mengingatkan kita akan persaudaraan sesama muslim. Persaudaraan merupakan hal yang sangat penting dalam agama Islam. Hal itu berhubungan erat dengan keimanan seseorang. Di dalam ajaran Islam, persaudaraan bukan hanya menyangkut hubungan antar dua orang atau lebih secara horisonal, tetapi juga menyangkut keimanan dan ketaatan seseorang terhadap Alloh SWT. Allah befirman : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara (QS. Al Hujurot: 10)
Di dalam ayat ini Allah menggunakan lafadz ikhwatun untuk menyebut persaudaraan antar mukmin yang berarti saudara kandung. Hal ini mengindikasikan bahwa berdasarkan tuntunan al-Qur`an, seyogyanya setiap mukmin itu menganggap dan memperlakukan mukmin yang lain sebagai saudara kandungnya sendiri.
Rasulullah saw juga telah mengingatkan kepada kita bahwa umat islam itu bersaudara dan bagaikan satu tubuh. Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam. (H.R. Bukhari dan Muslim). Hal ini menuntut bagi setiap muslim untuk tidak boleh diam atas berbagai kejahatan dan yang dilakukan oleh kaum kafir tehadap umat islam dimanapun berada.
Genosida muslim di Bosnia juga sekaligus menjadi bukti kesekian kali bahwa berharap kepada PBB itu nihil dan sia - sia belaka. PBB hanya akan sigap dan lantang bersuara serta turut membela jika korbannya adalah orang kafir dengan dalih hak asasi manusia. Namun, akan diam seolah tidak tejadi apa apa jika korbannya adalah muslim. Hal ini tidak lain karena PBB itu sendiri adalah alat yang digunakan penjajah untuk melegitimasi hegemoni dan penjajahannya di dunia.
Sudah saatnya umat islam bersatu dan menghilangkan sekat - sekat yang dibuat oleh penjajah. ALLAH SWT berfirman : Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya dengan berjamaah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran [3]: 103).
Umat islam seharusnya bersatu dalam satu institusi negara yang menerapkan islam secara kaffah dan ini adalah persatuan hakiki yang seharusnya menjadi agenda besar setiap harakah hari ini. Khilafah adalah institusi negara islam yang akan menjadi benteng pelindung dan pengayom umat manusia baik muslim maupun non muslim. Tanpa khilafah umat islam akan tetap menjadi mangsa kafir penjajah.
Khilafah akan menjaga dan memberikan keamanan bagi umat manusia.umat islam butuh Kilafah. Lebih dari itu khilafah adalah kewajiban sekaligus janji Allah SWT. Allah SWT berfirman: Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur; 24:55). Wallahualam
Tags
Opini