Oleh: Relliyanie, S.Pd
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial)
Bombastis. Luar biasa. Memecah rekor. Atau apalagi komentar kita ketika melihat angka korban yang tertulari virus covid-19 semakin banyak setiap harinya. Lalu kita jadi berfikir dan bertanya, mengapa hal ini terjadi? Apa yang sudah dilakukan penguasa ketika melihat situasi ini?
Terus yang setiap hari dilaporkan oleh jubir gugus tugas penanganan wabah ini lebih kepada himbauan dan arahan kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, seperti cuci tangan pakai sabun; pakai masker; hindari kerumunan dan jaga jarak. Jadi seakan-akan masyarakat selalu yang disalahkan ketika angka kasus terus bertambah. Sedangkan penguasa bagaimana? Kebijakan apa yang sudah dibuat pemerintah melihat situasi ini?
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menyampaikan, dengan jumlah kasus yang masih terbilang tinggi maka penerapan new normal beresiko tinggi terhadap makin masifnya penyebaran virus corona. Hal tersebut dikatakan Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Para Syndicate, Minggu (21/6).
Seharusnya, mengacu persyaratan WHO, kalau kondisi jumlah kasus tidak naik selama dua minggu baru bisa dilonggarkan bahkan ada beberapa negara yang menetapkan pelonggaran dilakukan kalau sudah menurun selama satu bulan. Jadi sekarang kondisi di Indonesia belum aman untuk keluar dan bergerak, risikonya masih tinggi," katanya (CNNIndonesia.com/22/06/2020).
Penambahan kasus positif covid-19 diduga oleh sejumlah pakar dan praktisi kesehatan dari pembukaan sembilan sektor ekonomi dan wacana adaptasi kebiasaan baru atau AKB di tengah masyarakat di atas seribu per hari pada sepekan terakhir. Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menuturkan sikap gegabah pemerintah dalam membuka kembali sembilan sektor ekonomi dan penerapan AKB menimbulkan persepsi yang keliru di tengah masyarakat ihwal pencegahan penyebaran transmisi lokal virus corona.
Hermawan berpendapat sejumlah masyarakat pada akhirnya menganggap langkah itu menunjukkan kondisi yang sudah kembali normal seperti sebelum adanya pandemi Covid-19. Inilah risiko pembukaan sektor-sektor tersebut, kita sekarang mengalami kenaikan kasus secara konsisten di atas 1.000 per hari. Lonjakan ini terjadi di berbagai wilayah seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah yang cukup signifikan,” kata Hermawan melalui pesan suara kepada Bisnis, Jakarta, pada Minggu (21/6/2020).
Dia meminta pemerintah untuk kembali mengevaluasi kembali pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau keputusan untuk membuka kembali sentra ekonomi dan aktivitas masyarakat secara luas. Adapun, sembilan sektor yang ditetapkan untuk dibuka kembali meliputi pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik dan transportasi barang.(bisnis.com/21/06/2020).
Sebuah negara layaknya perisai bagi rakyatnya. Ia bertanggung jawab atas keselamatan rakyat. Juga berkewajiban memastikan kebutuhan mereka tercukupi. Apalagi di masa pandemi seperti ini, negara harus berperan lebih giat lagi.
Demi keamanan dan keselamatan rakyat, sebaiknya rakyat meminimalisasi pergerakan di luar. Namun jika rakyat tak keluar, sementara kebutuhan mereka tidak ditanggung negara, bagaimana mereka bisa menyambung hidup?
Di sinilah peran negara. Sebagai pengurus rakyat, negara akan melakukan pelacakan secara masif, di saat bersamaan akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Rakyat tak perlu ambil pusing memikirkan bagaimana mereka hidup esok hari.
Adalah tanggung jawab negara untuk melakukan tes dan pelacakan agar memastikan individu terinfeksi dan tidak menularkan ke yang sehat. Juga merupakan kewajiban negara mencari jalan keluar jitu bagi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak pembatasan selama masa karantina. Semestinya kelesuan ekonomi yang dialami pelaku ekonomi raksasa/kapitalis tidak menjadi pendorong kuat pemerintah memberlakukan new normal dengan risiko mengorbankan keselamatan jiwa masyarakat luas.
Dengan door to door petugas kesehatan memeriksa semuanya, tanpa kecuali. Dengan begitu, orang yang terinfeksi bisa langsung dikarantina, penyebaran virus dapat diminimalisasi.Jika kasus sudah mulai sedikit atau bahkan tidak ditemukan dalam kurun waktu tertentu, maka orang yang sehat bisa kembali beraktivitas. Karena orang yang terinfeksi telah dikarantina semua.
Oleh karena itu, sangat tidak manusiawi jika sumber penyebaran masih ada di luar, tapi demi menyelesaikan kelesuan ekonomi, roda perekonomian malah dibuka lebar. Ini sama saja menggunakan rakyat sebagai tameng pertumbuhan ekonomi. Rakyatlah yang nantinya akan menjadi korban. Sungguh tidak etis bagi pengurus hajat rakyat yang justru mengorbankan rakyat demi para kapitalis.
Memang hanya sistem Islamlah yang mampu menyelesaikan masalah ini. Karena Islam terlahir untuk menyelamatkan manusia dunia dan akhirat. Islam adalah seperangkat tuntunan hidup yang langsung dibuat oleh Pembuat manusia, yaitu Allah SWT. Sehingga, ketika manusia mengalami masalah, Islam pun punya solusinya.
Dunia membutuhkan solusi menyeluruh. Tatanan kehidupan memerlukan suntikan ruh. Suasana ruhiyah yang penuh takwa. Bukan sekularisme yang menjauhkan manusia dari hakikat ia diciptakan. Kekuatan ideologi dan ruhiyah yang sahih. Yaitu sistem Islam dalam negara Khilafah.[]