Oleh: Sri Purwanti
Pegiat Literasi Tanah Bumbu
Beberapa waktu lalu media sempat diramaikan dengan lathi challenge.
Sebuah trend dari platform TikTok, yang kemudian menyebar ke media sosial lainnya.
"Lathi" adalah sebuah lagu yang di ciptakan oleh Weird Genius. Sebuah grup musik bergenre EDM dan synth-pop asal Indonesia.
Lagu yang liriknya berbahasa Inggris dan Jawa ini dinyanyikan oleh Sara Fajira, penyanyi sekaligus rapper asal Surabaya.
Sebelumnya challenge-challenge yang lain telah lebih dulu viral di dunia maya,dan di gandrugi para pemuda. mulai dari ice bucket challenge, skip challenge, momo challenge, Kiki challenge, dan lain sebagainya.
Fenomena ini tentu membuat kita miris. Bagaimana tidak, generasi muda bermetamorfosis menjadi Pembebek, latah mengikuti aktivitas yang unfaedah bahkan cenderung berbahaya.
Tidak dapat kita pungkiri, maraknya penggunaan gadget di kalangan pemuda, memang membawa dampak yang besar. Bahkan tidak jarang menjadi candu (ketagihan), yang menyebabkan mereka berbuat anarkis jika berkaitan dengan gadgetnya. Apa yang salah dengan generasi kita saat ini?
Jika kita melihat fakta ini dengan seksama, maka kita bisa menarik benang merah. Generasi muda kita adalah generasi yang latah. Mereka laksana kawanan bebek yang akan selalu mengikuti budaya Barat. Mulai dari life style, kebiasaan maupun trend kekinian termasuk berbagi macam challenge yang beredar di media sosial. Mereka tidak lagi berpikir apakah aktivitas tersebut sesuai syariat atau justru sebaliknya. Yang penting happy dan trendy.
Sistem yang diterapkan saat ini telah berhasil menjauhkan generasi muda Islam dari syariat agamanya. Mereka menjadi generasi muda dengan gaya hidup hedonis dan permisif. Apapun bebas dilakukan untuk memperoleh kebahagiaan semu, unjuk kebolehan dan mencari perhatian.
Atas nama kebebasan dan HAM, tidak peduli lagi apakah aktivitasnya sesuai dengan perintah agama atau justru dilarang.
Negara sebagai pelindung ketahanan bangsa justru terkesan santai menanggapi fenomena ini. Negara justru seolah menjadi perantara bagi para pemuda agar dengan bebas mengekspresikan segala potensinya, hingga tak jarang potensi-potensi yang buruk disalurkan tanpa pengawasan. Bagaimana negara memfasilitasi hal-hal yang ada, baik dalam dunia maya seperti aplikasi tik tok, aplikasi mobile legend, dan lain sebagainya.
Di televisi pun kita disugui dengan berbagai tontonan yang merusak perilaku remaja. Seperti sinetron percintaan muda-mudi yang sedang tranding dari jendela SMP, maupun sinetron sejenis, dua garis biru yang lebih dahulu launcing. Semua tontonan kurangg mendidik itu menempati rating tertinggi tanpa ada filter dari lembaga penyiaran.
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam memiliki seperangkat aturan hidup, tidak hanya mengatur masalah ibadah mahdah saja seperti salat, puasa, zakat dan lainnya. Tetapi Islam juga mengatur seluruh aktivitas hidup manusia, baik dari bangun tidur sampai tidur kembali, termasuk mengatur sistem pergaulan.
Seperti yang kita ketahui bahwa tonggak peradaban suatu bangsa berada di tangan generasi penerusnya. Jika generasinya tumbuh dan berkembang dengan menjadikan syariat Allah sebagai jalan hidup, maka akan baik pula peradabannya. Sebaliknya jika generasi penerusnya jauh dari aturan-aturan Allah, menjadi Pembebek tanpa paham aturan Rabbnya, maka dapat dipastikan kehancuran bangsa tersebut.
Di dalam Islam, Allah dengan tegas melarang umatnya melakukan sesuatu yang membawa kepada mudharat. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. al-Ahzab [33]: 58).
Sebagai seorang muslim, sebelum melakukan suatu perbuatan hendaknya kita harus memahami bagaimana Islam memandang perkara tersebut. Apakah sesuai dengan syara, memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena segala sesuatu yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya kelak dihadapan Allah.
Rasulullah pun dengan tegas melarang kita untuk mengikuti kebiasaan atau perilaku-perilaku kufur dari suatu kaum, sebagaimana sabdanya, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu sebagai generasi muda yang melanjutkan tongkat estafet perjuangan hendaknya menghindari hal-hal yang dapat merusak akidah dan keimanan. Senantiasa menjadikan syara sebagai landasan untuk melakukan aktivitas. Tidak mudah terbawa arus yang sedang trend, yang justru menjerumuskan pada kemaksiatan.
Oleh karena itu sudah saatnya sistem fasad yang menjadi pangkal segala persoalan manusia diganti dengan sistem Islam. Sistem yang sudah terbukti mampu menuntaskan segala permasalahan yang dihadapi umat secara menyeluruh. Sistem yang akan menjaga para generasi muda mampu menjaga generasi muda dari mental pembebek, yang menyebabkan hilang respek.
Wallahu a'lam
Tags
Opini