Destinasi Wisata Jatim di tengah Masa Transisi New Normal


Oleh: Nanik Farida Priatmaja

       Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Tri Bagus Sasmito , mengatakan destinasi wisata di daerah mereka telah disiapkan protokol kesehatan agar siap menyambut kedatangan wisatawan dengan aman dan nyaman di era tatanan normal baru. 

Dari 8 kabupaten dan 1 kota itu tercatat ada 49 destinasi wisata yang melaporkan pada Disbudpar Jatim untuk siap dibuka. 

“Beberapa destinasi di 8 kabupaten dan 1 kota itu antara lain, di Kota Batu ada Eco Green Park dan Jatim Park 2. Lalu di Pasuruan ada Cimory, Taman Safari Indonesia, Taman Purwodadi, Banyuwangi ada Pantai Bangsring, di Blitar ada Kampung Coklat, dan Magetan ada wisata Sarangan. Diantaranya itu,” kata Bagus (Surya.com, 3/7).

“Kita dapatkan kasus konfirmasi positif untuk hari ini sebanyak 1.853 orang. Sehingga total menjadi 68.079 orang,” kata Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta (Okezone com, 8/7).

Yuri menjelaskan, dari penambahan kasus tersebut, Jawa Timur masih menjadi provinsi dengan penambahan tertinggi yakni sebanyak 366 kasus positif Covid-19 baru.

Pelonggaran PSBB dan transisi new normal ternyata malah semakin memperburuk keadaan dengan banyaknya kasus Covid-19. Namun anehnya destinasi wisata akan segera dibuka. Padahal bidang pariwisata selama ini tak memberi pemasukan yang banyak untuk APBN. Hanya saja terlihat seolah banyak sekali membuka lapangan kerja bagi wilayah sekitar. Namun faktanya tak demikian. Tak semua masyarakat di daerah wisata menikmati luasnya lapangan kerja di daerahnya.

Alasan pemerintah membuka pariwisata di masa transisi new normal dalam rangka memperbaiki bidang ekonomi. Padahal sangat tidak mudah memberlakukan sosial distance di tempat wisata.

Bukan rahasia bahwa negeri ini sebenarnya sangat kaya akan sumber daya alam (SDM). Pemasukan negara akan melimpah jika pemerintah memanfaatkan dan mengelola SDM secara tepat. Bukan menyerahkan pada para kapital swasta ataupun asing.

Pengelolaan SDA oleh negara akan optimal jika negara memiliki visi misi yang jelas tentang kemandirian dalam menentukan segala kebijakan untuk rakyatnya. Seperti yang terjadi pada masa kejayaan Islam. Mampu menjadi negara pioner dalam mensejahterakan rakyatnya. Menjamin kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya. Sehingga tak pernah ada alasan mempertaruhkan nyawa rakyat demi menstabilkan ekonomi negara.

Islam memandang pariwisata sebagai kebutuhan tersier yang tak harus segera dipenuhi. Diantara tujuan berwisata misalnya saling mendekatkan antar anggota keluarga, meningkatkan kualitas keimanan dengan melihat keindahan alam ciptaan Allah dan sebagainya. Bukan menjadikannya sebagai sarana memuaskan kebutuhan jasadi semata.

Dahulu pada masa pandemi, Rosulullah SAW melarang rakyatnya keluar atau memasuki wilayah wabah. Meski alasan ekonomi (saat itu berdagang (di dalam ataupun luar wilayah) termasuk aktivitas sebagian besar rakyat. Negara menjamin kebutuhan rakyat di masa pandemi dengan menyuplai kebutuhan pokok sehingga rakyat tak kebingungan mencari nafkah.

       Kebijakan pemerintah membuka pariwisata di masa transisi new normal dengan kasus pasien Covid-19 yang masih tinggi selayaknya tidak dilakukan.  Hal ini hanya memperlihatkan bahwa pengaruh para kapital di bidang pariwisata kian kentara. Sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini terbukti menjadikan manusia kian serakah tanpa memperhatikan berharganya nyawa manusia lain.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak